Jumat, 22 Januari 2016

Menyiapkan Diri untuk Merasakan Kerahiman Allah

Tahun ini, kita mengalami masa yang sangat luar biasa. Tahun ini, kita memasuki masa yang ditetapkan oleh Paus Fransiskus sebagai Tahun Yubelium Luar Biasa. Pada perayaan syukur dua tahun diangkat sebagai pimpinan tertinggi Gereja (13 Maret 2015), Paus Fransiskus mengumumkan tahun 2016 sebagai Tahun Suci (Yubileum) Luar Biasa Kerahiman Allah. Tahun Suci ini dimulai pada tanggal 8 Desember 2015 (Pesta Maria dikandung tanpa noda dan peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II) dan akan berakhir pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, tanggal 20 November 2016. Pemakluman resmi dilakukan oleh Paus Fransiskus pada Hari Minggu Kerahiman Ilahi, 11 April 2015, dengan mengeluarkan bulla yang berjudul “Misericordiae Vultus” (Wajah Kerahiman). 
Tahun Suci (Yubelium) berasal dari tradisi Perjanjian Lama. Setiap lima puluh tahun, Tahun Suci dirayakan untuk mengembalikan keseimbangan hidup bersama sebagai Umat Allah. Pada tahun itu semua warga Umat Allah yang menjadi hamba harus dibebaskan, semua tanah yang dijual harus dikembalikan kepada pemiliknya, semua hutang dihapus (lih. Im 25). Gereja mengambil alih tradisi ini dan sejak tahun 1475, atas penetapan Paus Paulus II, merayakannya setiap 25 tahun. Tahun Suci Biasa terakhir kita rayakan pada tahun 2000, ketika umat manusia memasuki milenium yang ketiga. Selain Tahun Suci Biasa, Gereja juga merayakan Tahun Suci Luar Biasa. Tahun Suci Luar Biasa terakhir kita rayakan pada tahun 1983, untuk mengenangkan seribu sembilan ratus lima puluh tahun karya penebusan Kristus. 
Tema yang diambil untuk Yubelium ini adalah "Berbelaskasih seperti Allah - Merciful Like the Father" (Luk 6:36). Tema ini merupakan undangan bagi setiap orang untuk mengikuti teladan belas kasih seperti yang dilakukan Allah, yang mengajak kita tidak untuk mengadili atau mengutuk, tetapi untuk memaafkan, mencintai, dan memberikan pengampunan tanpa batas (lih, Luk 6:37-38). Logo Yubelium Kerahiman Allah dibuat oleh RP Marko I. Rupnik, SJ. Logo ini menampakan gagasan teologis mengenai belas kasih. Logo itu menampakkan gambar yang memiliki arti penting dalam kehidupan Gereja Perdana, dimana tergambar Sang Putera yang memanggul jiwa-jiwa yang hilang. Logo ini menunjukkan cinta Kristus yang mengarahkan pemenuhan misteri inkarnasiNya yang berpuncak pada penebusan. Logo ini didesain sedemikian rupa agar mengeskpresikan bagaimana Sang Gembala Baik menyentuh kemanusiaan dan kedagingan dengan cinta yang mampu mengubah hidup seseorang. Unsur unik yang perlu diperhatikan dalam logo itu adalah bahwa ketika Sang Gembala Baik, dalam belas kasihnya yang amat besar, memanggul manusia, mata Sang Gembala Baik bersatu dengan manusia yang dipanggulnya. Kristus melihat dengan mata Adam dan Adam melihat dengan mata Kristus. Setiap orang menemukan Adam baru dalam diri Kristus. Setiap orang yang memiliki rasa kemanusiaan dan masa depan merenungkan cinta kasih Allah dalam Kristus.
