Selasa, 06 November 2018

Mengumpulkan Serpih-Serpih Kisah #2

Melanjutkan kisah-kisah yang belum termuat selama ini, inilah beberapa kisah lainnya. Selamat membaca...

Terlibat dalam Menyusun Soal USBN Pendidikan Agama Katolik SMA-SMK

Tidak lama setelah Perayaan Natal Bersama terlaksana, datanglah undangan dari Kantor Kementerian Agama Kota Surakarta yang ditujukan kepada Penjaga Podjok. Dalam undangan itu tertulis bahwa Penjaga Podjok diundang sebagai salah satu orang penyusun soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional untuk Mata Pelajaran Agama Katolik tingkat SMA dan SMK. Undangan yang berasal dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah itu mengharuskan Penjaga Podjok untuk meninggalkan Ruang Podjok beberapa hari untuk menunaikan tugas mulia mempersiapkan soal bagi siswa-siswi Katolik kelas XII dalam Ujian Sekolah.
Setelah mempersiapkan serangkaian tugas yang bisa dikerjakan oleh siswa-siswi yang harus ditinggalkan selama menjalankan tugas, Penjaga Podjok pun berangkat menuju Hotel Neo Candi yang berada di wilayah Gajah Mungkur, Semarang. Merupakan suatu kehormatan bagi Penjaga Podjok untuk bergabung dalam penyusunan soal USBN ini. Ada 40 orang guru yang diundang dari tingkat SMP, SMA maupun SMK dalam acara ini.
Ini merupakan kali kedua Penjaga Podjok diundang untuk menjadi tim penyusun soal USBN Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Tahun 2017, sekitar bulan Februari juga, Penjaga Podjok juga harus meninggalkan Ruang Podjok untuk bertugas menjadi salah satu penyusun soal. Saat itu, kegiatan dilaksanakan di Asrama Putri Brayat Minulya, Surakarta. Kalau tidak salah ingat, selama 2 atau 3 hari, Penjaga Podjok bersama teman-teman guru lain dari seputaran Propinsi Jawa Tengah mencoba menyiapkan soal-soal Ujian Sekolah. Berikut ini adalah dokumentasi yang sempat didapatkan Penjaga Podjok seputar kegiatan tahun 2017 yang lalu:


Acara yang berlangsung dari tanggal 20 sampai 23 Februari 2018 ini terdiri dari dua kegiatan besar. Pertama, dilakukan Persiapan Penyusunan Soal yang diisi dengan pengarahan dari Pembimas Katolik dan Kepala Kantor Kementerian Agama Propinsi Jawa Tengah. Setelah disampaikan beberapa pengarahan, kegiatan Penyusunan Soal USBN untuk SMP, SMA, dan SMK pun dimulai. Selama 3 hari, 40 orang guru yang diundang bekerja keras untuk menghasilkan soal yang akan digunakan dalam Ujian Sekolah. Dalam proses penyusunan soal, penyusun soal juga didampingi oleh Tim Verifikasi dari Komisi Kateketis Keuskupan Agung Semarang yang bertugas menelaah soal yang disiapkan. Puji Tuhan, soal yang harus disiapkan bisa diselesaikan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Tugas mulia sudah selesai. Terima kasih atas kesempatan yang dianugerahkan Tuhan ini...   

