Senin, 08 September 2014

Mengolah Iman untuk Awali Tahun Pelajaran Baru

Tahun pelajaran baru merupakan momen yang sangat rutin di setiap sekolah. Momen itu selalu dilewatkan dengan berbagai macam kegiatan orientasi atau pengenalan bagi siswa-siswi yang baru bergabung di suatu sekolah. Beruntunglah siswa-siswi Kristen Katolik di SMK Negeri 3 Surakarta. Di awal tahun pelajaran baru ini, siswa-siswi SMK Negeri 3 Surakarta diberi kesempatan untuk mengawali tahun ajaran baru dengan olah kerohanian. Hari pertama masuk sekolah yang bertepatan dengan bulan Ramadhan tahun ini menjadi berkah tersendiri bagi siswa-siswi Kristen dan Katolik. Karena bersamaan dengan bulan Ramadhan, otomatis bagi siswa-siswi Islam akan ada kegiatan Pesantren Kilat. Dengan demikian, bagi siswa-siswi Katolik akan ada acara Gladi Rohani dan Retret. Acara Gladi Rohani dan Retret tahun ini diadakan mulai tanggal 17-19 Juli 2014.
Setelah menjalani Masa Orientasi Peserta Didik Baru bersama-sama teman-teman mereka yang lain, siswa-siswi Kristen dan Katolik SMK Negeri 3 Kelas X diberi kesempatan untuk menimba kekuatan iman dan mengolah kerohanian. Tidak seperti tahun-tahun yang lalu, acara Gladi Rohani tahun ini dilaksanakan di Gereja Baptis Indonesia Gading pada 17 Juli 2014. Dalam kesempatan itu, Bapak Pendeta Paulus Bantara Nusantara berkenan memberikan firman kepada siswa-siswi SMK Negeri 3 Surakarta. Firman yang diambil pada kesempatan itu diinspirasikan dari Efesus 5:1-21 yang mengajak semua orang Kristiani untuk menjalani hidup sebagai anak-anak terang. Pada kesempatan itu, Bapak Pendeta mengajak semua saja yang hadir untuk menjadi anak-anak terang dengan melakukan hal-hal yang pantas: tidak berkata kotor, sembrono, dan kosong serta melakukan kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Sabda yang disampaikan itu terasa sangat pas untuk memulai hidup baru sebagai siswa-siswi di SMK Negeri 3 Surakarta. Setiap siswa-siswi Kristiani dipanggil untuk menjadi anak-anak terang yang melakukan kebaikan, keadilan, dan kebenaran.
Hari berikutnya, siswa-siswi Kristiani SMK Negeri 3 kemudian mengadakan perjalanan ke Tawangmangu untuk melanjutkan proses olah rohani melalui Retret. Retret kali ini dilakukan di Villa Indrasari, Tawangmangu, Karanganyar. Dalam retret kali ini, tema yang masih ingin diolah adalah Hidup sebagai Anak-anak Terang. Retret yang berlangsung sejak tanggal 18 sampai 19 Juli 2014 itu dibagi menjadi beberapa sesi, antara lain sesi Siapakah Aku, sesi Kebangunan Rohani, sesi Outbound, dan sesi Apa yang Harus Aku Lakukan. Dalam kesempatan retret ini, yang diminta untuk memberikan pendalaman rohani adalah Bapak Pendeta Waskita Wibowo dari Gereja Kristen Indonesia Nusukan dan Ibu Azkaria dari Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum.


Pada sesi Siapakah Aku, Bapak Pendeta Waskita Wibowo mengajak seluruh peserta retret untuk mengenali dirinya sendiri yang sebenar-benarnya. Dalam kesempatan itu, seluruh peserta diajak untuk melihat dan menyadari diri, baik hal-hal positif maupun negatif serta pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Setelah itu, beliau juga mengajak seluruh peserta untuk bersikap terhadap segala hal yang telah ditemukan itu. Melalui sesi ini, beliau mengajak seluruh peserta retret untuk menggunakan segala hal yang ada dalam dirinya demi perkembangan diri yang lebih baik. Semua ini diarahkan untuk menjadi anak-anak terang dalam kehidupan harian. Setelah sesi berakhir, seluruh peserta diberi kesempatan untuk beristirahat sejenak.






