Jumat, 19 Juni 2020

Menyelami Liturgi yang Mengubah Kehidupan

Ini merupakan hal baru yang sangat pantas disyukuri. Baru kali ini rasanya Ruang Podjok mengalami Pendalaman Bulan Katekese Liturgi. Pandemi Covid-19 malah memungkinkan pendalaman itu terjadi. 
Selama hampir 9 tahun berjaga di Ruang Podjok, Penjaga Podjok merasa belum pernah mengadakan pendalaman Bulan Katekese Liturgi karena biasanya bulan Mei sudah masuk bulan-bulan akhir pembelajaran sehingga tidak dimungkinkan untuk diadakan pertemuan siswa. Tahun ini, karena wabah, pendalaman malah bisa dilakukan. Pendalaman Bulan Katekese Liturgi kali ini dilakukan secara daring melalui wadah Whatsapp Grup Kerohanian Katolik SMK Negeri 3 Surakarta. Pendalaman kali ini menjadi selingan di antara pembelajaran daring yang dilakukan. Seminggu sekali, siswa-siswi diajak untuk menyelami bahan pendalaman yang ditawarkan. 
Tema Bulan Katekese Liturgi tahun ini adalah Ekaristi, Sumber Transformasi Hidup. Tema ini sebenarnya ingin menyiapkan umat untuk menyongsong Kongres Ekaristi Keuskupan Agung Semarang dan Kongres Ekaristi Internasional yang sedianya dilaksanakan pada tahun ini. Namun, karena situasi pandemi, tampaknya acara tersebut akan dijadwalkan ulang. Selama 31 hari di bulan Mei, seluruh umat Keuskupan Agung Semarang diajak untuk mendalami berbagai hal seputar liturgi, terutama Ekaristi. Inilah ringkasan bahan pendalaman yang bisa disajikan.


Hari 1:
Renungan hari ini mau mengatakan bahwa Ekaristi yang diikuti oleh umat beriman seharusnya berdampak pada hidup sehari-hari. Seperti apa yang dilakukan keluarga Pak Tarjo itu merupakan buah-buah dari Ekaristi yang diikutinya. Salah satu ajaran Gereja Katolik menyatakan, "Apa yang diterima umat dengan iman dan secara sakramental dalam Perayaan Ekaristi harus memberikan dampak nyata dalam tingkah laku mereka...Dengan demikian, setiap orang yang mengambil bagian dalam Perayaan Ekaristi haruslah penuh gairah ingin berbuat baik, menyenangkan Allah dan hidup pantas sambil membaktikan diri kepada Gereja, melaksanakan apa yang diajarkan kepadanya,dan bertumbuh dalam kesalehan.." (Dokumen Eucharistium Mysterium no. 13. 25 Mei 1967)

Hari 2:
Renungan hari ini mengajak kita mendalami berbagai macam devosi Ekaristi: Adorasi, Prosesi dan Kongres. Adorasi Ekaristi itu yang biasa kita ikuti setelah Misa Jumat Pertama pas pentahtaan Sakramen Mahakudus. Prosesi Sakramen Mahakudus itu perarakan Sakramen Mahakudus dari satu tempat ke tempat lain dalam rangka pemberkatan. Kongres Ekaristi itu adalah pertemuan para klerus (mereka yang menerima Tahbisan) dan awam dalam Gereja Katolik untuk mendalami,  menghidupi dan menghayati Ekaristi melalui devosi, ajaran-ajaran, ceramah dan diskusi. Kongres Ekaristi ini bisa dalam skala internasional, nasional atau keuskupan. Dalam skala internasional, utusannya dari negara-negara. Kalau skala Nasional, utusannya dari keuskupan-keuskupan. Kalau skalanya Keuskupan, utusannya dari paroki-paroki.