Mengembangkan Toleransi dan Penghargaan melalui Tamasya Lintas Agama

Tidak lama setelah mengikuti kegiatan penyusunan soal di Semarang, Penjaga Podjok langsung tenggelam dalam aktivitas bersama para siswa kelas XII yang telah berjuang sekuat tenaga untuk menyusun Tugas Akhir. Tugas akhir merupakan pekerjaan yang lazim dilakukan oleh setiap orang yang akan menyelesaikan tahap pendidikannya. Melalui tugas akhir, seseorang diajak untuk mempersembahkan yang terbaik di penghujung tingkat pendidikan yang sedang dijalaninya.
Nah, tugas akhir untuk Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tahun ini membahas tentang keberagaman hidup dalam masyarakat. Dalam tugas akhir ini, para anggota Ruang Podjok yang sudah duduk di kelas XII diminta untuk membuat suatu kisah Tamasya Lintas Agama. Tamasya Lintas Agama merupakan istilah yang dipakai untuk menjelaskan aktivitas kunjungan dan observasi tempat ibadah atau lokasi keagamaan dalam rangka menggali kebijaksanaan yang dimiliki agama tertentu. Tamasya Lintas Agama merupakan suatu istilah yang dikenal oleh Penjaga Podjok ketika diundang oleh PaPPIRus (lihat postingan berjudul “Tamasya Lintas Agama Bersama PaPPIRus”). Hasil pertemuan itu menggerakkan Penjaga Podjok untuk mengajak setiap anggota Ruang Podjok yang sudah duduk di kelas XII untuk mengembangkan toleransi beragama. 
Setiap anggota Ruang Podjok diminta untuk mengunjungi tempat ibadah yang berbeda-beda. Satu syarat yang ditetapkan oleh Penjaga Podjok adalah tidak boleh tempat ibadah agama Kristen dan Katolik. Oleh karena itu, para anggota Ruang Podjok kemudian ada yang mengunjungi masjid, wihara, klenteng, maupun pura. Beberapa hal yang ingin dilatihkan dalam penyusunan Tugas Akhir ini antara lain adalah 1) Berperilaku  santun  dengan saling menghargai sesama manusia yang diciptakan sebagai citra Allah yang bersaudara satu sama lain; 2) Berperilaku tanggung jawab sebagai anggota Gereja yang merupakan umat Allah dan persekutuan yang terbuka; dan 3) Berperilaku proaktif untuk berdialog serta bekerjasama dengan umat beragama lain. Setelah mengadakan observasi, mereka pun diajak untuk membuat Laporan Observasi dan melakukan presentasi atas kegiatan yang dilakukannya itu. Dilihat dari refleksi yang mereka buat, pengalaman Tamasya Lintas Agama ini menjadi pengalaman yang mendebarkan sekaligus menyenangkan. 










Awalnya, mereka merasa ragu-ragu untuk meninggalkan zona nyaman dan aman mereka berada di lingkungan agama sendiri. Namun, ketika mulai berinteraksi dan menyapa, tersingkaplah betapa ramahnya mereka yang menganut agama lain itu. Ya... semoga pengalaman kecil ini membuat para anggota Ruang Podjok semakin siap untuk hidup dalam keragaman dan mulai membuka wawasan mereka terhadap orang maupun pandangan yang lain. Dengan kata lain, semoga mereka tidak tergolong dalam kelompok yang “bacanya kurang banyak, maennya kurang jauh, dan pulangnya kurang pagi...”

Menemani Siswa-siswi Kelas XII dalam Doa Menyongsong Ujian Nasional


Masih bersinggungan dengan siswa-siswi kelas XII, ada kegiatan lain yang juga menjadi agenda rutin, yaitu Doa Menyongsong Ujian Nasional. Tahun ini, kegiatan itu dilaksanakan pada hari Jumat, 16 Maret 2018. Saat itu, seluruh siswa-siswi kelas XII berkumpul untuk memohon kemurahan hati Allah agar mereka didampingi dalam menjalankan tugas terakhir mereka, Ujian Nasional. Memang, dalam saat-saat yang tidak mudah seperti itu, ketika seluruh usaha sudah dikerahkan, manusia hanya bisa menyerahkan segala sesuatunya kepada Sang Pencipta. Ini sudah merupakan naluri seorang yang beriman. Dan inipun menjadi sarana bagi para siswa untuk melaksanakan apa yang ditulis dalam Surat Yakobus, “Jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan” (Yak 4:13-17). 









Rabu, 31 Oktober 2018

Mengumpulkan Serpih-Serpih Kisah #1

Beberapa waktu yang lalu, saya terlibat suatu obrolan dalam grup WhatsApp alumni Ruang Podjok. Grup alumni Ruang Podjok ini dibuat untuk mengumpulkan kembali mereka yang dalam beberapa tahun belakangan ini sempat mampir ke Ruang Podjok Kerohanian Katolik Skaga. Dalam beberapa kesempatan, mereka yang bergabung dalam grup tersebut mengenang banyak cerita dan kisah yang sempat dijalani bersama. Menanggapi hal itu, saya sebagai Penjaga Podjok pun melemparkan sebuah link yang bisa diakses untuk mengenang kembali kisah-kisah yang sudah terjadi. Penjaga Podjok pun terkesiap. Ternyata sudah lama sekali tidak menulis kisah tentang Ruang Podjok. Sepuluh bulan sudah Penjaga Podjok tidak menulis. Pembicaraan itu pun menggerakkan hati untuk kembali menulis dan mengisi laman ini... Akhirnya, selamat membaca... 

