Sabtu, 20 Oktober 2012

Konsili Vatikan II: Membuka Jendela Pembaruan (2)

Dalam posting yang lalu, kita telah melihat bagaimana gambaran umum, latar belakang, dan pelaksanaan Konsili Vatikan II. Dalam tulisan ini, kita akan menelaah seputar hasil-hasil Konsili Vatikan II. Konsili Vatikan II merupakan salah satu TONGGAK SEJARAH yang menandakan sebuah era baru dalam kehidupan Gereja Katolik. Di samping itu, Konsili Vatikan Ii ternyata juga menjadi PEDOMAN ARAH bagi pengembangan pemikiran, gerakan, tindakan pembaruan, peremajaan, dan pemantapan ajaran yang sangat bermanfaat. Di atas landasan ajaran yang dikemukakan oleh Konsili Vatikan II, dibangunlah keterbukaan, dialog, komunikasi, dan kerjasama dengan semua golongan, aliran, dan kelompok masyarakat. Ini semua dimungkinkan karena hasil-hasil keputusan yang dikeluarkan oleh para Bapa Konsili.
Hasil-hasil Konsili Vatikan II
Selama pelaksanaannya dari tahun 1962-1965, Konsili Vatikan II menghasilkan 16 dokumen, terdiri dari 4 Konstitusi, 9 Dekrit, dan 3 Deklarasi sebagai berikut:
Empat konstitusi yang dikeluarkan oleh Konsili Vatikan II terdiri dari Lumen Gentium, Sacrosanctum Concillium, Gaudium et Spes, dan Dei Verbum
Lumen Gentium memberikan pemahaman dasar tentang Gereja. Gereja adalah sakramen keselamatan, tanda serta penghasil persatuan dan persaudaraan kasih. Tanda ini ditegakkan di tengah-tengah umat manusia yang sudah lebih dulu bersatu karena berbagai alasan. Di tengah umat manusia, Gereja dihimpun oleh Roh Kudus dalam cinta kasih Kristus menjadi satu umat. Persekutuan umat tersebut berkelana menuju asal mula dan akhir tujuan segala sesuatu yaitu Bapa. Dalam hakikat mengenai Gereja itu, dipaparkan hak dan kewajiban setiap anggota umat beriman sesuai dengan anugerah, rahmat, dan tugas pelayanannya.
Gaudium et Spes menyatakan bahwa Gereja berada di tengah dunia meskipun bukan dari dunia. Keberadaan di tengah dunia ini menyadarkan Gereja akan tugas dan tanggung jawabnya terhadap dunia dan umat manusia dengan segala persoalan, tantangan, dan hambatan yang dihadapi. Gereja diajak untuk memberikan sumbangan dalam rangka pembangunan dan peningkatan mutu hidup manusia berdasarkan nilai martabat pribadi dan masyarakat, baik dalam bidang kehidupan budaya, sosial, ekonomi, dan politik sebagai upaya mewujudkan perdamaian dan persaudaraan sejati umat manusia.
Sacrosanctum Concillium mengulas suatu sarana kehidupan iman dalam bentuk perayaan resmi yang disebut liturgi. Dipaparkan mengenai hakekat, maksud, tujuan, sarana dan cara untuk memantapkan sarana tersebut. Diulas pula mengenai usul-usul penyederhanaan, pembaruan, pengayaan, penyesuaian dan penyerapan budaya setempat dalam kegiatan liturgi Gereja.
Dei Verbum mengemukakan bagaimana sumber-sumber ilahi digunakan sebagai inspirasi bagi Gereja untuk memahami diri, melaksanakan tugas, mengelola tata kehidupan, dan menjalankan seluk beluk perikehidupan. Gereja diajak untuk memahami tentang fungsi dan manfaat Kitab Suci, Tradisi, dan wewenang mengajar sebagai satu keseluruhan yang sinergis.
Konsili Vatikan II menghasilkan sembilan dekrit yang terdiri dari Orientalium Ecclesiarum, Inter Mirifica, Apostolicam Actuositatem, Perfectae Caritatis, Christus Dominus, Presbyterorum Ordinis, Optatam Totius, Ad Gentes, dan Unitatis Redintegratio
Orientalium Ecclesiarum mengemukakan sumber tradisi luhur Gereja Katolik Tmur, sejarah perkembangannya, dan penghayatan kesatuan Gereja dalam ritus dan tradisi tersendiri. Hal ini merupakan bentuk perhatian khusus bagi para anggota Gereja yang mengikuti tradisi sendiri yang berbeda dengan tradisi Gereja Barat.
