Selasa, 25 Desember 2012

Natal Bagiku Adalah...


Natal ini adalah natal kedua Ruang Podjok. Sudah dua tahun ini anggota keluarga Ruang Podjok menjalani Natal bersama. Di tahun ini, ada penghuni baru yang menyemarakkan Natal di Ruang Podjok. Penghuni itu adalah pohon Natal hijau dari tripleks dengan hiasan-hiasan mungil. Meskipun kecil, pohon Natal itu turut menghidupkan suasana Natal di Ruang Podjok. Pohon Natal adalah sebuah pohon yang sudah dihias dengan berbagai ornamen. Biasanya, pohon itu dipilih dari pohon pinus, cemara, atau sejenisnya dan dikaitkan dengan Hari Natal sebagai peringatan hari kelahiran Yesus Kristus, Sang Juruselamat.

Awalnya, pohon itu dihiasi dengan apel dan kacang. Namun, pada abad 18, pohon itu mulai diterangi dengan lilin. Sekarang, lilin digantikan dengan lampu listrik yang dapat menyala berkedip-kedip secara bergantian. Pohon itu sekarang banyak dihiasi dengan berbagai macam ornamen yang berkaitan dengan Hari Natal seperti malaikat, bola bundar yang berkilau, bintang-bintang, dan sebagainya. Figur seorang malaikat atau bintang yang besar biasanya dipasangkan di puncak pohon sebagai lambang malaikat yang menaungi kandang tempat Yesus dilahirkan atau bintang yang menunjukkan tempat lahir Sang Juruselamat seperti yang dikisahkan oleh para pengarang Injil. Tradisi memasang pohon Natal ini dimulai dari Jerman dan berasal dari kebiasaan abad 15 atau 16 yang menyatakan bahwa “orang-orang Kristiani yang saleh memasang pohon hias di dalam rumahnya.” Sejak paruh kedua abad 19, kebiasaan ini mulai populer di seluruh Jerman dan menyebar ke seluruh dunia.

Nuansa Natal semakin terasa saat terdengar suara Michael Buble mendendangkan lagi “It's Beginning to Look a Lot Like Christmas.” Suaranya terasa mengayun-ayun langkah untuk memasuki Masa Natal.

It's beginning to look a lot like Christmas 
Ev'rywhere you go; 
Take a look in the five and ten glistening once again 
With candy canes and silver lanes aglow. 
It's beginning to look a lot like Christmas 
Toys in ev'ry store 
But the prettiest sight to see is the holly that will be 
On your own front door. 
A pair of hopalong boots and a pistol that shoots 
Is the wish of Barney and Ben; 
Dolls that will talk and will go for a walk 
Is the hope of Janice and Jen; 
And Mom and Dad can hardly wait for school to start again. 
It's beginning to look a lot like Christmas 
Ev'rywhere you go; 
There's a tree in the Grand Hotel, 
one in the park as well, 
The sturdy kind that doesn't mind the snow. 
It's beginning to look a lot like Christmas; 
Soon the bells will start, 
And the thing that will make them ring 
is the carol that you sing 
Right within your heart.

Di Natal ini, tercetus ide untuk mendokumentasikan komentar-komentar kecil yang diutarakan oleh anggota keluarga Ruang Podjok. Ide untuk mengumpulkan komentar ini didapat oleh Penjaga Pojok saat melihat videoklip “Michael Buble - Christmas Trailer”. Dalam video itu, Buble mengungkapkan bahwa Natal selalu membawanya pada kenangan saat ia berusia 8 tahun, dimana ia selalu rindu dengan suasana dalam keluarganya. Videoklip itu mengisyaratkan bahwa Natal selalu memberikan kesan tersendiri bagi setiap orang. Oleh karena itu, paling tidak di tahun ini dan semoga setiap tahun mendatang, setiap anggota keluarga Ruang Podjok bisa mengungkapkan kesan yang dibingkai dengan judul “Natal Bagiku Adalah...”