Perayaan Natal di Tengah Pekan Doa untuk Umat Kristiani Sedunia

Selalu ada pertanyaan mengapa Natalan di SMK Negeri 3 Surakarta dilakukan pada minggu ketiga bulan Januari? Banyak orang mengatakan bahwa Natalnya sudah basi. Saya mengatakan, “Ah, yo ben – Biar saja.” Saya sempat ditanya oleh Romo Daris - R.D. Agustinus Sudarisman, pastor paroki San Inigo Dirjodipuran - mengapa saya mengadakan Natalan baru bulan Januari. Ini yang menjadi jawaban saya, “Sebenarnya yang inti dalam perjumpaan ini adalah doa di salah satu hari dalam Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani. Namun, tidak lazim doa itu dilakukan tanpa judul. Oleh karena itu, dibungkuslah persekutuan doa ini dengan judul Natalan Bersama karena masih dekat bulan Desember.” Mendengar penjelasan tersebut, Romo Daris hanya manggut-manggut sambil mengatakan, “Wah... apik... apik.. – Baik... baik.” Akhirnya, terlaksanalah acara Natalan Bersama Persekutuan Umat Kristiani SMK Negeri 3 Surakarta yang terdiri dari para guru, karyawan, dan siswa-siswi. Beberapa minggu sebelum acara tersebut, panitia mulai bekerja untuk mempersiapkan segalanya mulai dari peminjaman tempat dan peralatan sampai pengurusan proposal. Puji Tuhan bahwa pengurusan proposal tidak begitu memerlukan waktu lama. Memang sempat ada kendala di sana sini tetapi secara umum, seluruh persiapan acara dapat berjalan dengan baik. 
Natalan tahun ini dijatuhkan pada hari Jumat (19/01/2018) di Gereja San Inigo Dirjodipuran karena tahun ini kegiatan dikelola oleh Kerohanian Katolik. Satu hari sebelum hari H, panitia yang dikoordinir oleh Reginatalia Cahyaning Putri Menge dari Kelas X MM 1 sudah bekerja mempersiapkan acara tersebut. 
Pada hari H, sebelum acara, Romo Daris pun ikut terlibat mempersiapkan. Beliau menyiapkan brosur yang memuat informasi mengenai Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani. Menurut tradisi, waktu untuk menyelenggarakan Pekan Doa Untuk Kesatuan Umat Kristiani di belahan utara adalah 18-25 Januari. Tanggal-tanggal itu diusulkan oleh Paul Wattson pada tahun 1908 yang meliputi hari-hari antara Pesta Santo Petrus dan Pesta Santo Paulus, dan karena itu memiliki suatu makna simbolik. Di belahan selatan, di mana Januari merupakan hari libur, Gereja-Gereja sering memilih hari-hari lain untuk menyelenggarakan Pekan Doa, misalnya sekitar Pentakosta (yang disarankan oleh gerakan Faith and Order pada tahun 1926), yang juga merupakan tanggal simbolik oleh kesatuan Gereja (Lih. http://www.katolisitas.org/pekan-doa-untuk-kesatuan-umat-kristiani/ Diakses 22 Februari 2018). 
“Tangan kanan-Mu, Tuhan, mulia karena kekuasaan-Mu (bdk. Keluaran 15:1-21)” menjadi tema Pekan Doa se-Dunia untuk Persatuan Umat Kristiani dalam refleksi dan doa selama satu pekan, 18-25 Januari 2018. Tema ini lahir berdasarkan pengalaman konkret umat dan masyarakat di Karibia. Saat ini umat Kristiani dan masyarakat Karibia dari berbagai tradisi melihat tangan Tuhan aktif berkarya membebaskan mereka dari belenggu penjajahan dan perbudakan. Mereka mengalami tindakan