Dalam bulla pemakluman Tahun Suci Luar Biasa ini, Paus Fransiskus menyatakan, “Janganlah jatuh ke dalam pola pikir yang mengerikan, yang beranggapan bahwa kebahagiaan bergantung pada uang dan bahwa, dibandingkan dengan uang, semua yang lain tidak ada nilai atau martabatnya… Kekerasan yang ditimpakan kepada orang lain demi menimbun kekayaan yang berlumuran darah tidak akan mampu membuat seorang pun berkuasa atau tidak mati.” Dalam tulisan yang sama, Paus juga menyinggung gejala korupsi dan menulis, “Luka-luka bernanah akibat korupsi merupakan dosa berat yang berteriak keras ke surga untuk mendapatkan pembalasan, karena luka itu merongrong dasar-dasar kehidupan pribadi dan masyarakat. Korupsi membuat kita tidak mampu melihat masa depan dengan penuh harapan, karena kerakusannya yang lalim itu menghancurkan harapan-harapan kaum lemah dan menginjak-injak orang yang paling miskin di antara kaum miskin. Korupsi adalah …skandal publik yang berat.” Di tengah-tengah keadaan dunia yang seperti inilah, Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk memperdalam pemahaman dan keyakinan kita bahwa Allah adalah Maharahim, mengalaminya secara pribadi, menjalankan pertobatan dan mewujudkan pertobatan itu dalam kehidupan yang nyata.
Dalam Tahun Suci Kerahiman Allah ini, Paus mengajak kita semua untuk merefleksikan kerahiman Allah melalui pewartaan Nabi Zefanya. Pertama, Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atas umat-Nya (3:15). Kedua, Ia hadir di tengah-tengah umat-Nya (3:17) menyatakan belarasa dan kesetiakawanan-Nya. Ketiga, Ia membarui umat dengan kasih-Nya (3:17). Kerahiman Allah itu menjelma dan masuk ke dalam sejarah umat manusia, dalam diri Yesus Kristus. Dialah wajah sempurna kerahiman Allah. “Semoga warta kerahiman menjangkau setiap orang, dan semoga tidak seorang pun acuh tak acuh terhadap panggilan untuk mengalami kerahiman-Nya. Dengan penuh harapan saya menyampaikan undangan untuk bertobat ini kepada orang-orang yang perilaku hidupnya menjauhkan mereka dari rahmat Allah.” Kita dipanggil untuk menampakkan wajah belas kasih Allah. Ada pihak-pihak tertentu yang secara khusus diundang untuk menjalankan pertobatan, antara lain para pelaku dan organisasi-organisasi kriminal, para koruptor, orang-orang yang menjadikan uang sebagai berhala baru. 
Lalu, apa yang dapat kita perbuat dalam Tahun Suci Kerahiman Allah ini? Laman Youcat Indonesia membantu kita dalam melewatkan waktu dengan membangun kehidupan rohani selama masa khusus ini. 