Hari 3:
Hari ini kita merayakan Hari Minggu Panggilan yang dirayakan pada Minggu Paskah IV. Hari Minggu Panggilan ini dicetuskan oleh Paus Paulus VI pada tahun 1963. Pada Hari Minggu ini, kita diajak untuk berdoa bagi suburnya panggilan pelayan Gereja, terutama imam,bruder dan suster. Renungan hari ini mau mengatakan bahwa semua panggilan itu pada dasarnya adalah jalan menuju kekudusan. Maka, apapun panggilan yang dipilih (menjadi imam, bruder, suster, atau bapak ibu keluarga) adalah panggilan yang suci. Konsili Vatikan II mengajarkan, "...bahwa semua orang Kristiani,bagaimanapun status dan corak hidup.mereka,dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan cinta kasih... Kekudusan itu dengan aneka cara terungkapkan pada masing-masing orang, yang dalam corak hidupnya menuju kesempurnaan cinta kasih dengan memberi teladan baik kepada sesama." (Dokumen Lumen Gentium no. 39-40)

Hari 4:
Hari ini kita diajak untuk merenungkan Ekaristi yang menumbuhkan semangat persaudaraan di antara kita. Ekaristi membangun kebersamaan di antara kita karena Ekaristi pertama-tama menunjukkan dimensi persekutuan umat beriman. Lalu bagaimana Ekaristi menampakkan kebersamaan di tengah wabah seperti ini dimana saat ini kita kan tidak boleh berkumpul? Pada dasarnya, Ekaristi itu menyatukan umat apapun kondisinya. Dalam situasi seperti ini, kebersamaan umat dihayati dalam keluarga masing-masing. Keluarga seringkali disebut Gereja Mini atau ecclesia domestica. Keluarga sebagai Gereja Mini menghadirkan seluruh Gereja di dunia dalam bentuknya yang paling konkret dan sederhana. Dalam keluarga yang merayakan Ekaristi secara online atau lewat tayangan, dimensi kebersamaan ini tetap tampak dalam keluarga. Selain itu, kebersamaan juga dihayati dalam kesatuan bersama keluarga-keluarga lain yang juga ikut merayakan Ekaristi secara online.

Hari 5:
Hari ini kita diajak untuk merenungkan hubungan Ekaristi dan Evangelisasi.Evangelisasi adalah tindakan mewartakan kabar gembira.Ekaristi dihayati sebagai peristiwa yang menggerakan dan memberi semangat kepada umat untuk mewartakan kabar gembira. Setelah dikuatkan dengan sabda dan roti dalam Ekaristi, kita pun diutus untuk mewartakan kabar gembira.

Hari 6:
Hari ini kita diajak bercermin dari apa yang dialami para rasul.  "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan" (Kis 2:42-47). Ekaristi membawa sukacita, kepedulian dan semangat berbagi.Kepedulian dan semangat berbagi ini kita lakukan secara konkret melalui kolekte. Sebagian dari kolekte kita setiap Minggu dikhususkan untuk membantu orang miskin yang disebut Dana Papa Miskin atau Danpamis.

Hari 7:
Hari ini kita diajak untuk merenungkan Liturgi sebagai peristiwa yang membawa semangat dalam hidup. Artinya,Liturgi itu harus memberikan kekuatan dalam hidup kita. Dokumen Sacrosanctum Concillium no. 10 menyatakan bahwa Liturgi itu merupakan puncak dan sumber kehidupan dan kegiatan Gereja. Oleh karena itu, kita sebagai umat beriman diajak mengarahkan hidup dan menimba kekuatan hidup dari liturgi. Inilah mengapa kita selalu diundang untuk merayakan Ekaristi Hari Minggu. Ekaristi Hari Minggu menjadi saat untuk mempersembahkan seluruh jerih payah kehidupan dari hari Senin-Sabtu serta saat untuk memohon berkat untuk hari Senin-Sabtu berikutnya. Kalau kita tidak mengikuti Ekaristi di Hari Minggu bagaimana kita mempersembahkan dan menimba kekuatan untuk hidup kita?

Hari 8:
Hari ini kita diajak untuk bersyukur atas Lingkungan yang menjadi bagian hidup kita. Lingkungan merupakan persekutuan yang dibentuk oleh keluarga-keluarga yang tinggal di lokasi yang berdekatan. Lingkungan merupakan perwujudan yang paling nyata Gereja sebagai satu Tubuh. Keluarga merupakan Gereja Mini. Gereja-gereja Mini itu membentuk persekutuan paguyuban yang mewujud nyata dalam Lingkungan. Semoga Lingkungan kita semakin guyub dan dijiwai oleh Ekaristi yang kita ikuti setiap kali.

