Rabu, 28 September 2016

Untuk Mencatat yang Sudah Terlewat: Kegiatan di Akhir Tahun Pelajaran

Eh...tidak terasa bahwa tahun ajaran baru sudah lewat banyak. Ada banyak peristiwa yang terlewat tentunya yang belum tercatat. Tulisan ini diharapkan dapat membantu untuk mencatat yang sudah terlewat. Berikut ini adalah catatan-catatan yang bisa tersampaikan...

Doa Bersama Menjelang Ujian
Peristiwa pertama yang belum tercatat adalah Doa Bersama Menjelang Ujian. Masih di bulan Maret, siswa-siswi kelas XII dengan segera akan menyongsong Ujian Sekolah dan Ujian Nasional. Penjaga Podjok dan Bapak Heru Siswanto pun segera dihubungi oleh Bagian Kesiswaan SMK Negeri 3 Surakarta untuk menyiapkan acara Doa Bersama. Acara Doa Bersama ini diselenggarakan pada hari Jumat (11/3). Dengan segera, kami berdua mengumpulkan siswa-siswi kelas XII untuk menyiapkan acara tersebut. Pagi itu, semua persiapan sudah dilakukan dan sekitar jam 07.45, dimulailah acara Doa Bersama. Acara Doa Bersama ini digelar saat Gereja masih menjalani Masa Prapaska, masa yang dikhususkan untuk berdoa, berpuasa dan matiraga. Dalam kerangka itu, siswa-siswi Kristiani SMK Negeri 3, khususnya yang duduk di kelas XII, diajak untuk menyangkal diri dan memikul salib menghadapi Ujian Nasional yang berlangsung bulan April. 


Hari itu, yang kami undang untuk memberikan renungan sekaligus penguatan bagi siswa-siswi kelas XII adalah Bapak Ponco Widiarso, Vikaris GKJ Kerten. Dalam acara itu, hanya satu ayat yang ingin direnungkan, yaitu, "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya" (1 Kor 10:13). 

Memang benarlah perkataan ini, Allah tidak akan membiarkan hambaNya menanggung beban yang tidak tertanggung. Jika Allah menghendaki agar manusia menerima sebuah beban tertentu, pasti Allah pun akan memberi kekuatan dan Ia tidak akan meninggalkan manusia yang disayangiNya itu. Berdasarkan ayat tersebut, siswa-siswi kelas XII diajak untuk tidak takut menghadapi ujian karena keyakinan bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang melampaui kekuatan manusia. Artinya, jika ada beban yang harus ditanggung oleh manusia, Tuhan tentu akan memberikan kekuatan. Hal ini mengingatkan saya atas apa yang biasanya disampaikan oleh guru saya, Romo Antonius Budi Wihandono, "Rahmat Tuhan Cukup Bagimu (RTCB) dan Gusti Mesthi Paring Dalan (GMPD)." Dua pesan inilah yang selalu menghiasi laman Facebook beliau. Sebuah ajakan untuk percaya kepada Allah yang tentunya akan terus menjamin kehidupan manusia. Melalui pengalaman ini, Penjaga Podjok semakin disadarkan bahwa di dunia ini, tujuan utama hidup manusia adalah belajar percaya kepada Allah dan kemudian mengasihiNya dengan sepenuh hati.
Di akhir acara, Ibu Kepala Sekolah memberikan sambutan sekaligus penguatan kepada siswa-siswi kelas XII. Terima kasih kepada siapa saja yang sudah terlibat dalam acara Doa Bersama ini.  Usai Doa Bersama, siswa-siswi kelas XII pun mendapatkan pembekalan untuk menghadapi Ujian Sekolah dan Ujian Nasional. Kiranya acara Doa Bersama ini akan mengantar siswa-siswi kelas XII untuk bersiap diri menyongsong masa depan yang penuh kebahagiaan... Semoga siswa-siswi kelas XII diberkati dalam menempuh perjalanan hidup yang sedemikian panjang setelah lulus dari tempat pendidikan ini... Berkah Dalem...

Misa Pelajar untuk Merayakan Paska
Peristiwa kedua yang belum tercatat adalah Misa Pelajar bagi siswa-siswi Katolik se Kota Surakarta. Misa Pelajar ini diadakan pada hari Jumat (1/4). Hari itu, seluruh pelajar Katolik se Kota Surakarta diundang ke Gereja Santo Antonius Purbayan untuk mengikuti Misa. Hari itu, Misa dipersembahkan oleh beberapa romo, yaitu Romo Antonius Budi Wihandono, Romo Tiburtius Agus Sriyono, SJ., dan Romo Didik Cahyono, SJ. Antusiasme pelajar untuk mengikuti Misa hari itu sangat luar biasa. Gereja Santo Antonius Purbayan tampak penuh sesak dengan pelajar yang datang dari berbagai sekolah.
Dari bangku paling depan sampai bangku paling belakang, semuanya diduduki oleh pelajar dari mana-mana. Sungguh pemandangan yang membanggakan. Dalam homili yang disampaikan, Romo Antonius Budi Wihandono sebagai selebran utama mengajak anak-anak muda mengambil peran sebagai pemenang kehidupan. Renungan ini didasarkan pada pengalaman Romo Budi bertemu dengan mantan muridnya yang menjadi pengamen. Romo Budi merasa kasihan karena melihat mantan muridnya mengamen, namun setelah ditelusur lebih lanjut, ternyata pilihan anak muda tersebut untuk mengamen membuat Romo Budi dapat menerima pilihannya. Anak muda tersebut menempatkan dirinya sebagai bagian dari solusi dan bukan menjadi bagian dari masalah. Pilihan inilah yang disebut Romo Budi sebagai pilihan yang membuat anak muda itu menjadi pemenang kehidupan.


Dalam kesempatan Misa Pelajar ini, diadakan pula pelantikan pengurus baru Ikatan Siswa Katolik Surakarta (ISKS). Satu hal lagi yang sangat membanggakan adalah adanya seorang siswi SMK Negeri 3 Surakarta yang terlibat dalam kepengurusan ISKS tahun ini. Dia adalah Anna Niken Kresno Wati, siswi kelas XII AP 1. Semoga keterlibatan ini membuat siswa-siswi SMK Negeri 3 yang lain menjadi semakin aktif menjadi anak muda Katolik yang berani beriman dengan gembira. Hari itu, setelah Misa, diadakan pula Temu Pelajar Katolik oleh ISKS untuk memaparkan program yang akan dijalankan.

Pelayanan Sosial di Panti Asuhan Karuna dan Pengambilan Donasi KARINA
Masih dalam Masa Paska, sementara siswa-siswi kelas XII menempuh Ujian Nasional, siswa-siswi kelas X dan XI mendapat tugas untuk melakukan pelayanan sosial. Seperti yang sudah terjadi tahun kemarin, pelayanan sosial tahun ini masih dilakukan dengan pelayanan di panti asuhan dan pengambilan kaleng donasi KARINA. Pelayanan sosial di panti asuhan dilakukan di Panti Asuhan Karuna pada hari Senin-Rabu (4-6/4), sedangkan pengambilan kaleng donasi KARINA dilakukan dalam jangka waktu satu bulan. Terima kasih kepada siswa-siswi kelas X dan XI yang telah berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.



Menyelami Makna dan Tradisi Paska
Masih dalam rangka Masa Paska, di bulan April, anggota Ruang Podjok juga diajak untuk mendalami makna dan tradisi Paska melalui Sekolah Iman. Sekolah Iman ini dilaksanakan hari Jumat (15/4). Kegiatan Sekolah Iman ini merupakan kelanjutan kegiatan yang diintrodusir pada tahun 2013 dimana saat itu Paus Benediktus XVI menetapkan tahun 2012-2013 sebagai Tahun Iman. Karena maksud dan tujuannya baik, program Sekolah Iman ini pun dilanjutkan oleh Penjaga Podjok sampai sekarang. Sekolah Iman bulan April itu juga merupakan momen untuk mengenalkan buku Youcat, Katekismus untuk Anak Muda yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Buku ini menjadi salah satu alternatif sarana belajar bagi anak muda Katolik mengenai iman yang mereka hidupi. 





Selain itu, Sekolah Iman saat itu ingin mendalami lebih lanjut mengenai maknanya Paska seperti yang ditulis dalam tulisan di link ini.

Paska Bersama secara Mandiri
Akhir bulan April, tepatnya Sabtu (30/4), anggota Ruang Podjok mengadakan Perayaan Paska Bersama. Ada cerita yang tidak akan tidak akan terlupa seumur hidup dalam Perayaan Paska tahun ini karena Perayaan Paska tahun ini adalah perayaan Paska mandiri. Artinya, tidak ada dana dari sekolah untuk membantu perayaan Paska tahun ini. Mengapa begitu? Ceritanya panjang untuk dikisahkan, tetapi singkatnya, sekolah tidak bisa mengeluarkan dana untuk Perayaan Paska. Karena kepalang tanggung, panitia pun ditawari untuk mengadakan Perayaan Paska secara mandiri. Panitia pun bersedia berjuang untuk mencari dana mandiri bagi Perayaan Paska. Dengan modal uang sekitar Rp 200.000,-, panitia bergerak untuk mencari dana. Yang dilakukan adalah menjual makanan kecil. Akhirnya, dengan dana yang seadanya, Perayaan Paska berhasil juga diselenggarakan. 
Perayaan Paska ini sudah direncanakan sejak awal bulan April. Saat itu, rencana dimulai dengan survei ke panti asuhan yang akan didatangi. Pilihan pun jatuh pada Panti Asuhan Griya Kasih Victory Jogjakarta. Mengapa panti asuhan ini yang dipilih? Karena panti asuhan ini yang informasinya muncul di jaringan internet. Dari internet, beginilah informasi yang tersedia:

"Panti asuhan ini didirikan oleh Yayasan Victory dan diresmikan pada tanggal 5 Agustus 2001, dengan tujuan melayani anak-anak dari keluarga tidak mampu sehingga memiliki harapan taraf hidup yang lebih baik. Sejak tahun 2009, panti asuhan ini dikelola oleh Perkumpulan Griya Kasih Victory.
Panti asuhan ini semula berlokasi di desa Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Akibat erupsi gunung Merapi tahun 2009, panti asuhan ini pindah lokasi, menempati bangunan baru di desa Kadirojo 1, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta, atas bantuan dari para donator.
Hingga tahun 2011, panti asuhan ini telah menampung 40 anak dari berbagai daerah di Indonesia dan telah mengentaskan 9 anak lulus SLTA, 5 diantaranya berhasil melanjutkan ke perguruan tinggi atas bantuan dari donator."

Sambil bertanya kepada Mbah Google, ada enam orang yang melakukan survei. Selasa (3/4) sekitar jam 07.00, sebuah mobil meluncur dari kediaman Bapak Heru Siswanto menuju kota Jogjakarta. Sampai di daerah Kalasan, mobil itu menyusuri selokan Mataram menuju tempat panti asuhan Griya Kasih Victory berada. Sekitar jam 09.3o pihak panti asuhan menyambut kedatangan tim survei. Pembicaraan itu menghasilkan kesepakatan bahwa Sabtu (30/4) akan diadakan kunjungan dari Keluarga Besar Kristiani SMK Negeri 3 Surakarta dalam rangka Bakti Sosial Paska. Sepulang dari survei, panitia pun mulai merancang acara.
Acara sudah dibuat sedemikian rupa sampai terdengar berita yang bagaikan petir di siang bolong yang menyatakan bahwa tidak akan ada dana dari sekolah untuk Paskahan. Ya sudah, cerita menjadi lain. Berbagai tarik ulur menyertai persiapan Paskahan. Pembimbing dan siswa sempat saling bersitegang karena situasi. Akhirnya diputuskan bahwa acara Paskahan dilaksanakan secara sederhana namun tetap mengadakan bakti sosial ke Jogja. 




Hari Sabtu (30/4), Perayaan Paska berlangsung simpel dan sederhana. Pagi itu, Bapak Ponco Widiarso didaulat untuk memberikan renungan. Ia membuka renungan itu dengan pertanyaan, "Apa yang kita ikuti di dunia ini: kekayaan atau kebermanfaatan?"  Pertanyaan penting ini menjadi titik tolak seluruh renungan. Di sela-sela renungan, ia mengajak para hadirin untuk menyaksikan film pendek tentang Susan Boyle. Susan Boyle adalah seorang wanita paruh baya yang dulunya tidak diperhitungkan. Ia pernah ditolak untuk ikut dalam paduan suara Gereja. Pada seleksi ajang Britain Got Talents, ia pernah diremehkan karena ingin seperti penyanyi terkenal idolanya, Elaine Paige. Begitu membuka mulut, Susan Boyle ini mencengangkan para juri dengan suara indahnya. Bahkan, salah seorang juri mengatakan, "Suatu kehormatan dapat mendengar suara yang begitu indah itu." Susan Boyle sekarang sudah memiliki album. Album lagu-lagunya tidak ada yang mengalahkan. Kisah Susan Boyle ini menunjukkan bahwa kebermanfaatan perlu lebih dulu diupayakan. Renungan itu ditutup dengan kisah uang kertas. Suatu hari, terjadilah pertemuan antara uang kertas seribuan dengan uang kertas seratus ribuan. Mereka pun bercakap-cakap. Merasa bangga dengan penampilannya, uang kertas seratus ribuan menegur uang kertas seribuan, "Mengapa kamu sangat kotor, lecek, dan kumal? Apa yang kamu lakukan dan darimana saja kamu? Adakah yang kamu banggakan?" Uang kertas seribuan hanya diam. Setelah didesak lebih jauh dan diejek bertubi-tubi, uang kertas seribuan angkat bicara, "Aku berpetualang ke berbagai daerah. Aku berpindah dari satu tangan ke tangan yang lain. Aku pernah dipegang oleh seorang pengemis di jalan sampai seorang gubernur di ibukota provinsi. Aku bepergian dari pasar ke pasar. Aku berpindah dari satu gereja ke gereja lain. Bahkan, aku seringkali masuk ke kotak sumbangan yang tersebar di berbagai daerah. Aku sudah mengalami berbagai hal sehingga rupaku tidak begitu bagus, tetapi aku berguna untuk banyak orang." Mendengar jawaban itu, uang seratus ribuan hanya tertegun. Ia merasa sedih karena ternyata penampilannya yang kelihatannya terhormat tidak membawa manfaat sebanyak yang diceritakan oleh uang seribuan. Dengan sedih, uang seratus ribuan pun mundur sambil terdiam seribu bahasa. Kisah ini menjadi inspirasi bagi kita bahwa yang penting adalah berguna bagi orang lain. Meskipun kita merasa kecil dan hina, akan sangat baik jika kita berguna bagi semakin banyak orang. Renungan Paska ini menjadi pengingat agar setiap orang bisa melakukan hal-hal yang berguna bagi dirinya sendiri dan sekitarnya. Perayaan Paska yang singkat itupun diakhiri sekitar pukul 09.00.





Setelah pungkas acara di sekolah, sebagian siswa-siswi Kristiani melanjutkan perjalanan ke Jogjakarta menuju Panti Asuhan Griya Kasih Victory. Yang ikut dalam perjalanan ini hanyalah panitia dan beberapa guru sebagai pendamping. Hal ini dilakukan karena keterbatasan dana yang ada. 


Sesampai di Panti Asuhan Griya Kasih Victory, kami serombongan disambut dengan sangat meriah. Acara dimulai dengan perkenalan, sambutan dan dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan bersama. Siang itu, sebagai bentuk keakraban, diselenggarakanlah permainan antara teman-teman panitia Paska SMK Negeri 3 Surakarta dengan teman-teman panti asuhan. Riuh, gembira dan suasana yang menyenangkan tercipta pada siang hari yang terik itu. Acara permainan diselingi dengan pemberian tali asih dari siswa-siswi Kristiani SMK Negeri 3 Surakarta. Tali asih sederhana ini menjadi perwujudan keinginan dari siswa-siswi SMK Negeri 3 Surakarta untuk berbagai kepada teman-teman panti asuhan. Siang itu, teman-teman panitia juga membawa kejutan bagi seorang teman dari panti asuhan yang sedang berulang tahun. Selamat ulang tahun kami ucapkan dengan cinta dari SMK Negeri 3 Surakarta. 


Tidak disangka-sangka, teman-teman SMK Negeri 3 pun disuguhi persembahan yang membuat kami terkagum-kagum. Hari itu, teman-teman panti asuhan mempersembahkan paduan suara berupa medley lagu-lagu daerah dari seantero Nusantara. Ini menjadi simbol bahwa Indonesia itu sangatlah kaya dan terdiri dari beragam budaya. Lirik lagu yang dinyanyikan secara lincah dan sempurna itu membuat saya terperangah. Begitu mengagumkan... Tidak mengira kami boleh mendengarkan lagu-lagu Nusantara yang begitu indah ini. Sajian ini seolah-oleh menyentil ke-Indonesiaan saya. Saya yang bekerja di sekolah negeri sudah jarang mendengar lagu-lagu seperti ini. Padahal, sekolah negeri adalah sekolah pemerintah yang seharusnya dapat menjadi wadah untuk membangun diri menjadi orang Indonesia dan menjadi semakin Indonesia. Selepas suguhan lagu-lagu Nusantara itu, acara pun ditutup dengan makan siang bersama dan kemudian sayonara...
Terima kasih kepada teman-teman Panti Asuhan Griya Kasih Victory yang sudah menerima kami dengan senang hati, memberikan suguhan yang tidak terkira kepada kami. Semoga selanjutnya kita pun bisa bersua lagi... Jika ada sumur di ladang, bolehlah kita menumpang mandi; jika ada umur yang panjang, bolehlah kita bersua lagi.

Begitulah kurang lebih kisah-kisah yang masih tercecer dalam ingatan. Kiranya catatan ini boleh menjadi catatan untuk yang sudah terlewat... Berkah Dalem.