Kita semua diajak untuk bertobat, memperbarui haluan hidup dan mewujudkannya dalam tindakan nyata. Dengan demikian, kita bisa merasakan dan membagikan kerahiman Allah yang begitu besar. Apa pun yang baik dapat kita lakukan untuk mewartakan kerahiman Allah yang membaharui kehidupan. Tuhan memberkati. 

Sumber:
http://www.im.va/content/gdm/en/giubileo/logo.html
https://www.facebook.com/youcatid/
Komisi Liturgi dan Jaringan Persaudaraan Antar Kelompok Doa (Jaringan KODOK) KAS. Panduan Umum Tahun Yubelium Kerahiman Allah Keuskupan Agung Semarang. Muntilan: Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan. 2016.

Senin, 18 Januari 2016

Dibuang Sayang: Rangkaian Catatan Peristiwa Ruang Podjok 2015

Sudah lama sekali Penjaga Podjok tidak menulis di laman ini. Tulisan terakhir dibuat sepeninggal Monsinyur Johanes Pujasumarta pada bulan November lalu. Saat itu, Penjaga Podjok sedang banyak pekerjaan. Lagipula, Ruang Podjok mengalami perbaikan sehingga harus berpindah ke lantai 3 untuk sementara karena Ruang Podjok sedang terdampak pembangunan ruang kelas baru. Ketidaknyamanan inilah yang membuat Penjaga Podjok tidak jenak di ruang baru sehingga tidak muncul ide untuk tulis menulis. Di awal tahun 2016 ini, Ruang Podjok sudah kembali normal. Kenormalan di Ruang Podjok ini pun menggerakkan hati untuk kembali menulis berbagai peristiwa yang telah terlewat. Tulisan ini sedikit demi sedikit akan mencoba merekam aktivitas yang telah terlewat. Semoga catatan-catatan yang sayang untuk dibuang ini menjadi pengingat bahwa jantung kehidupan Ruang Podjok Agama Katolik di SMK Negeri 3 Surakarta tetap hidup. 

Diskusi Bulan Kitab Suci Nasional pada bulan September 
Rekaman peristiwa terakhir yang sempat ditulis oleh Penjaga Podjok adalah seputar kegiatan awal tahun pelajaran yang terjadi bulan Agustus. Saat itu, semua warga Ruang Podjok mengadakan pertemuan awal tahun dan Ekaristi untuk menentukan arah ke depan. Memasuki bulan September, seturut dengan geliat yang ada dalam Gereja Katolik Indonesia, Ruang Podjok mengadakan kegiatan pertemuan bulan Kitab Suci Nasional. Pertemuan ini diadakan sebanyak dua kali yang diadakan seperti biasa pada bulan ganjil. Tema yang didalami dalam pertemuan tahun 2015 adalah “Keluarga Melayani Seturut Sabda Allah.” Tema BKSN 2015 meru-pakan kelanjutan dari tema tahun 2014 dan 2013 yang juga bicara seputar keluarga. Sudah sejak 2013, BKSN bicara mengenai keluarga: “Keluarga Beribadah dalam Sabda” (2014) dan “Keluarga yang Bersekutu dan Mendengarkan Sabda Allah” (2013). Tema 2013 mengajak keluarga untuk menghayati sabda Allah sebagai penuntun hidup. Tema 2014 mengajak keluarga melakukan ibadah menurut sabda Allah. Melalui tema tahun 2015, keluarga diharapkan mampu menggunakan sabda Allah sebagai dasar dan semangat pelayanan yang dilakukan dalam  kehidupan. 

Pertemuan pertama yang diadakan Jumat (4/9) membahas keberadaan Yesus dalam keluarga dan meneladani pelayananNya. Disana dilihat bagaimana Yesus menjadi teladan pelayanan dalam keluarga dan bagaimana keluarga dapat  saling melayani seturut teladan Yesus dengan bahan Yoh 13:1-15 dan Kol 3:18-4:1. Seperti biasa, ada beberapa pertanyaan yang perlu dibicarakan dalam pertemuan itu. Masing-masing kelompok membahas pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanggapi. 