penyelamatan Tuhan yang membawa kebebasan. Karena itulah nyanyian Musa dan Miriam (Kel 15: 1-21) yang merupakan nyanyian kemenangan atas penindasan, dijadikan tema pekan doa itu untuk 2018. Tema ini telah diangkat dalam himne “The Right Hand of God” yang ditulis dalam sebuah lokakarya Konferensi Gereja-Gereja di Karibia bulan Agustus 1981, dan telah menjadi “lagu kebangsaan” gerakan ekumenis di wilayah itu, yang diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa berbeda. Tangan kanan Tuhanlah yang membawa orang keluar dari perbudakan, memberi harapan dan keberanian yang terus-menerus kepada umat-Nya. Itulah yang terus membawa harapan kepada umat dan masyarakat di Karibia. Dalam menyaksikan harapan bersama ini, Gereja-Gereja bekerja sama untuk melayani semua orang di wilayah itu, terutama yang paling rentan dan terbengkalai. Dalam kata-kata nyanyian rohani, “tangan kanan Allah sedang menanam di tanah kita, menanam benih kebebasan, harapan dan cinta”, mereka mengalami tangan kanan Tuhan yang menyelamatkan. Berdasarkan pengalaman itu, dalam rangka pekan doa 2018, Dewan Kepausan untuk Persatuan Umat Kristiani (Vatikan, Katolik Roma) dan Komisi Iman dan Hukum Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (Gereja-Gereja Protestan) bekerjasama mempersiapkan bahan-bahan renungan yang dibagikan kepada umat Kristiani. Bahan-bahan itu kemudian diterbitkan sesuai situasi dan konteks pengalaman di Indonesia dalam rupa booklet dan brosur untuk didistribusikan ke paroki-paroki, komunitas-komunitas religius serta gereja-gereja Kristen (Lih. http://penakatolik.com/2018/02/04/gerakan-pekan-doa-untuk-persatuan-umat-kristiani-di-kas-makin-berkembang/ Diakses 22 Februari 2018). Brosur inilah yang kemudian dibagikan oleh Romo Daris kepada yang hadir saat itu.
Setelah prosesi penyalaan lilin, Romo Daris memulai renungannya dengan pertanyaan, “Apa tandanya kalau damai sejahtera memerintah dalam hati kita?” Yang menjadi tanda adalah pengembangan tiga keutamaan (iman, harapan, dan kasih). Iman yang dipunyai ada 2 macam, yaitu 1) iman akan penciptaan yang membimbing kita pada kesadaran bahwa Tuhan itu adalah asal dan tujuan hidup serta 2) iman akan penebusan yang menyadarkan kita bahwa Tuhan mau mengajari kita sebagai manusia yang benar karena Tuhan sudah menjadi manusia. Harapan mengandung cita-cita atau hal-hal yang kita tunggu di depan. Ada nasehat yang mengajak kita untuk menggantungkan cita-cita setinggi mungkin. Kasih berarti memberikan segala sesuatu sepenuhnya. Yang dapat mencintai sepenuhnya hanyalah Allah. Manusia dapat mengusahakan untuk mencapai kasih yang sempurna seturut kemampuannya. Dalam mengembangkan tiga keutamaan ini, perlu diingat nasehat ini, “Ad mayora natur sum – Aku dilahirkan untuk membuat hal-hal  yang besar.” Setiap orang yang lahir ke dunia ini memang diciptakan untuk membuat hal-hal yang besar. Seperti Tuhan Yesus Kristus yang memang lahir untuk membuat hal-hal yang besar, tampaknya setiap orang perlu mencari hal-hal besar apa yang dikehendaki oleh Tuhan untuk ia perbuat.