Inter Mirifica merupakan pengakuan Gereja terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Gereja juga ingin memanfaatkan penemuan yang menakjubkan, baik dari ilmu pengetahuan maupun teknologi. Penemuan yang paling ampuh untuk mempersatukan dunia dan umat manusia adalah alat-alat komunikasi sosial, baik media cetak maupun elektronik. Konsili ingin mengemukakan bagaimana pemanfaatan alat-alat tersebut baik untuk pewartaan Injil maupun penyebaran nilai manusiawi universal.
Apostolicam Actuositatem memberikan penyadaran serta pengembangan tugas dan tanggung jawab awam dalam perutusan Gereja. Kaum awam merupakan kelompok umat mayoritas. Kaum awam sepenuhnya adalah anggota Gereja. Mereka memikul tugas perutusan gereja bersama dengan anggota umat lainnya. Melalui pembaptisan, mereka ikut mengambil bagian dalam tugas Kristus sebagai imam, nabi, dan gembala.
Perfectae Caritatis membahas tentang pembaruan yang serasi seputar hidup membiara. Cara hidup membiara adalah cara hidup yang dikembangkan Gereja berdasar cita-cita Tiga Nasehat Injil. Ada sebagian anggota Gereja yang memilih cara hidup membiara. Cara hidup ini kemudian ditinjaukembali agar sesuai dengan citra Gereja dan selaras dengan persepsi panggilan Gereja di dalam dunia dewasa ini.
Christus Dominus menjabarkan tentang tugas Uskup dalam menggembalakan umat, baik secara sendiri-sendiri maupun dalam satu persekutuan bersama dengan Sang Gembala Utama, yaitu Paus. Perutusan Gereja dipikul bersama-sama oleh seluruh umat seturut dengan takaran kasih karunia, karisma dan tugas pelayanannya. Para Uskup merupakan pengganti para rasul yang menjalankan tugas kerasulan dalam wilayah yang dipercayakan kepadanya.
Presbyterorum Ordinis menyoroti para petugas resmi pembantu Uskup, yaitu para imam. Gereja ingin menempatkan imam dalam status dan jabatan yang seharusnya. Para imam, melalui tahbisan dan perutusan yang mereka terima dari para Uskup, diangkat untuk melayani Kristus, Sang Guru, Imam dan Gembala. Mereka ikut menunaikan pelayanan Kristus yang dipahami sebagai upaya untuk membangun dunia ini menjadi umat Allah.
Optatam Totius mengemukakan kaidah-kaidah baru mengenai pendidikan para imam secara integral. Pendidikan ini meliputi pembinaan akademis, pemantapan moral spiritual dan pematangan kepribadian. Semua ini dibuat karena peranan imam sangat menentukan dalam kehidupan dan pembaruan Gereja.
Ad Gentes merinci inti, karya, dan pernak-pernik kegiatan perutusan Gereja yang disebut karya misioner. Kristus telah memberikan tugas kepada Gereja untuk mewartakan Injil ke seluruh penjuru dunia dan kepada seluruh umat manusia. Tugas inilah yang menjadi inti perutusan Gereja di tengah dunia.
Unitatis Redintegratio ingin memberikan pernyataan hasrat Gereja untuk memulihkan persatuan dengan saudara-saudara yang sama-sama mengaku percaya kepada Kristus yang satu. Karena Kristus tidak terpecah-pecah, tidak dapat diragukan bahwa ada semakin besar keinginan di semua pihak untuk memulihkan kesatuan persekutuan Kristen.
Tiga deklarasi disampaikan Konsili Vatikan II kepada masyarakat dunia, yaitu Gravissimum Educationis, Nostra Ætate, dan Dignitatis Humanæ
Gravissimum Educationis menuangkan pemikiran sekitar pendidikan sebagai tugas yang juga dilaksanakan oleh Gereja. Dalam rangka melayani pembinaan pribadi manusia dan masyarakat, Gereja melaksanakan pelayanan pendidikan. Asas dan tujuan serta ciri dan pengelolaan pendidikan tersebut ditegaskan kembali agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Gereja mengembangkan iman dan pengetahuan.