Setelah diskusi kelompok, secara bersamaan dibahas mengenai arti “pelayanan.” Orang Katolik sangat akrab dengan kata “pelayanan.” Dalam berbagai kesempatan, kita banyak menggunakan istilah tersebut. Perjanjian Lama meng-gunakan kata “abad” yang berarti mengabdi atau melayani. Istilah itu ingin menyebut orang yang bekerja untuk orang lain. Pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan orang lain akhirnya disebut pengabdian atau pelayanan. Perjanjian Baru menggunakan beberapa kata: “diakonia” – pekerjaan rumah), “diakoneo” – melayani, “diakonos” – orang  yang melayani meja), dan “diakonat” – jabatan pelayanan jemaat dalam Gereja. Semua istilah dalam Perjanjian Baru itu merujuk pada pekerjaan yang ditujukan bagi kepentingan orang lain, baik dalam jemaat, rumah tangga, maupun persekutuan lain. Dalam tradisi Gereja Katolik, Yesus merupakan model pelayanan yang diikuti. Paulus sendiri mengatakan kepada jemaat agar menjadi pengikut Kristus (1 Kor 11:1). Mengikuti teladan Kristus, umat beriman diundang untuk hidup “dalam Kristus.”   Paulus menyebutnya “mengenakan   Kristus” meninggalkan manusia lama dan hidup seperti Kristus. Dalam pelayananNya, Yesus menghayati dua peran, yaitu Hamba Allah Yang Menderita (Mrk 9:31; 10:33) dan Anak Manusia yang Datang untuk Melayani (Mat 20: 28). Kristus menjadi teladan pelayanan karena telah memberikan dirinya sendiri kepada orang lain, bahkan rela mati untuk kepentingan orang lain lewat jalan salib (Rm 12:1-2). Yang menjadi dasar pemberian diri Kristus ini adalah kasih tanpa batas. Kasih tanpa batas ini dinyatakan lewat pemberian nyawa (Ef 5:1-2). Kasih harus dinyatakan lewat perbuatan. Kasih kepada Allah dinyatakan melalui kasih kepada sesama dan kasih itu harus dilakukan lewat tindakan harian (1 Yoh 4:7-8. 20). Salah satu wujud kasih dalam tindakan itu adalah pelayanan kepada sesama. Karena kasih harus dinyatakan lewat pelayanan, Yesus pun melibatkan manusia yang lain untuk melaksanakan kasih itu. Dalam hal ini, Yesus pertama-tama memanggil dua belas rasul. Mereka diutus untuk   memberikan pelayanan kepada sesamanya (Mrk 3:13-15). Selain itu, Yesus juga memanggil tujuh puluh murid yang lain untuk diutus dengan tugas yang mirip dengan dua belas rasul (Luk 10:1-12). Bahkan, di dalam kelompok yang dibentuk Yesus dalam perjalanan pelayananNya, juga ada perempuan-perempuan yang memberikan pelayanan kepada kelompok tersebut (Luk 8:3). Seruan Yesus untuk melayani juga berlaku dalam keluarga kristiani. Allah menjadi alasan keluarga kristiani untuk melayani dan mengasihi. Dalam setiap keluarga kristiani, harus ada sikap pelayanan dan kasih. Perlu disadari bahwa setiap anggota keluarga memerlukan pelayanan dan kasih yang saling dibagikan. Dalam keluarga, suami istri memerlukan dukungan, kekaguman, ucapan terima kasih, perhatian, komunikasi, kejujuran, dan keter-bukaan yang akan menguatkan. Anak-anak memerlukan rasa dipercaya, diterima, dipahami, didukung, dikasihi, disayangi, diberi kebebasan, yang akan meneguhkannya. Jika masing-masing kebutuhan dasar anggota keluarga ini terpenuhi, tangki cinta yang dalam keluarga akan selalu penuh dan tidak akan mencari pemenuhan di tempat lain. Bagaimana anggota keluarga dapat saling memenuhi tangki cinta yang ada di setiap anggota keluarga? Untuk memenuhi tangki cinta itu, ada lima hal yang bisa dilakukan: 
1) Kata-kata peneguhan. Kata-kata peneguhan dapat berupa kata-kata yang menegaskan, memantapkan, mendorong, menyenangkan, memohon, memuji, berterima kasih; 
2) Waktu bersama khusus. Waktu bersama merupakan waktu khusus yang diluangkan untuk berelasi dengan sesama anggota keluarga, omong-omong, bepergian bersama, rekreasi bersama, dll; 
3) Hadiah. Hadiah berupa pemberian yang dilakukan dengan hati yang tulus dan perhatian yang penuh kepada sesama anggota keluarga untuk saat istimewa, rasa terima kasih, dll.; 
4) Pelayanan. Pelayanan berupa tindakan yang ditujukan demi kepentingan sesama anggota keluarga dan bukan untuk kepentingan diri sendiri; dan 
5) Sentuhan fisik. Sentuhan fisik dapat berupa pelukan, sentuhan tangan, bergandengan tangan, dan berbagai aktivitas fisik yang memperlihatkan perhatian kepada sesama anggota keluarga. 
Semoga dengan begitu, kita mampu untuk meneladan sikap pelayanan Yesus untuk melakukan sesuatu demi orang lain dalam keluarga kita sendiri terlebih dahulu.
Dua minggu kemudian, hari Jumat (18/9), diadakanlah pertemuan kedua BKSN. Dalam pertemuan pertama, sudah dibahas bagaimana Yesus menjadi teladan pelayanan kita dan bagaimana kita seharusnya memberikan pelayanan dan keluarga. Yesus memberikan model sebagai pelayan yang rendah hati dan keluarga perlu memberikan pelayanan sebagai bentuk perhatian dan cinta kasih antar anggota keluarga. Pertemuan kedua mengajak untuk mencermati bagaimana keluarga bisa melayani Gereja dan bagaimana keluarga bisa melayani masyarakat dengan bahan: Luk 10:38-42 dan 1 Ptr 2:13-17. Model pembahasan tema masih dilakukan dengan diskusi kelompok dengan menjawab pertanyaan. 