Inilah komentar-komentar itu: 

Kelahiran Tuhan Yesus ke dunia sebagai Sang Juru Selamat yang membawa kedamaian, pengampunan, dan cinta kasih. Itu menuntut kita menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari seturut ajaranNya 
Kurnia Suliestiyani Putri 

Momen yang paling berharga dan paling kunantikan dalam setahun karena dalam momen itu semua kisah duka berganti menjadi tawa"
Anasthasia Bethi Candrarini 

Hari dimana Tuhan Yesus Juru Selamat bagi hidupku terlahir di dunia untuk menebus segala dosa-dosa manusia dan menjadi teladan bagi kita semua untuk selalu hidup di jalan yang benar dan untuk mewartakan kabar sukacita serta untuk selalu memuliakan Tuhan. Merry Christmas"
Giyana Margiyanti 

Hari yang sangat spesial untuk umat Katolik dan Kristen dan bisa dirayakan dengan senang bersama keluarga di Gereja"
Rikha Saputri 

Dimana kita meneladan Keluarga Kudus saat mereka bersukacita dalam kesederhanaan atas kelahiran Yesus Penyelamat dunia dan tetap hidup melayani sesama dengan tulus seturut kehendak Tuhan sebagai seorang pelayan yang tidak berjubah 
Advendiyanto 

Saat dimana pohon Natal dipajang, keluarga besar berkumpul, masak banyak dan enak, dan saat dimana keluarga besar saya bersama ke Gereja 
Happy Setia Budi 

Kehadiran Tuhan Yesus dalam hidup dan dengan bimbinganNya, saya dapat membangun diri agar menjadi lebih baik dan lebih mencintai Yesus"
Maria Goretti Lariska Larasati 

Datangnya Sang Juru Selamat, Yesus Kristus, ke dalam dunia untuk menebus dosa-dosa manusia dan waktu berkumpulnya keluarga dan sahabat untuk merayakannya secara bersama-sama"
Michael Kurniawan Adi Pramana 

Hari dimana satu keluarga berkumpul bersama untuk pergi ke gereja dan mengikuti misa bersama. Hari itu juga merepotkan karena bingung dengan acara di gereja dan lingkungan dan khususnya untuk Sekolah Minggu karena harus mencarikan hadiah buat anak-anak 
Dominica Tiffani Dewi Artyanti 

Hari kelahiran Juru Selamat kita dan sangat istimewa bagiku 
Debi Perpitasari 

Saat-saat yang dinantikan semua orang dimana Tuhan Yesus Sang Juru Selamat yang lahir menyelamatkan dunia dan disambut dengan hati yang damai dan kebersamaan 
Erna Yuniati 

Hal istimewa yang ditunggu-tunggu umat Kristiani karena Juru Selamat kita telah lahir di dunia dan menyelamatkan manusia 
Hari Maryana Putri 

Hari dimana ada kebahagiaan dan kedamaian, dimana yang tidak lengkap menjadi lengkap” 
Dewi Mutiarasani 

Saat yang tepat untuk ke gereja dan berkenalan dengan teman-teman, khususnya yang perempuan dan saat yang tepat untuk bertobat 
Agustinus Haryanto Robert 

Saat yang agak menyakitkan karena saya tidak pergi ke gereja dengan keluarga saya sendiri tetapi dengan keluarga teman. Namun saya masih tetap bahagia karena saya merasa memiliki keluarga baru. 
Bernardus Aldio Minda Kurniawan 

Saat yang tepat untuk berbagi bersama keluarga dan mencari kenalan di gereja 
Dea Putra Pratama 

Natal 
Ellanda Surya Kusuma 

Hari besar dimana saya dan keluarga menyambut kelahiran Sang Kristus di Gereja bersama-sama dengan penuh sukacita 
Thomas Diky Wahyudi 

Berkumpul bersama keluarga untuk merayakan kegembiraan 
Valentinus Satrio Tegar 

Kehidupan baru 
Yama Rucika Diana Sari 

Suatu saat yang spesial, bermakna bagi umat Katolik, menyenangkan hati karena memperingati hari kelahiran Yesus 
Maria Regina Chintya Nifan Ngeliau 

Kelahiran Tuhan Yesus yang ditunggu-tunggu semua umat Kristiani dan di situlah kebahagiaan terbesar bagi umat Kristiani 
Meitalia Triana Prabandari 

Hari yang kutunggu-tunggu karena hari itu adalah hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus 
Aditya Yanuar Probo Saputro 