Nostra Ætate menegaskan sikap hormat, penuh perhatian, dan pemahaman terhadap agama-agama dan kebudayaan-kebudayaan lain, yaitu Hinduisme, Buddhisme, Islam, Yahudi, serta mereka yang tidak percaya dan menolak Tuhan. Dengan demikian, diharapkan ada sikap saling memahami yang dapat berujung pada sikap dialog dan kerjasama.
Dignitatis Humanæ ingin mencanangkan bahwa Gereja mengakui kebebasan beragama dan kebebasan agama. Hal ini didasarkan pada martabat pribadi manusia yang sangat agung. Atas dasar itu, Gereja menegaskan bahwa setiap orang sebagai pribadi manusia dan setiap kelompok sebagai masyarakat berhak untuk mengikuti hati nuraninya secara bebas.

Apa bedanya antara Konstitusi Dogmatis, Dekrit, dan Deklarasi? Konstitusi Dogmatis menyatakan landasan ideal yang menjadi dasar ajaran dan sikap yang dilakukan oleh Gereja. Dekrit mengandung keputusan-keputusan yang ingin dijalankan oleh Gereja. Deklarasi menuangkan pernyataan sikap Gereja tentang hal tertentu. Pembedaan status dokumen itu menggambarkan bagaimana Gereja ingin memberikan dasar, melaksanakan ajaran, dan memberikan komentar terhadap perkembangan yang terjadi di dunia.
Tindak Lanjut Hasil Konsili
Konsili Vatikan II ingin memperjuangkan semangat keterbukaan dan persaudaraan. Semangat yang dikorbarkan oleh Paus Yohanes XXIII ini tampak dalam suasana konsili di mana semakin banyak orang dilibatkan untuk urun rembug demi kemajuan pelayanan Gereja. Dalam pidato pembukaannya, Paus Yohanes XXIII mendesak para Bapa Gereja untuk "menunjukan belas kasih dan bukan kecaman" dalam dokumen-dokumen yang akan mereka buat. Semangat keterbukaan ini kemudian dilanjutkan oleh para paus yang menjabat setelah Yohanes XXIII. Paus Paulus VI dan Yohanes Paulus II mengunjungi banyak negara dan berdialog dengan para pemimpin bangsa dan agama.
Dalam sebuah wawancara yang dimuat dalam Majalah HIDUP No. 32 Tahun ke-66. 05 Agustus 2012, Romo Carolus Borromeus Mulyatno mengatakan bahwa Konsili Vatikan II mendorong berkembangnya komunitas iman sebagai murid-murid Yesus yang selalu menghayati doa dengan rendah hati, menimba kekuatan Sabda, saling belajar serta mengembangkan dan bersaudara secara luas. Pendidikan menjadi sarana untuk menumbuhkan persaudaraan dan solidaritas demi kehidupan yang damai dan menjunjung semangat dialog. Sementara itu, tantangan yang dihadapi oleh semangat Konsili Vatikan II adalah semangat individualisme yang menjadi spirit dunia sekarang ini. Individualisme merupakan spirit dan cara hidup tertutup, mengandalkan kemampuan diri sendiri, dan melihat orang lain sebagai pesaing. Semangat ini akan memproduksi cara hidup yang menghalalkan kekerasan untuk menyelesaikan masalah. Untuk itu, seluruh umat perlu mengedepankan semangat keterbukaan dan persaudaraan. Persaudaraan merupakan semangat dan cara hidup yang menyadari bahwa setiap orang membutuhkan sesama untuk saling menghormati, membantu, dan mengembangkan.
Menyikapi situasi di atas, umat Katolik perlu terus menyuarakan dan memberi kesaksian tentang hidup dalam damai dan persaudaraan, cara hidup yang diperkenalkan oleh Konsili Vatikan II. Sayang, di Indonesia, mungkin belum banyak orang yang tahu mengenai Konsili Vatikan II dan hasil-hasilnya. Hal ini merupakan tantangan bagi seluruh umat Katolik untuk mau tahu dan mau belajar tentang kekayaan ajaran Gereja ini. Di Tahun Iman ini, kita diberi kesempatan untuk belajar mengenal lebih dalam tentang Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja Katolik. Siapa yang mau belajar? Ayo kita belajar bersama.
Gambar diambil dari: http://obor5.blogsome.com/images/dokumen-konsili.gif dan http://spiritualitaskatolik.files.wordpress.com/2012/10/konsili-vatikan-ii.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar