Jumat, 29 November 2013

Tiga Misteri Iman Akhirat: Surga, Neraka, dan Api Penyucian

Berbicara Mengenai Surga, Neraka dan Api Penyucian
Sekolah Iman di Ruang Podjok bulan November 2013 ini akan membahas tentang seputar kehidupan setelah kematian. Mengapa? Karena bulan November adalah bulan yang dikhususkan oleh Gereja sebagai bulan arwah. Di bulan ini, Gereja mengajak kita semua untuk mengingat orang-orang yang telah mendahului dipanggil oleh Tuhan. Hidup setelah kematian memang selalu menjadi misteri bagi manusia. Namun, tidak ada salahnya kita pun kemudian berusaha untuk mendekati misteri itu. Atas dasar inilah, Sekolah Iman Ruang Podjok bulan ini bicara mengenai surga, neraka, dan api penyucian. Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal berbagai macam misteri. Kata “misteri” selalu dikaitkan dengan sebuah hal yang belum dapat kita pahami secara penuh dan lengkap. Ketika kita ingin menjelaskan sebuah misteri, tidak akan ada penjelasan yang dapat memadai dan lengkap. Ada banyak misteri yang dimiliki oleh Gereja Katolik. Berbagai misteri itu tersimpan dalam harta kekayaan iman Gereja yang sering diistilahkan dengan depositum fidei.Gereja memiliki berbagai penjelasan resmi mengenai berbagai misteri iman dalam sebuah buku yang disebut Katekismus Gereja Katolik. Selain katekismus, Gereja Katolik juga memiliki berbagai ajaran resmi yang disampaikan melalui terbitan-terbitan lain maupun ulasan dari para teolog. Yang akan kita bicarakan hari ini adalah tiga misteri iman yang berkenaan dengan akhir hidup manusia. Tiga misteri iman itu adalah SURGA, NERAKA, dan API PENYUCIAN. Tidak ada yang bisa menjelaskan ketiga hal itu secara pasti. Namun, kita akan mencoba mendekatinya melalui pemahaman kita.


Surga: Kesatuan Sempurna dengan Allah
Ketika kecil, mungkin orangtua kita memberitahu bahwa letak surga itu ada di atas. Namun, sampai sekarang, tidak ada orang yang secara pasti mengetahui letak surga. Juga, tidak ada yang mengetahui bagaimana bentuk dan rupa surga itu. Berbagai gambaran yang ada mengenai surga selalu berupa KIASAN. Mengapa? Karena tidak ada orang yang betul-betul memahami bagaimana surga itu sesungguhnya. Oleh karena itu, kita akan memahami surga seturut yang disampaikan oleh Kitab Suci.
Kitab Suci menyatakan beberapa kutipan. Paulus mengatakan, “Bila kemah kediaman kita di bumi telah dibongkar, Allah menyediakan bagi kita suatu tempat kediaman di surga” (2 Kor 5:1) dan “Kewargaan kita ada di surga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini sehingga menjadi serupa dengan tubuhNya yang mulia” (Flp 3:20-21). Dari beberapa kutipan Kitab Suci itu, kita dapat menyimpulkan bahwa surga merupakan tempat bersemayamnya Allah dan situasi kebersatuan dengan Allah. Apapun gambarannya, yang menjadi pokok berkenaan dengan surga adalah Allah dan kesatuan denganNya.Pertanyaan yang kiranya bisa diajukan kemudian adalah “bagaimana mencapai surga?” Yesus berkata, “Tidak ada seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6). Ia pun berjanji “akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada” (Yoh 14:3). Iman Katolik menyatakan bahwa satu-satunya jalan menuju surga adalah melalui Yesus. Oleh karena itu, kita harus meneladan Yesus.