Setelah itu ada beberapa pokok yang perlu ditekankan. Dari Injil Lukas, kita belajar mengenai pelayanan dalam Gereja. Penginjil Lukas menempatkan sikap Marta dan Maria dalam posisi sejajar. Penginjil tidak bermaksud menilai dan tidak menyuruh kita untuk membuat pilihan. Marta memang berusaha menjadi tuan rumah yang baik dan Yesus menghargainya.Namun, Yesus mau memberi arti yang lebih dalam atas pertemuan itu. Saat berhadapan dengan Yesus, ada sesuatu yang lebih perlu, yaitu mendengarkan. Maria menangkap mak-sud kedatangan Yesus. Dengan mendengarkan Yesus, Maria menangkap yang dikehendaki oleh Yesus. Mendengarkan Yesus adalah jalan masuk untuk mengasihiNya. Menjalankan aktivitas untuk memberikan pe-layanan dalam Gereja merupakan perbuatan terpuji. Namun, jangan sampai pelayanan dan aktivitas itu tidak memiliki makna bagi kita sendiri. Karena itu, sebelum melakukan sesuatu, kita perlu mendengarkan sabda Allah. Teladan mendengarkan sabda Allah ini telah diteladankan oleh Maria. 
Selain menjalankan aktivitas dalam Gereja, orang Katolik juga diminta untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan kita kepada masyarakat harus dilandasi dengan sikap pengabdian kepada Allah. Pelayanan kepada Allah dihayati sebagai wujud pelayanan atau sembah bakti kita kepada Allah (Kol 3:23). Surat Petrus mengajarkan bahwa jemaat harus patuh kepada pemerintah namun juga harus memberikan kritik apabila ada hal-hal yang menyimpang dalam pemerintahan. Oleh karena itu, dasar kepatuhan jemaat adalah Allah. Jika ada yang menyimpang, jemaat perlu mengingatkan karena Allah adalah dasar segala kebenaran. Orang Kristiani harus menghormati semua orang karena setiap orang adalah makhluk Tuhan yang dipanggil untuk hidup mulia. Sikap penghormatan itu tampak pada sikap melayani semua orang. Kita harus memberikan pelayanan kepada setiap orang yang kita jumpai tanpa membeda-bedakan. Setiap manusia adalah saudara. Berkenaan dengan pelayanan kepada masyarakat, kita diberi contoh oleh para pahlawan nasional yang beragama Katolik: Albertus Soegijapranata, Ignatius Slamet Riyadi, Yosafat Sudarso, Agustinus Adisoetjipto, serta Ignatius Jozef Kasimo. Orang Katolik di Indonesia mendapat warisan berharga dari Monsinyur Albertus Soegijapranata yang pernah mengatakan bahwa orang Katolik Indonesia harus menjadi 100 % Katolik dan 100 % Nasional. Panggilan kita adalah menjadi benar-benar umat Katolik dan benar-benar warga negara Indonesia.
Dua pertemuan BKSN ini diharapkan mampu mendorong semua anggota Ruang Podjok untuk semakin melayani dengan tulus di manapun dan dalam situasi apapun. Semoga demikian yang terjadi.