Saat yang menyenangkan dan membanggakan. Saya bisa berkumpul dengan keluarga besar. Natal tahun ini adalah Natal yang baik untuk bisa membangun kerjasama dan hari yang spesial buat aku. 
Agnes Rezkha Dyanthika Putri 

Hari yang sangat indah di kehidupanku dimana Sang Juru Selamat kita lahir, hari yang tidak bisa aku lewatkan dimana hari yang sangat membahagiakan. 
Fransisca Dea Triastuti 

Lahirnya Juru Selamat ke dunia untuk menebus dosa manusia 
Jessica Tissa Septyana 

Hari yang penuh sukacita, keselamatan, hari dimana umat Kristiani , sesuai dengan tradisi Gereja Katolik, merayakan kelahiran Yesus Sang Penyelamat Dunia 
Bayu Sigit Pamungkas 

Kegembiraan yang tak terbatas 
Paulus Agung Wibowo 

Suatu momen dimana aku dan seluruh hidupku berada dalam puncak sukacita dan kebahagiaan. Harapanku adalah ingin menjadi lebih baik 
Natasha Karunia Paska 

Kebahagiaan tersendiri dari hati dimana ada suatu kelegaan yang dialami secara pribadi, suatu saat dimana kita mampu berbagi kebahagiaan pribadi tersebut secara sederhana kepada orang yang kita sayangi. 
Veronica Wening Budi Lestari

Minggu, 23 Desember 2012

Being Volunteers on Collecting Coins of Donation




From November 16 to December 8, 2012, some members of Ruang Podjok volunteered at Karitas Indonesia Keuskupan Agung Semarang (KARINA KAS). As volunteers, they collected coins of donation from many families in the region of Saint Peter Purwosari Parish and other parishioners. On August 2012, Father Banu Kurnianto promoted coin donation program to the parishioners of Saint Peter Purwosari Solo. At that moment, KARINA KAS offered small red yellow saving boxes to the parishioners who were willing to donate their money for KARINA KAS activities. After three months, KARINA KAS would collect those saving boxes.
In mid of November 2012, Mr Albertus Deby offered Ruang Podjok members to join KARINA KAS as volunteers who would collect those saving boxes. It’s a great chance and opportunity to train Ruang Podjok members in serving the Church. Serving the Church is not only at the altar, but also in the street among the people. At November 16, 2012, Mr Albert Deby came to Ruang Podjok and explained about KARINA KAS and Coin Donation Programs. He gave several tools to help the volunteers doing this service. Several members of Ruang Podjok were very enthusiatic to help collecting the donation.
At Monday, November 19, 2012, Ruang Podjok makes some groups of volunteers. Each group was responsible for 8 to 9 destination address in collecting donation. Each group also received some bundels of receipt and plastics to keep the donation. Their services were began. For some three weeks, they are trying to find the destination adrresses they have. They began to knock and ask local people to find the persons who hold KARINA KAS saving box. They were working hard to find those people. Many volunteers shared that they were feeling glad after they found an address or two. Then, they were encouraged to find more. They also did this service in total dedication. Many told that they have to go to some regions they didn't know before. They also told that they had to endure many small and bad roads. During the collecting of donation, they gathered every two or three days to recount their achievement. They recount the donation they got two or three days before. They did those activities happily. Their activities continued until December 9, 2012.
Thanks to Ruang Podjok members who were willing to serve in this activity. We're proud of you, your story of willingness, commitment, and service. Hopefully our Lord Jesus Christ bless our service from now on. 

Kamis, 13 Desember 2012

Diutus sebagai Orang Muda 100 % Katolik 100 % Indonesia



Sabtu-Minggu, 3-4 November 2012, enam orang utusan Warung Podjok diminta mengikuti Pembinaan Guru Siswa di Wisma El Betel Karangpandan dalam rangka menyambut Tahun Iman 2012. Mereka adalah Agnes Rezkha Dyanthika Putri, Bayu Sigit Pamungkas, Paulus Agung Wibowo, Veronika Wening Budi Lestari, Advendiyanto, dan Michael Kurniawan Adi Pramana. Sesuai undangan yang disampaikan, enam anggota keluarga Warung Podjok itu datang tepat waktu pukul 13.00 di SMA Negeri 4 Surakarta untuk melakukan registrasi ulang dan pengisian biodata pribadi. Sampai sekitar pukul 14.30 mereka menunggu lalu berangkat ke Karangpandan naik bis NUSA.