Hari 9:
Hari ini kita diajak untuk belajar bagaimana Liturgi membantu kita untuk memiliki hidup rohani yang semakin baik. Prosesnya memang tidak bisa instan. Harus sedikit demi sedikit.Maka Gereja Katolik itu sangat menghargai proses. Lihat saja bahwa setiap pertumbuhan rohani umat selalu mengutamakan proses. Mau menikah ya harus pacaran,kursus perkawinan dan penyelidikan kanonik. Mau menerima sakramen-sakramen ya harus ada persiapan dulu. Inilah yang diajarkan Gereja bahwa semua itu ada prosesnya.

Hari 10 dan 11:
Dua hari ini kita diajak menyelami Kongres Ekaristi. Pada hari ke-10, kita diajak mendalami tema Kongres Ekaristi Internasional Tahun 2020 yang sedianya akan dilaksanakan di Budapest. Namun,berita terakhir menyatakan bahwa Tahta Suci telah memutuskan untuk menunda pelaksanaan kongres itu karena wabah Covid-19. Tema kongres itu ingin mengajak kita kembali menyadari bahwa Ekaristi adalah sumber hidup dan kekuatan untuk menjalankan misi atau perutusan bagi orang Katolik. Jadi, dalam Ekaristi,kita diajak untuk menimba kekuatan hidup dan perutusan. Kongres Ekaristi Internasional sudah diadakan sejak tahun 1881. Kongres Ekaristi pertama diadakan di Perancis dan digagas oleh seorang awam perempuan bernama Emile Tamisier. Kongres itu awalnya diadakan setahun sekali. Namun, dalam perkembangan waktu menjadi 2 tahun sekali, 3 tahun sekali dan akhirnya menjadi 4 tahun sekali sampai sekarang.
Pada hari ke-11, kita diajak mendalami Kongres Ekaristi Keuskupan. Kongres Ekaristi Keuskupan diadakan pada tahun 2008 di Ambarawa dan digagas oleh Romo Pujasumarta yang saat itu menjadi Vikjen KAS. Kongres Ekaristi Keuskupan memang diadakan untuk memeriahkan gema Kongres Ekaristi Internasional yang juga diadakan pada tahun yang sama.
Inilah salah satu hal yang bagi saya membuat bangga sebagai orang Katolik. Orang Katolik itu jaringannya internasional di bawah satu komando. Untunglah kita punya Petrus dan para pengganti-penggantinya...

Hari 12:
Hari ini kita masih diajak untuk mendalami sejarah Kongres Ekaristi Keuskupan. Sampai saat ini, Keuskupan Agung Semarang sudah pernah mengadakan 3 kali kongres: 2008, 2012, dan 2016. Rencananya tahun ini akan ada kongres lagi. Namun,karena wabah ini, sejauh saya dengar belum ada keputusan lagi. Semoga Kongres Ekaristi yang sudah dan akan berlangsung boleh membuat kita, umat Keuskupan Agung Semarang, semakin mencintai Ekaristi.

Hari 13:
Hari ini kita diajak merenungkan tema Kongres Ekaristi Keuskupan IV yang menyatakan bahwa Roh Kudus yang satu dan sama itu memberi karunia yang berbeda-beda tetapi itu semua demi kepentingan Gereja. Syukur karena kita boleh menyadari bahwa perbedaan itu justru akan membawa kepada kebaikan.

Hari 14:
Hari ini kita diajak untuk belajar dua hal yang agak sulit,yaitu Gnostisisme dan Pelagianisme. Ini adalah paham yang pernah berkembang melawan Gereja saat Gereja Katolik masih muda pada abad-abad pertama. Sekarang, berkembang paham yang baru tentang dua hal itu. Gnostisisme baru merupakan sikap dan pandangan bahwa keselamatan dan kesucian dapat dicapai melalui ilmu yang dipelajari oleh diri sendiri dan tidak memerlukan praktek kasih kepada sesama. Pelagianisme baru merupakan pandangan bahwa keselamatan dapat dicapai dengan perbuatan baik dari manusia saja tanpa bantuan rahmat Allah. Dua hal ini merupakan gejala masyarakat modern yang dilihat oleh Paus Fransiskus. Dua hal ini disampaikan dalam dokumen Gaudete et Exultate.