Terima kasih kepada segenap panitia, para pendukung acara, Bapak Ibu Guru dan Karyawan, para pastor beserta karyawan-karyawati Paroki San Inigo Dirjodipuran, dan seluruh pihak yang telah membuat acara Natalan ini berjalan dengan baik. Semoga melalui semangat Natal yang ada, kita semua tergerak untuk membuat hal-hal besar dalam hidup kita.

Hadiah Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 untuk Ruang Podjok

Ada suatu kejadian yang tidak terduga untuk Ruang Podjok di awal tahun ini. Belum usai bergembira atas kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, ketika melaksanakan piket di akhir tahun 2017, Penjaga Podjok dikejutkan dengan hadiah yang tidak terduga. Pagi itu, Bapak Suwarno, penjaga sekolah yang memang tinggal di kompleks SMK Negeri 3 Surakarta, memberi kabar bahwa Ruang Podjok mendapatkan suatu kiriman. Penjaga Podjok pun agak bingung karena merasa tidak pernah memesan barang dari siapapun.
Kiriman itu diterima oleh Bapak Suwarno yang kemudian disampaikan kepada saya. Pada kemasan luar, tertulis, “Kepada Kerohanian Katolik SMK Negeri 3 Surakarta d/a Brigjend Sudiarto No. 34 Surakarta – Jateng.” Di bawahnya tertulis, “Isi: Alkitab = 40 exp” Puji Tuhan. Ini ternyata hadiah dari Tuhan yang dikirimkan melalui Bimas Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia. Saya jadi ingat, pada suatu pelatihan, entah dimana dan kapan, saya pernah diminta menuliskan berbagai macam kebutuhan yang diperlukan untuk kegiatan Agama Katolik di sekolah. Saat itu, saya menulis daftar panjang berbagai keperlukan yang saya butuhkan. Sekian waktu berlalu, ternyata inilah jawaban dari daftar panjang yang saya tuliskan itu. Dengan penuh sukacita, kiriman itu kemudian saya buka dan saya tempatkan di Ruang Agama Katolik untuk membantu siswa-siswi saya dalam mendalami iman. 

Terima kasih kepada Bimas Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan sarana-prasarana untuk membantu pelayanan pendalaman iman kepada siswa-siswi Katolik di SMK Negeri 3 Surakarta. Tuhan memberkati pelayanan panjenengan semua.

Senin, 15 Januari 2018

Menutup Kegiatan Semester dengan Ziarah

“Semoga dengan kegiatan ini, kami tidak digolongkan dalam kelompok orang-orang yang kurang piknik...”

Itulah ungkapan yang selintas terbersit di benak saya ketika menyiapkan kegiatan ini... Mendengar kata “ziarah” setiap orang Katolik pasti akan segera membayangkan aktivitas bepergian menuju ke sebuah tempat yang dikhususkan untuk berdoa atau menenangkan diri. Ya memang itulah yang seharusnya terjadi dalam ziarah...
Kata “ziarah” ini pun menjadi pembicaraan di antara beberapa anggota Ruang Podjok mulai pertengahan tahun ini. Sudah lama mereka memendam keinginan untuk bepergian sambil berdoa bersama. Apalagi, ini adalah Tahun Kaum Muda di Keuskupan Agung Semarang. Seperti yang telah diketahui, Gereja Katolik Indonesia pada tahun ini menyelenggarakan perayaan besar untuk kaum muda se-Asia, Asian Youth Day yang dipuncaki dengan acara bersama di Yogyakarta pada bulan Agustus yang lalu. Di tahun ini, memang kaum muda diajak untuk bergerak dengan berbagai aktivitas. Nah, Ruang Podjok menanggapi Tahun Kaum Muda ini dengan mengadakan ziarah ke Gua Maria Jatiningsih Yogyakarta.
Ide ini dilontarkan oleh beberapa anggota Ruang Podjok. Penjaga Podjok pun menanggapi ide ini asal bisa menyediakan dana sendiri. Penyediaan dana sendiri ini didasarkan pada pertimbangan kepraktisan. Mengapa begitu? Ziarah memang bukan program tahunan dari Ruang Podjok. Ada tiga program tahunan dengan biaya besar yang sudah biasa dilakukan dari tahun ke tahun, yaitu Natal, Paska, dan Retret. Ziarah bukanlah program tahunan. Oleh karena itu, pasti tidak akan ada dana yang dianggarkan untuk itu. Maka, Penjaga Podjok cari jalan yang praktis untuk memungkinkan kegiatan itu terjadi dengan mencari uang sendiri. Puji Tuhan, panitia yang dibentuk mau berjuang untuk mewujudkan itu. 
Meskipun anggota Ruang Podjok ini banyak perempuannya, pada kesempatan ini terbukti bahwa perempuan-perempuan anggota Ruang Podjok adalah perempuan-perempuan yang tangguh, yang tidak takut bekerja keras untuk mencapai tujuan dengan baik. Semangat inilah yang membuat Penjaga Podjok pun mau untuk mendukung kegiatan ini sepenuhnya. Penggalangan dana untuk ziarah ini dilakukan melalui berbagai cara. Ada yang jualan stiker. Ada yang jualan donat. Ada yang menembusi gereja-gereja untuk minta jatah parkir. 