Menghormati Maria di Bulan Oktober
Memasuki bulan Oktober, Gereja Katolik mengajak seluruh warganya untuk menghormati Maria, Bunda Gereja yang Tersuci. Ruang Podjok pun tidak ketinggalan untuk mengadakan kegiatan yang berkenaan dengan penghormatan pada Maria. Kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang sangat sederhana, yaitu devosi kepada Maria melalui Doa Rosario. Ada banyak orang kudus yang memiliki devosi Rosario ini. Doa Rosario ini juga dilakukan untuk sekaligus menandai peristiwa peringatan Bunda Maria sebagai Ratu Rosario setiap tanggal 7 Oktober untuk mengenang kemenangan armada Kristiani dalam pertempuran di Lepanto. 

Bulan Oktober juga menjadi penanda usia Ruang Podjok yang semakin bertambah. Tahun 2015, Ruang Podjok berulang tahun yang keempat. Usia empat tahun adalah usia yang masih perlu banyak belajar dan berkembang. Semoga ke depan, Ruang Podjok semakin dapat mengembangkan para warganya. Empat tahun sudah Ruang Podjok ini berkiprah. Diharapkan dari tahun ke tahun, pelayanan yang diberikan bisa semakin berkualitas.

Kebaktian Bersama Minggu Kelima Bulan Oktober

Menutup bulan Oktober, Ruang Podjok bersama dengan teman-teman dari Kerohanian Kristen mengadakan kebaktian bersama. Direncanakan kebaktian semacam ini akan terselenggara setiap ada Minggu Kelima. Hal ini diharapkan semakin membangun persaudaraan dan persekutuan antar sesama murid Kristus meskipun berbeda gereja dan berbeda aliran Kristiani. Kebaktian bersama ini dilaksanakan pada hari Jumat (30/10) terakhir dalam bulan Oktober. Beberapa hari sebelum kebaktian bersama itu, siswa-siswi Kristen dan Katolik telah menyiapkan kegiatan dengan baik. Mereka mulai berlatih bernyanyi dan bermusik. Mereka mencari pembicara yang akan menyampaikan firman. Mereka meminta ijin kepada sekolah untuk menggunakan tempat yang lebih luas daripada ruangan agama. Banyak hal yang telah dilakukan sehingga acara tersebut akhirnya dapat dilaksanakan di Aula SMK Negeri 3 Surakarta. 
Dalam kebaktian bersama itu, datanglah seorang pembicara muda bernama Henokh Anugrah Adhi Bargowo. Teman muda ini memberikan pelayanan di Kantor Pelayanan Notosuman. Kesaksian demi kesaksian dilontarkan yang membuat banyak teman-teman Kristiani semakin ditantang untuk menampilkan imannya tentang Yesus kepada orang banyak. Kebaktian yang terlaksana sampai jam 13.00 ini pun membawa semangat bagi siswa-siswi Kristiani. Memang... harus disadari bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. Semoga siswa-siswi Kristiani semakin mampu mewartakan iman mereka tanpa takut. 

Mendalami Indulgensi di Bulan November
Kegiatan Ruang Podjok terakhir yang dapat dilaksanakan di tahun 2015 adalah Sekolah Iman. Sekolah Iman bulan November ini bicara mengenai indulgensi dalam Gereja Katolik. Dalam sekolah iman ini, Penjaga Podjok sudah menyiapkan teks untuk pembahasan bersama yang diambil dari website katolisitas. Ada dua laman yang sempat dikutip, yaitu: yang pertama adalah http://www.katolisitas.org/2193/indulgensi-harta-kekayaan-gereja dan yang kedua adalah http://www.katolisitas.org/8829/bagaimana-agar-memperoleh-indulgensi. Diharapkan dengan bahan-bahan ini, para pengikut Sekolah Iman menjadi paham tentang indulgensi dan dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.