Kira-kira  pukul 16.30, sesampai di El Betel, seluruh peserta yang berjumlah 45 orang itu dikumpulkan di aula untuk pembagian kamar dan tempat tidur. Mereka terdiri dari berbagai daerah seputar wilayah Karesidenan Surakarta.  Kegiatan tersebut terbagi dalam tiga sesi yang terdiri dari 1 sesi Ibadat Pembukaan dan 2 sesi Materi.  Setelah makan malam, sesi diisi dengan sharing seputar kegiatan di sekolah. Setelah itu, pemandu sesi lalu menjelaskan tentang makna kegiatan yang dilakukan. Setelah sesi pertama, tibalah saat-saat yang ditunggu, yaitu saat santai yang diisi dengan kegiatan bakar jagung. Tidak hanya bakar jagung, tetapi juga bakar ayam. Setelah bakar jagung – dan juga ayam – ada acara Theguk-thenguk Crita. Ini biasanya yang dilakukan anak-anak muda kalau ketemu dengan temannya.


Hari Minggu, pagi-pagi, sekitar pukul 05.30, kegiatan diawali dengan olahraga. Betapa beruntungnya karena olahraga hari itu diisi dengan jalan-jalan. Jadi, yang bangun kesiangan bisa langsung nyusul jalan. Setelah mandi dan sarapan, kegiatan lalu dilanjutkan dengan sesi hari itu mengenai Tahun Iman. Tidak terasa, kegiatan itu pun berakhir. Sebelum makan siang dan pulang, ada Perayaan Ekaristi yang menjadi penutup.






Kegiatan tersebut tampaknya sangat mengesan di hati utusan Warung Podjok. 

Agnes menulis, 
“Menurut sudut pandang saya, kegiatan-kegiatan waktu di El Betel menyenangkan sekali karena saya bisa bertemu teman-teman yang berada di luar Solo. Di sana kegiatannya menarik karena bisa memperdalam iman kita untuk berbuat baik kepada sesama maupun kepada diri sendiri.” 

Agung dan Wening menuliskan kesan berikut ini,  
“Kita diajarkan untuk melayani sesama, berbagi kebahagiaan kepada orang lain, dan menjadi orang muda yang 100 % Katolik dan 100 % Indonesia.” 

Wawan menyatakan,  
“Kegiatan yang dilakukan pada rekoleksi tersebut sangat menyenangkan. Terasa sekali rasa kekeluargaan antar peserta dan sangat menambah pengetahuan yang bermanfaat bagi generasi muda Katolik. Banyak sekali nilai yang saya dapatkan dari kegiatan ini, yaitu rasa kekeluargaan, spontanitas diri yang harus dikembangkan, cara membangun motivasi, mengetahui hal-hal yang daat menghalangi berkembangnya motivasi, pengetahuan tentang Gereja dan banyak sekali nilai-nilai serta pelajaran yang saya dapatkan dari kegiatan ini yang pasti sangat bermanfaat sekali bagi kaum muda seperti saya.” 

Kegiatan yang merupakan program tahunan Komisi Pendidikan Kevikepan Surakarta ini merupakan wadah yang dirindukan oleh para guru dan siswa-siswi Katolik. Dari kesan yang didapatkan, tampak ada keinginan besar untuk terlibat dalam kegiatan semacam ini. Terima kasih kepada Komisi Pendidikan Kevikepan Surakarta yang telah membuka kesempatan bagi kami untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Akhirnya, terima kasih kepada enam utusan Warung Podjok yang berani terlibat bersama teman-teman siswa-siswi se-Karesidenan Surakarta dalam kegiatan Pembinaan Guru Siswa tersebut. 

Sabtu, 24 November 2012

Menghidupi Warisan Spiritual Bercermin dari Tradisi Orang Bali



 
Datang ke Bali pada saat liburan, itu sudah biasa. Tapi, kalau mau melihat Bali yang sesungguhnya, datanglah pada saat hari raya. Tapi jangan pas hari raya Nyepi karena katanya pas hari raya Nyepi, Bali sangatlah sepi dari segala aktivitas. Itu adalah hari raya yang sangat sakral.