Memang tidak semua usaha itu membuahkan hasil, tetapi paling tidak sudah ada usaha untuk menyediakan dana secara mandiri. 
Hari demi hari... bulan demi bulan pun berjalan. Sampai akhirnya, tibalah bulan Desember. Di bulan Desember ini, persiapan pun semakin intensif. Pendapatan dan pengeluaran mulai dihitung. Akhirnya, ditetapkan bahwa ziarah akan dilaksanakan pada hari Rabu (20/12/2017). Tidak sedikit tantangan dan hambatan yang ada, tetapi karena semua sudah diputuskan, semua harus dilakukan. Hari Rabu pagi, sebuah bis DAMRI sudah terparkir di depan sekolah dan siap untuk mengantar para peserta menuju Gua Maria Ratuning Katentreman Jatiningsih, Klepu, Sleman, Yogyakarta. Beberapa waktu sebelumnya, panitia berjuang keras untuk memperoleh bis yang nyaman. Akhirnya, pilihan jatuh pada Perum DAMRI, perusahaan otobus plat merah yang sudah berpengalaman untuk menyediakan transportasi bagi masyarakat.
Gua Maria Jatiningsih merupakan gua Maria yang terletak di salah satu tepian Sungai Progo. Pagi itu, sekitar jam setengah tujuh pagi, kami mulai berangkat dari Solo. Sebelum jalan, kami pun mengiringi seluruh acara itu dengan doa mohon pernyertaan Tuhan agar diberi keselamatan dan kelancaran. Setelah itu, bis pun mulai berjalan... Perjalanan menuju Gua Maria Ratuning Katentreman Jatiningsih memakan waktu kurang lebih 2,5 jam dari Kota Solo. Perjalanan ini terasa santai karena memang kami tidak dikejar oleh waktu. Terima kasih kepada Bapak-bapak Kru Bis DAMRI UABK Surakarta yang telah membuat perjalanan ini begitu nyaman... Dalam perjalanan kali ini, Penjaga Podjok tidak sendirian. Ada tiga orang guru yang menemani dan mendampingi para anggota Ruang Podjok. Terima kasih kepada Ibu Susiati, Ibu Herwijati, dan Bapak Fajar Kriscahyo yang telah menemani dalam ziarah kali ini... Selain itu, ziarah ini juga dimungkinkan atas dukungan dari Bapak Ibu Guru dan Karyawan yang beragama Katolik: Ibu Yulia, Bapak Christianto Raharjo, Ibu Sunaryati, Ibu Mei, dan Bapak Suwandi karena sudah mendukung, baik melalui bantuan dana maupun dukungan doa... Terima kasih atas dukungannya untuk kegiatan ini...




Kurang lebih pukul 10.00, rombongan pun tiba di Gua Maria Jatiningsih. Gua Maria Sendang Jatiningsih terletak 17 km di barat Kota Yogyakarta, tepatnya di Dusun Jitar, Desa Sumber Arum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman. Gua Maria Jatiningsih atau yang juga biasa disebut dengan nama Sendang Jatiningsih merupakan salah satu tempat peribadatan sekaligus peziarahan umat Katolik. Sebelum dibangun menjadi Gua Maria, dulunya tempat ini bernama Sendang Pusung. Pusung sendiri merupakan singkatan dari kalimat bahasa Jawa “sing ngapusi busung” yang artinya siapa yang berbohong akan terkena tulah. Kemudian namanya diubah menjadi Sendang Jatiningsih yang berarti sumber air dari rahmat Tuhan yang mendatangkan kedamaian.