Hari 15:
Hari ini kita diajak untuk merenungkan istilah Ars Celebrandi. Istilah ini digunakan untuk menerangkan bagaimana kita seharusnya merayakan liturgi. Dengan istilah ini,kita disadarkan bahwa liturgi tidak sama dengan  aktivitas biasa yang lain. Liturgi merupakan aktivitas yang berhubungan dengan Allah. Maka,perlu penghayatan yang khusus. Kita diarahkan dengan istilah Ars Celebrandi ini. Contoh penghayatan yang mengikuti Ars Celebrandi itu termasuk tidak membuka aplikasi hape saat Ekaristi berlangsung atau membuka aplikasi lain saat Misa Online. Saya sendiri sering merasa terganggu dan risih melihat orang yang membuka aplikasi di ponsel saat Misa di Gereja. Harus disadari bahwa kita memang senang membuka hape - apalagi WA - tapi semoga kita bisa belajar menahan diri. Bukan berarti saya lebih baik, tapi ini merupakan usaha untuk menghayati Perayaan Liturgi dengan baik.

Hari 16:
Hari ini kita diajak merenungkan bagaimana kita mengembangkan musik liturgi. Bagi siswa-i yang aktif dalam kelompok koor, perlu diperhatikan bahwa jangan sampai lagu yang dipilih dan dinyanyikan menyulitkan umat untuk ikut bernyanyi. Seperti kata Paus Fransiskus, koor itu melayani umat dalam berliturgi. Silakan melihat link berikut: Paus minta koor membantu umat bernyanyi, bukan mengganti suara umat 


Hari 17:
Hari ini kita masih diajak untuk merenungkan tentang musik liturgi. Yang dibahas kali ini adalah nyanyian Liturgi. Kita diajak untuk sadar bahwa ada 4 hal penting dalam memilih nyanyian liturgi. Ini penting juga bagi kalian yang tergabung dalam kelompok paduan suara. Semoga dengan renungan malam ini kita boleh semakin sadar bahwa perayaan liturgi merupakan ajang pelayanan kelompok paduan suara dan bukan ajang untuk mencari popularitas atau pujian.

Hari 18:
Hari ini kita masih diajak untuk merenungkan bahwa Perayaan Ekaristi bukan pertunjukan. Dasarnya adalah Ars Celebrandi atau Seni Merayakan Liturgi.Ekaristi bukan One Man Show atau A Group Show. Ekaristi adalah perayaan seluruh umat, bahkan seluruh Gereja. Semoga kita boleh terus menyadari hal ini.

Hari 19:
Hari ini kita diajak untuk merenungkan Ekaristi sebagai ungkapan Syukur. Jadi,inti dari Ekaristi adalah syukur. Maka,Gereja Katolik memandang Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan umat beriman. Dalam Ekaristi, umat diajak untuk mensyukuri segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya sekalipun kadangkala ada yang tidak menyenangkan. Dalam Ekaristi,kita satukan segala hal yang terjadi dalam hidup kita dan kita syukuri.

Hari 20:
Hari ini kita diajak untuk merenungkan Busana dan Ruang Liturgi. Busana Liturgi merupakan pakaian khusus yang dipakai untuk merayakan liturgi, sedangkan Ruang Liturgi adalah tempat khusus untuk merayakan liturgi. Saya masih ingat bahwa dulu busana liturgi tidak boleh digunakan sembarangan, sekalipun oleh mereka yang sedang menjadi calon imam. Kasula dan stola seorang imam tidak boleh dikenakan oleh para frater yang belum menerima tahbisan. Ruang Liturgi juga menjadi tempat yang dikhususkan untuk kegiatan liturgi. Oleh karena itu,selama wabah Corona ini, setiap kali kita merayakan Ekaristi di rumah, kita diajak untuk mengikuti dari tempat yang pantas supaya Ruang Liturgi bisa tercipta.

Hari 21:
Hari ini kita diajak untuk merenungkan salah satu bagian dari Perayaan Ekaristi, yaitu Pengantar. Dalam buku disebutkan bahwa pengantar Ekaristi itu harus singkat dan tidak boleh panjang-panjang. Fungsinya memang hanya mengantar umat untuk masuk dalam inti perayaan. Maka, tidak boleh mendominasi. Semoga para pemuka jemaat juga belajar agar kalau memberi pengantar juga tidak usah panjang-panjang,secukupnya saja. Sejalan dengan pendalaman hari ke-21 itu, Paus Fransiskus pernah juga mengatakan agar homili juga tidak bertele-tele. Silakan melihat link berikut: Pesan Paus kepada Para Imam "Jaga Homili Singkat, Tidak Lebih dari 10 Menit!" Kalau pengantarnya saja sudah panjang,bisa jadi homilinya akan lebih panjang lagi.