Bertepatan dengan hari raya Kuningan, saya mulai menginjakkan kaki di Pulau Bali. Suasana hari raya tampak sangat kuat pada hari itu. Selepas dari Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, sudah terlihat suasana hari raya. Di sepanjang jalan, terlihat hiasan-hiasan dari daun kelapa yang masih muda atau janur yang disebut dengan penjor. Penjornya pun terlihat istimewatidak seperti penjor hiasan biasakarena di bagian bawah penjor tersebut dibuat sebuah tempat untuk meletakkan sesaji. Terlihat pula tempat-tempat pemujaan maupun pohon-pohon yang disarungi kain berwarna kuning. Warna kuningnya pun bermacam-macam, mulai dari kuning biasa sampai kuning emas.


Dalam perjalanan, kendaraan yang saya tumpangi berpapasan dengan kendaraan penduduk lokal. Saat diperhatikan, dalam kendaraan para penduduk lokal itu, ada sesuatu yang berbeda. Di atas dashboard kendaraan, ada sesaji yang tertata rapi secara bertumpuk. Ada bunga, pandan, hio, permen atau penganan, dan berbagai macam benda lain. Selain di dalam, bagian depan kendaraan juga tidak lupa diberi hiasan janur. Istimewanya lagi, semua sesaji itu ditempatkan secara hormat dan didoakan. Menurut orang Bali, sesaji itu adalah penolak bala. Semuanya itu dilakukan agar semua mendapat keselamatan.




Ketika berada di tempat pemberhentian, saya juga melihat beberapa orang yang terihat sibuk memberikan sesaji kepada tempat-tempat atau benda-benda di sekitar mereka. Ada yang memberi sesaji di pohon besar, mobil, maupun di tiang penjor. Selain itu, ada yang sedang sibuk bersembahyang di pura dan meminta berkat melalui para pemuka agama. Sungguh tradisi yang sangat hidup dan menjiwai setiap orang yang ada di sana.


Kekaguman saya terhadap Bali tidak berhenti sampai di sana. Ketika melihat semua kejadian pada saat hari raya itu, saya bertanya kepada diri sendiri,Apa yang membuat tradisi itu bertahan bahkan terasa abadi dari generasi ke generasi?Tidak lama kemudian, jawaban atas pertanyaan itu muncul sendiri. Ternyata, pewarisan nilai-nilai tradisi itu dilakukan secara ketat turun-temurun dari kakek nenek ke orang tua, dari orangtua ke anak, dari anak ke cucu dan seterusnya. Betapa tidak. Ketika menginjakkan kaki di Pura Tanah Lot, saya melihat hal-hal yang luar biasa. Para muda-mudimeskipun tampaknya sama seperti muda-mudi di tempat lain yang terbiasa dengan piranti komunikasi moderntetap mau mengenakan kebaya tradisional khas Bali dalam upacara adat. Semodern apapun, mereka tidak melupakan akar mereka yang tetap satu, yaitu tradisi. Masih di tempat yang sama, saya melihat bagaimana pewarisan tradisi itu dilakukan sejak anak-anak masih kecil. Saat berjalan, saya melihat seorang anak kecil membawa balon gajah berdandan adat berjalan bersama ayah ibunya. Tradisidan iman tentunyamemang berasal dari keluarga. Yang lebih dahulu memegang tradisi tersebut mewariskannya kepada yang datang lebih kemudian.

Belajar dari apa yang sempat dilihat dari Bali, saya belajar mengenai pewarisan iman. Mengapa Bali masih saja sakral dan agung serta membuat orang-orang lain tertarik untuk datang ke sana? Saya kira jawabannya berkaitan dengan warisan spiritual. Warisan spiritual inilah yang menjaga orang Bali tetap menjadi orang Bali.