Belajar Bersama Teman-teman Guru Menelaah Kurikulum 2013
Di sela-sela waktu berkegiatan di Ruang Podjok, Penjaga Podjok di tahun 2015 diberi kepercayaan oleh Kantor Kementrian Agama Kota Surakarta untuk memberikan pendampingan kepada teman-teman Guru Agama Katolik dari SD sampai SMA-SMK untuk semakin mendalami Kurikulum 2013. Sebagai tindak lanjut dari Bimbingan Teknis Kurikulum 2013 yang diselenggarakan pada bulan Juli 2015, Penjaga Podjok diminta untuk membagikan ilmu yang didapatkan kepada teman-teman Guru Agama Katolik di wilayah Surakarta. Ada dua kesempatan dimana Penjaga Podjok diminta untuk berbicara dalam forum tersebut, yaitu pada tanggal 27 Agustus 2015 dan 4 November 2015 di Hotel Sarila, Jalan Kalilarangan 103, Surakarta. Materi yang disampaikan Penjaga Podjok saat itu adalah Penilaian dalam Kurikulum 2013. 



Menjadi penyampai materi bukan berarti Penjaga Podjok tahu segala akan materi yang disampaikan. Penjaga Podjok lebih menempatkan diri sebagai orang yang lebih dulu tahu tentang materi yang dibicarakan dan siap menjadi orang yang mau belajar jika ada orang lain yang memberikan wawasan baru. Penjaga Podjok menekankan bahwa penilaian dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian yang menggunakan pendekatan penilaian autentik. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. Penilaian dalam Kurikulum 2013 juga harus memenuhi prinsip-prinsip berikut: Sahih, Objektif, Adil, Terbuka, Terpadu, Menyeluruh dan Berkesinambungan, Sistematis, Beracuan Kriteria, Akuntabel, dan Edukatif. Kesempatan belajar bersama selama sehari dalam dua kesempatan itu dimanfaatkan sungguh oleh Penjaga Podjok untuk membagikan wawasan kepada teman-teman Guru Agama Katolik. Harapannya, jika semua guru benar-benar paham tentang Kurikulum yang dihadapinya, niscaya pelayanan kepada siswa akan menjadi lebih baik. Terima kasih kepada Ibu Penyelenggara Katolik Kementrian Agama Kota Surakarta yang telah memberi kepercayaan sebesar ini kepada Penjaga Podjok. Mengingat itu semua, Penjaga Podjok hanya bisa merenung sambil menelaah kutipan berikut ini, “Kami ini adalah hamba-hamba yang tidak berguna. Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan” (Luk 17:10). Semoga wawasan yang sedikit dari hamba yang tidak berguna ini dapat membantu teman-teman Guru Agama Katolik untuk menjalankan tugas pelayanannya.

Menemani Panitia Natal Mempersiapkan Natal Bersama SMK Negeri 3 Surakarta
Di penghujung tahun 2015, ada tugas rutin yang selalu disandang oleh Penjaga Podjok dan Bapak Heru Siswanto, pembina Kerohanian Kristen, yaitu menemani panitia Natal untuk mempersiapkan Natal Bersama Guru-Karyawan-Siswa-siswi Kristiani SMK Negeri 3 Surakarta. Seperti biasa, panitia telah berkumpul dan berdiskusi jauh hari sebelum perayaan dimulai. Setiap tahun, ketika Perayaan Natal disiapkan, selalu ada hal-hal yang menarik. Kisah seputar perayaan Natal akan diceritakan di bagian lain. Berkah Dalem...