Hari 22:
Hari ini kita masih diajak merenungkan hakikat Perayaan Ekaristi.Ekaristi merupakan perayaan kurban Kristus untuk keselamatan manusia. Oleh karena itu,tidak boleh ada tujuan lain yang "menggeser" makna Ekaristi. Jika memang ada "tujuan khusus," harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan tatacara yang digariskan oleh Gereja Katolik. Kalau misalnya ada Misa untuk Penggalangan Dana, tujuan itu harus disampaikan secara pantas dan elegan, misalnya diumumkan Minggu sebelumnya supaya tidak "mengganggu" hakikat Ekaristi.

Hari 23:
Hari ini kita diajak untuk belajar tentang bentuk pewartaan verbal yang termasuk pewartaan mimbar, yaitu Homili dan Kotbah. Dalam Buku Panduan Bulan Katekese Liturgi, sudah dipaparkan perbedaan antara Homili dan Kotbah. Semoga kita terbantu untuk lebih menghayati iman kita, terutama dalam kegiatan liturgi.

Hari 24:
Hari ini kita diajak untuk merenungkan penggunaan teknologi dalam Ekaristi. Hal ini sangat lazim kita lakukan saat wabah ini terutama ketika kita mengikuti Misa Online atau Live Streaming.yang jelas, ketika ikut Misa Online, sikap harus seperti ikut Misa Langsung, tidak boleh "nyambi" WA-nan, Youtube-an, ngobrol, gojek dan sebagainya. Dalam wabah ini, kita diajak untuk semakin dewasa dalam beriman. Karena kalau tidak mengikuti Perayaan liturgi, tidak ada orang lain yang menegur. Kontrolnya adalah diri sendiri. Yang ingin tahu bagaimana menghayati Misa Online bisa membuka kembali link ini: Misa Online Cara Baru Menghayati Warisan Tradisi? Saya ingin membagikan apa yang pernah saya tulis. Sekedar berbagi penghayatan Misa Online.

Hari 25:
Renungan Bulan Katekese Liturgi hari ini berbicara mengenai bagaimana Ekaristi mempererat persaudaraan. Bicara mengenai persaudaraan,memang secara nyata terlihat saat kita bisa berkumpul. Kardinal Darmoyuwono pernah mengatakan seperti yang disampaikan dalam renungan hari. Pertanyaan kemudian adalah bagaimana kita mempererat persaudaraan kita saat kita tidak mungkin berkumpul seperti waktu terjadi wabah ini? Semoga kita boleh semakin menyadari betapa berarti dan berharganya perjumpaan dengan orang lain.

Hari 26:
Hari ini kita masih diajak merenungkan Ekaristi sebagai sumber persaudaraan. Kisah inspiratif yang disajikan bercerita tentang persaudaraan yang dibangun oleh Angelo Roncalli (yang akhirnya terpilih menjadi Paus Yohanes XXIII). Ia berhasil membangun relasi yang baik antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodox. Gereja Katolik Roma itu ya Gereja Katolik yang kita ikuti ini, yaitu Gereja yang mengakui kepemimpinan Paus di Roma.Gereja Katolik Roma mengaku diri sebagai Gereja yang asali yang didirikan oleh Yesus dan dipercayakan di bawah kepemimpinan Petrus. Gereja Katolik Ortodox adalah "sempalan" pertama Gereja Katolik Roma.Gereja Ortodox ini mulai berdiri pada tahun 1054 di wilayah Eropa Timur. Saat itu,wilayah Gereja Katolik itu sangat luas,meliputi Eropa Barat dan Eropa Timur. Dalam perkembangan waktu,tata liturgi dan ajaran antara Barat dan Timur agak berbeda. Inilah yang membuat hubungan antara wilayah Barat dan Timur merenggang. Gereja bagian Timur kemudian sedikit demi sedikit melepaskan diri sampai akhirnya benar-benar lepas pada tahun 1054. Gereja Ortodox tidak mengakui kepemimpinan Paus serta memiliki hirarki kepemimpinan yang berbeda dan lepas dari Gereja Katolik. Pemimpin Gereja Katolik Ortodox disebut Batrik atau Patriark. Ada beberapa Patriark dalam Gereja Katolik Ortodox. Sampai sekarang,Gereja Katolik Roma dan Gereja Katolik Ortodox merupakan lembaga yang berbeda dengan tata kepemimpinan sendiri-sendiri. Gereja Katolik Roma dan Gereja Katolik Ortodox pernah tidak saling menyapa selama 900 tahun. Baru pada zaman Paus Paulus VI,komunikasi antara keduanya dijalin kembali. Sampai sekarang Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodox belum bisa bersatu sepenuhnya. Masih ada beberapa unsur yang belum bisa disatukan. Salah satu tokoh yang merintis perbaikan relasi antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodox adalah Angelo Roncalli yang dikisahkak dalam Buku Pendalaman Katekese Liturgi pada hari ke-26 itu.