Sebagai orang Katolik, saya memahami benar bahwa iman yang saya anut adalah hasil warisan dari iman orang tua saya. Orangtua saya lebih dulu menjadi Katolik. Begitu pula orangtua saya. Mereka mendapatkan iman itu dari kakek nenek atau guru-guru mereka. Orangtua saya dan saya mendapatkan warisan dari mereka yang lebih dulu tahu. Begitu pula dengan orang Bali. Mereka mendapat warisan iman mereka dari mereka yang lebih dulu tahu. Iman itu kemudian dikembangkan dalam keluarga sebagai iman yang HIDUP. Artinya, iman itu dilakukan dan dipraktekkan dalam keluarga. Anak kecil yang membawa balon ditemani orangtuanya itu layak menjadi simbol bagaimana iman yang diwariskan itu kemudian menjadi IMAN KELUARGA.

Iman keluarga inilah yang layak menjadi fokus dalam pengembangan umat Katolik. Keluarga telah ditetapkan sebagai Gereja mini. Persekutuan Gereja yang paling kecil tampak dalam kehidupan keluarga Katolik. Keluarga Katolik merupakan wadah bagi suami istri dan anak-anak untuk bersekutu dalam nama Tuhan. Paus Yohanes Paulus II menyatakanKeluarga adalah sekolah pertama tentang kehidupan dan pengaruh yang diterima di dalam keluarga sangatlah menentukan perkembangan seorang individu di masa depan. Orangtua Katolik harus belajar membentuk keluarga mereka sebagai Gereja domestik, Gereja rumah tangga, di mana Allah dihormati, hukum-Nya ditaati, doa menjadi sebuah kebiasaan, keutamaan diajarkan dengan perkataan dan perbuatan, serta setiap pribadi membagikan harapan, persoalan, dan beban satu sama lain(Pesan Hari Perdamaian Sedunia 1998 dan Homili di Aqueduct Racetrack, 1995). Jika iman dimulai dari keluarga, orangtua akan mengajarkan dan mewariskan iman kepada anak. Jika iman ini dikenalkan sejak dini secara benar, anak tidak akan malu mengenakan iman ini dalam hidupnya. Sekalipun terpapar oleh modernitas, iman dalam diri anak-anak tidak akan luntur karena iman itu tertanam kuat laksana pohon dengan akar yang dalam. Seperti anak muda Bali yang tetap teguh memelihara tradisi sekalipun bersentuhan dengan dunia modern, generasi muda Katolik tetap menjadi Katolik dalam dunia modern.

Dalam kehidupan harian, Pengembangan iman keluarga ini telah didukung dengan komunitas umat beriman yang bernaung di bawah Lingkungan dan Wilayah. Warisan spiritual orang Bali pun terjaga karena ada masyarakat adat yang selalu mendampingi keluarga dalam mendidik anak-anak mereka. Masyarakat adat menjadi komunitas bagi keluarga untuk saling bergantung. Demikian pula dalam Gereja Katolik. Setelah suami istri dan anak-anak matang dalam keluarga, mereka kemudian mulai terlibat dalam komunitas yang lebih besar, yaitu lingkungan dan wilayah. Dalam lingkungan dan wilayah, keluarga saling bertemu dan bersekutu. Kegiatan lingkungan dan wilayah merupakan wadah bagi keluarga-keluarga untuk saling meneguhkan satu sama lain. Yang berbeban berat diringankan, yang sakit didoakan, yang tersisih disapa. Dari lingkungan dan wilayah, keluarga terlibat dalam kegiatan paroki. Dalam paroki, keluarga bertemu dengan keluarga lain separoki. Dengan keterlibatan keluarga-keluarga, paroki menjadi semakin hidup dan berkembang. Paroki hanya dapat berkembang jika orang-orang yang menjadi anggotanya mau terlibat dalam kegiatan paroki. Akhirnya, Gereja akan berkembang jika IMAN mulai dari KELUARGA berkembang secara baik.



Seperti orang Bali yang memulai kehidupan imannya dari KELUARGA, kitaorang Katolikjuga memulai iman kita dari GEREJA KELUARGA. Keluarga kita jadikan tempat yang pertama dan utama untuk mendidik iman dan keterlibatan dalam Gereja maupun masyarakat. Terima kasih atas pendalaman mengenai warisan spiritual yang boleh kita pelajari dari orang Bali. Aum shanti shanti shanti aum. Berkah Dalem.