Sore harinya, acara dimulai kembali dengan sesi Kebangunan Rohani. Acara ini diisi oleh panitia. Dalam sesi ini, para peserta dan panitia diajak untuk menimba kekuatan dari Kitab Suci dan pengalaman yang dibagikan di antara peserta maupun panitia. Malam harinya, acara dilanjutkan dengan acara Api Unggun. Acara api unggun yang dilakukan malam hari itu terasa semakin istimewa dengan kehadiran Ibu Kepala Sekolah, Ibu Dra. Sri Haryanti, MM. Dalam kesempatan itu, Ibu Kepala Sekolah ikut larut terlibat dalam kegiatan yang menggembirakan itu. Setelah sesi berakhir, seluruh peserta diberi kesempatan untuk beristirahat malam.






Pagi harinya, seluruh peserta dibangunkan pagi untuk mengadakan Doa Pagi. Setelah Doa Pagi, seluruh peserta diajak untuk berjalan-jalan pagi. Setelah itu, diadakanlah Outbound di antara peserta. Permainan-permainan dalam Outbound terasa seru dan menggembirakan. Tawa lebar dan lepas mengiringi berbagai permainan yang dilakukan. Semuanya itu dilakukan dalam rangka mensyukuri hari baru yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita semua. Setelah makan pagi, seluruh peserta kembali mengikuti sesi. Sesi dengan tema Apa yang Akan Aku Lakukan ini dibawakan oleh Ibu Azkaria. Dalam sesi tersebut, seluruh peserta diajak untuk berpikir mengenai hal-hal yang mungkin dilakukan dalam hidup harian selanjutnya. Hidup sebagai anak terang adalah hidup yang memancarkan cahaya. Cahaya disebut berguna jika cahaya tersebut dapat menerangi lingkungan sekitarnya. Setelah sesi berakhir, seluruh peserta kemudian diberi kesempatan untuk melakukan acara bebas sebelum pulang. Dalam kesempatan itu, beberapa peserta menggunakan waktunya untuk berjalan-jalan, berbelanja, jajan dan melakukan berbagai aktivitas termasuk bersiap-siap untuk kembali pulang ke rumah. Setelah acara retret ini, seluruh siswa SMK Negeri 3 Surakarta diberi kesempatan untuk mendapatkan libur dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1435 Hijriyah.












Sekitar sebulan setelah liburan, siswa-siswi Katolik kembali mendapat kesempatan untuk menimba kekuatan rohani. Tanggal 29 Agustus 2014, bertepatan dengan Peringatan Wajib Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis, diadakanlah Perayaan Ekaristi untuk memohon berkat bagi tahun pelajaran yang baru. Hari itu, Romo Agustinus Sudarisman, romo paroki San Inigo Dirjodipuran yang membawahi reksa pastoral dimana SMK Negeri 3 termasuk di dalamnya, berkenan untuk mempersembahkan Ekaristi. Dalam kesempatan itu, hadir 22 siswa dan 3 guru. Dalam kesempatan Ekaristi itu, Romo Daris menyampaikan homili yang mengajak para guru dan siswa untuk tidak bersikap seperti Herodes yang bingung. Keputusan yang tidak didasari dengan kejelasan dan kemantapan dapat berakibat buruk bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, bahkan bisa menyebabkan hilangnya nyawa orang lain. Oleh karena itu, kita semua diajak untuk bertahan dalam keputusan selagi masih berada dalam kebingungan dan mendasari seluruh keputusan kita dengan kemantapan. Ekaristi Jumat kelima ini pun menjadi momen untuk kembali membangkitkan semangat sebelum menempuh perjalanan di tahun pelajaran baru. Terima kasih kepada Romo Daris yang berkenan mempersembahkan Ekaristi dan Bapak Ibu Guru serta siswa yang hadir dalam kesempatan itu.
Semoga olah kerohanian di awal tahun pelajaran ini menjadi awal yang baik bagi perkembangan iman Katolik di SMK Negeri 3 Surakarta.