Neraka: Keterpisahan dengan Allah
Setelah mencoba memahami tentang surga, kita akan mencoba memahami tentang neraka. Neraka harus dimengerti sebagai lawan dari surga. Karena surga merupakan kesatuan sempurna dengan Allah, neraka pun berarti keterpisahan dari Allah. Tidak ada juga orang yang bisa mengerti sepenuhnya mengenai neraka. Semua itu hanya berupa bahasa kiasan saja. Gambaran mengenai api yang menyala-nyala dan berbagai macam siksaan yang menimpa manusia yang masuk neraka juga bersifat kiasan.Kitab Suci menyatakan demikian, “Lalu setan-setan itu memohon kepada Yesus supaya Ia jangan memerintahkan mereka masuk ke dalam jurang maut” (Luk 8:31) dan “Semua akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi” (Mat 13:42). Dari beberapa kutipan tersebut, kita dapat membayangkan bahwa neraka adalah tempat yang sangat tidak membahagiakan. Mengapa? Karena manusia hidup dalam keterpisahan dengan Allah. Tanpa Allah manusia tidak dapat hidup bahagia. Di dunia ini, mungkin ada yang merasa tidak membutuhkan Allah, tetapi bila manusia sudah mengenal dirinya dengan baik, ia merasakan dan mengalami bahwa hidup tanpa Allah sama saja dengan maut. Maka, jelaslah bahwa keterpisahan dari Allah berarti maut.Lalu, bagaimana kita dapat menghindari neraka? Ketika ditanya mengenai siapa saja yang dapat diselamatkan, Yesus bersabda, “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak” (Luk 13:24). Ajaran iman menyatakan bahwa neraka dapat dihindari jika kita berjuang sekuat tenaga untuk melakukan hal-hal yang baik. Hal baik sulit dilakukan karena manusia cenderung menyukai sesuatu yang menyenangkan dan mudah. Padahal hal baik itu seringkali tidak menyenangkan dan tidak mudah. 


Api Penyucian: Pemurnian Terakhir
Setelah mencoba memahami surga dan neraka, kita kemudian akan masuk pada misteri iman yang ketiga yaitu api penyucian. Kebanyakan orang Katolik menganggap bahwa ada tiga pintu, yaitu surga, neraka dan api penyucian. Api penyucian dianggap sebagai pintu yang ‘normal”. Dalam bahasa resmi Gereja, sebenarnya tidak ada istilah “api penyucian”, namun hanya penyucian saja (Istilah resminya adalah purgatorium).  Istilah api dilekatkan karena biasanya api memang digunakan untuk membuat sesuatu steril atau murni sehingga dapat digunakan secara sempurna.
Keyakinan tentang api penyucian tidak secara eksplisit diungkapkan dalam Kitab Suci. Beberapa ayat yang menjadi indikasi adanya iman tentang api penyucian dapat dilihat dalam kutipan 2 Mak 12:38-45, Mat 21:31, dan 2 Tim 1:18. Dalam kitab Makabe, doa untuk keselamatan para prajurit yang gugur dimungkinkan karena mereka belum masuk ke surga, tetapi juga tidak masuk neraka. Kurban silih untuk orang-orang mati itu dilakukan “supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya” (2 Mak 12:45). Yesus mengatakan tentang “sunia yang akan datang” (Mat 21:31). Inilah yang dimaksud dengan api penyucian. Paulus juga menyinggung tentang api penyucian, “Kiranya Tuhan menunjukkan rahmatNya kepadanya ada hariNya” (2 Tim 1:18). Ajaran tentang api penyucian salah satunya diungkapkan oleh Santo Isidorus dari Sevilla. Ia menyatakan, “beberapa dosa akan diampuni dan dimurnikan oleh api penyucian” Dari kutipan tersebut, kita bisa melihat bahwa api penyucian merupakan tahap terakhir dalam proses pemurnian pada perjalanan kepada Allah. Saat kematian, manusia melihat dirinya sendiri dalam keadaan yang sesungguhnya. Kematian merupakan penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Oleh karena itu, segala ketidakmurnian yang ada pada diri manusia merupakan ketidakcocokan yang menyakitkan. Dalam hal ini, manusia pun memerlukan proses pemurnian.


Kita Berada dalam Gereja yang Masih Berziarah Menuju Keselamatan Abadi
Tiga misteri iman yang telah kita dalami ini ada dalam Gereja Katolik. Gereja Katolik yang menaungi kita ini merupakan Gereja yang masih ada dalam perjalanan. Dalam perjalanan ini, Gereja masih mengalami jatuh bangun dan berjuang bersama untuk menuju pada kepenuhan keselamatan kerajaan Allah. Dalam peziarahan itu, kita semua bersama-sama menghidupkan pengharapan akan keselamatan Kerajaan Allah. Karena itu, Santo Paulus mengatakan, “Sekarang kita melihat suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka” (1 Kor 13:12). Semua hal yang dilakukan oleh manusia di dunia ini mengandung tujuan pula untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Yang ingin dicapai oleh manusia adalah keselamatan kekal. Inilah yang diupayakan melalui segala aktivitas yang dilakukan manusia.