Pembangunan kawasan ini sebagai tempat peziarahan diawali pada tahun 1952. Saat itu, ada warga Dusun Jitar yang memutuskan untuk dibabtis dan memeluk agama Katolik. Setahun kemudian jumlah warga yang memeluk Katolik semakin bertambah banyak, hingga akhirnya setiap jumat malam mereka mengadakan ibadah. Selain itu mereka juga kerap berlatih kesenian seperti karawitan, kethoprak, serta selawatan. Hal itu lantas menggerakkan hari seorang umat bernama Ignatius Purwidono untuk menghibahkan tanah miliknya yang berada di tepi Kali Progo sebagai tempat ibadah yang sekarang menjadi Gua Maria Sendang Jatiningsih. Setelah dana swadaya dari umat terkumpul, maka dimulailah pembangunan Gua Maria Sendang Jatiningsih. Batu putih untuk dinding gua diambil dari Gunung Kidul, sedangkan patung Bunda Maria dibuat oleh seorang pematung asal Muntilan. Gua Maria ini diresmikan pada tahun 1986. Pada tahun 1999 dilakukan renovasi atas Gua Maria Jatiningsih dan dilakukan pemberkatan oleh Uskup Agung Semarang pada 17 Desember 2000. Kini Gua Maria Sendang Jatiningsih tidak hanya dijadikan tempat beribadah warga Jitar, namun sudah dijadikan sebagai tempat peziarahan oleh umat Kalotik dari berbagai tempat.


Setelah tiba di sana, anggota Ruang Podjok pun segera bergegas untuk melakukan Doa Jalan Salib. Doa Jalan Salib ini merupakan devosi yang sangat populer di tengah umat, terutama pada saat Masa Prapaska karena doa ini mengenangkan kembali kisah sengsara dan wafat Yesus. Para anggota Ruang Podjok pun berdoa dengan khusuk. Setelah selesai berdevosi, para anggota Ruang Podjok pun diberi kesempatan untuk berdoa secara pribadi atau hening di kawasan doa tersebut. 

Sejak awal dibangun, Gua Maria Sendang Jatiningsih memang dikonsep terbuka dan menyatu dengan alam. Pohon-pohon jati berukuran besar dibiarkan terus tumbuh sehingga daunnya bisa memayungi umat yang berdoa di depan gua. Di tempat ini, peziarah bisa berdoa di bawah langit biru dan ditemani hembusan angin yang sejuk. Namun yang paling menyenangkan dari semuanya adalah bunyi gemericik air yang mengalir tiada henti. Memang Gua Maria ini dibangun tepat di pinggir aliran Sungai Progo sehingga menjadikan kawasan ini menjadi sejuk dan segar. Kebetulan, rombongan Ruang Podjok datang saat Sungai Progo dalam keadaan berlimpah air. Suara gemericik sungai berubah menjadi gemuruh yang sedikit menciutkan nyali. Penjaga Gua Maria pun berpesan kepada umat yang ingin turun ke Sungai Progo, “Kalau turun hati-hati ya karena jalannya licin...” Seperti layaknya Gua Maria pada umumnya, di tempat ini juga terdapat sebuah sendang atau mata air. Air yang mengalir ini diberi nama Tirta Wening Banyu Panguripan atau yang bermakna air bening pemberi kehidupan. Sumber air ini biasanya dibawa pulang oleh para peziarah. Sambil berjalan pulang, Penjaga Podjok pun membawa pulang air suci ini sebagai oleh-oleh sekaligus menjadi sumber air kedua yang dikumpulkan untuk proses pengumpulan tujuh sumber mata air.
Sekitar jam 11.30, rombongan mulai bergerak meninggalkan Gua Maria Ratuning Katentreman Jatiningsih. Siang itu, perjalanan dilanjutkan menuju tempat rekreasi yang sudah dipilih, yaitu The World Landmark Merapi Park. Kata anggota Ruang Podjok, tempat rekreasi ini baru hits dan instagramable. Perjalanan menuju tempat itu ditempuh dalam waktu kira-kira satu setengah jam. Sampai di tempat tujuan, sudah banyak pengunjung yang datang ke tempat itu. Tidak lama kemudian satu per satu dari rombongan memasuki taman. Segera saja kamera-kamera berbunyi untuk mengambil gambar. Siang itu, mendung sudah menggelayut di atas taman. Tidak lama berselang, hujan pun segera turun dan membasahi taman. Keadaan menjadi kacau balau... Untunglah... para anggota Ruang Podjok segera mendapatkan tempat berteduh..



Menit demi menit berlalu...hujan tidak segera mereda. Akhirnya diputuskan untuk kembali ke bis. Sesuai kesepakatan, kira-kira pukul setengah empat sore, saat rombongan kembali ke bis, seluruh rombongan pun mulai bergerak pulang... Terima kasih atas kebersamaan hari itu.. Terima kasih kepada semua saja yang telah mendukung dalam kegiatan ziarah di akhir tahun ini.... Tuhan memberkati kita semua...