Hari 27:
Hari ini kita diajak merenungkan Ekaristi sebagai sumber kekudusan. Paham ini berkaitan erat dengan Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan umat beriman. Ekaristi menjadi saat kita untuk menimba kesucian dari Yesus Kristus melalui Sakramen Mahakudus. Di tengah wabah ini, kita tetap bisa menimba kekudusan dalam Ekaristi melalui Komuni Batin atau Komuni Spiritual. Jika dihayati secara benar, Komuni Batin membuat Kristus benar-benar hadir dalam diri kita. Semoga kita boleh menimba kekudusan dari Ekaristi meskipun sedang berada dalam masa sulit ini.

Hari 28: 
Hari ini kita masih diajak merenungkan Ekaristi sebagai sumber kekudusan. Dikisahkan bahwa ada pasangan suami istri yang diangkat sebagai orang kudus karena berhasil membangun keluarganya sebagai persekutuan yang kudus. Diyakini bahwa Ekaristi menjadi sumber kekudusan bagi keluarga tersebut. Semoga kisah tersebut menginspirasi kita untuk semakin mencintai Ekaristi.

Hari 29: 
Hari ini kita diajak belajar dari Maria yang disebut sebagai Wanita Ekaristi. Maria digambarkan sebagai perempuan yang memiliki hubungan erat dengan Ekaristi. Dalam beberapa film yang berkisah tentang Yesus, Maria digambarkan sebagai perempuan yang menyertai Sang Putra dalam mewartakan Kerajaan Allah. Bahkan, saat Yesus menetapkan Ekaristi dalam Perjamuan Terakhir, Maria juga digambarkan ada disana. Oleh karena itu, sangat tepatlah Maria disebut Wanita Ekaristi. Kisah Para Rasul juga menceritakan bagaimana Maria hadir saat para rasul menantikan Roh Kudus dan saat terjadi peristiwa Pentakosta. Semoga kita boleh belajar mencintai Ekaristi dari Maria.

Hari 30: 
Hari ini kita diajak untuk merenungkan peran para kudus dalam kehidupan iman kita. Orang kudus adalah orang-orang yang pernah hidup dunia dan setelah meninggal dinyatakan sebagai orang suci serta pantas diteladani hidupnya oleh umat beriman. Orang kudus yang paling dekat dengan kita adalah santo atau santa pelindung kita. Sudahkah kita mengenal dengan baik kisah santo atau santa pelindung kita?

Hari 31: 
Hari ini kita diajak merenungkan perutusan kita untuk menjadi Gereja yang Misioner. Roh Kudus yang hari ini dicurahkan kepada kita setelah kita mohon selama 9 hari melalui Novena diharapkan menjadi kekuatan kita untuk bersaksi dengan cara mempraktekkan apa yang kita Imani dalam hidup sehari-hari. Nah,setelah kita diajak belajar tentang Liturgi selama sebulan ini, kita diutus untuk menghayati Perayaan Liturgi dengan lebih baik lagi. Tentu tidak boleh dilupakan bahwa kita tidak boleh berhenti hanya menghayati liturgi saja, tetapi juga harus berbuat nyata dalam hidup sehari-hari demi kesejahteraan umum dan kebaikan bersama.


Demikianlah selama 31 hari Penjaga Podjok sudah mengajak seluruh warga Ruang Podjok untuk menyelami liturgi. Harapannya, semoga liturgi yang sudah didalami ini mengubah kehidupan setiap orang yang sudah terlibat mendalaminya.