Minggu, 27 April 2014

Gelar Santo untuk Giuseppe Roncalli “Sang Paus yang Baik” dan Karol Woytila “Si Burung Kelana”


Hari ini, Gereja Katolik di seluruh dunia sangat bergembira. Kegembiraan itu disebabkan karena rasa syukur atas penggelaran kudus kepada dua orang pemimpin Gerejanya. Hari ini, Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II ditetapkan sebagai Santo oleh Paus Fransiskus. Dalam liturgi Gereja hari ini, seluruh Gereja dengan penuh kesukaan menyambut hadirnya santo-santo yang baru yaitu Santo Yohanes XXIII dan Santo Yohanes Paulus II. Dalam diri kedua orang tersebut, gelar “Bapa Suci” yang sering dipakai untuk menyebut seorang paus menjadi sangat nyata.
Dalam kesukaan besar itu, baiklah kita sedikit mengenal dua orang santo tersebut melalui kisah-kisah berikut:

Angelo Giuseppe Roncalli

Yohanes XXIII adalah Paus ke-261 Gereja Katolik yang bertahta antara tahun 1958-1963. Ia terlahir dengan nama Angelo Giuseppe Roncalli pada 25 November 1881 di Sotto il Monte, wilayah utara Italia. Ia adalah anak keempat dari 14 bersaudara. Dia mempunyai sembilan saudara laki-laki dan perempuan. Keluarganya bekerja sebagai petani. Suasana religius dari keluarga dan kehidupan paroki, yang berada di bawah asuhan Pastor Fransiskus Rebuzzini, memberikannya pembinaan yang memadai untuk menghayati kehidupan Kristiani. Roncali memasuki seminari Bergamo pada tahun 1892. Pada tahun 1896, ia diterima pada Ordo Fransiskan Sekuler oleh pembimbing spiritualnya di seminari, Pastor Luigi Isacchi. Mulai 1901 sampai 1905 ia belajar di Seminari Pontifikal Romawi. Pada 10 Agustus 1904 ia ditahbiskan sebagai imam diosesan di gereja Santa Maria in Monte Santo, di Roma Piazza del Popolo.
Roncalli sempat berkarya sebagai profesor di seminari dan sekretaris uskup di keuskupan Bergamo untuk sepuluh tahun lamanya. Pada 1905, ia ditunjuk sebagai sekretaris Uskup Bergamo, Monsinyur Giacomo Maria Radini Tedeschi. Di seminari, ia mengajar sejarah, patrologi (ilmu tentang bapa-bapa Gereja), dan apologetik (pembelaan iman). Ia adalah pengkhotbah yang elegan, mendalam, efektif dan selalu dinanti oleh umat. Ketika Italia mengalami perang pada tahun 1915, Roncali didaftarkan sebagai seorang sersan pada bagian medis dan menjadi imam bagi tentara yang terluka. Ketika perang berakhir, ia membuka "Rumah Pelajar" untuk orang muda yang membutuhkan pendidikan spiritual. Pada tahun 1919, ia menjadi pembimbing spiritual seminari. Dua tahun kemudian, pada tahun 1921, ia dipanggil oleh Paus Benediktus XV untuk berkarya bagi Tahta Suci dalam bagian penyebaran iman.
Empat tahun kemudian, pada 19 Maret 1925, Paus Pius XI menunjuk Roncalli sebagai Delegasi Apostolik untuk Bulgaria serta mengangkatnya sebagai Uskup Tituler Areopolis. Motto dalam jabatan episkopalnya adalah Oboedienta et Pax (Ketaatan dan Perdamaian). Ia pergi menuju Bulgaria dan menetap di Bulgaria sampai tahun 1935. Pada tahun 1935, ia ditunjuk sebagai Delegasi Apostolik untuk Turki dan Yunani. Pelayanannya di antara umat Katolik sangat giat, dan pendekatan dengan penuh hormat dan dialog dengan dunia Gereja Ortodoks dan Islam menjadi suatu kelebihan dari masa jabatannya. Ketika Perang Dunia Kedua pecah, ia berada di Yunani. Ia berusaha membantu para tahanan perang menyampaikan berita kepada keluarga mereka dan juga banyak membantu orang Yahudi dengan memberikan visa. Pada bulan Desember 1944, Paus Pius XII menunjuknya sebagai Nuncio (duta besar Paus) di Perancis. Pada tahun 1953, ia diangkat sebagai Kardinal dan dikirim ke Venesia untuk menduduki jabatan sebagai Patriark.
Setelah kematian Paus Pius XII, kira-kira sebulan sebelum ulang tahunnya, ia terpilih sebagai Paus pada 28 Oktober 1958, dengan mengambil nama Yohanes XXIII. Ia tepilih pada usia 76 tahun. Banyak orang berpikir bahwa dia akan berfungsi sebagai seorang paus transisional yang berperan untuk hanya mengisi kekosongan sementara menantikan kedatangan seorang pemimpin Gereja yang relatif lebih muda usia yang akan datang dengan ide-ide baru dan segar. Namun pada kenyataannya, selama masa pontifikatnya yang hanya beberapa tahun itu, ia telah memberi dampak luarbiasa atas perkembangan Gereja dan dunia. Masa Kepausannya dimulai dengan mempromosikan reformasi sosial bagi para pekerja, orang miskin, yatim-piatu, dan mereka yang terpinggirkan. Ia tidak sungkan-sungkan mengunjungi penjara, rumah sakit, dan memperhatikan orang-orang yang terlupakan. Pada tahun 1959, ia melarang umat Katolik untuk memilih  partai yang mendukung komunisme. Ia juga mengadakan dialog dengan agama-agama lain, termasuk Protestan, Orthodox, Anglikan, dan bahkan Shinto.
Satu hal yang sangat dikenal adalah ketika ia memanggil semua uskup dari seluruh dunia untuk mengadakan Konsili Vatikan II pada 25 Januari 1959. Ia juga membuat perombakan dalam Kolegium Para Kardinal, yaitu dengan membuatnya menjadi lebih bersifat internasional daripada sebelumnya yang sarat dengan orang Italia. Pada tahun 1962, ia memperkenalkan aturan baru dan juga menjadi yang terakhir bagi Misa Tridentine atau Misa Forma Ekstraordinaria (Ekaristi yang dilakukan dengan posisi imam membelakangi umat). Pada 11 Oktober 1962, ia membuka Konsili Vatikan II. Peristiwa ini menjadi puncak masa kepausannya. Ia sendiri memimpin sesi pertama konsili tersebut dari tanggal 11 September sampai dengan 8 Desember 1962. Pada  bulan Maret 1963, ia mendirikan sebuah komisi untuk merevisi Kitab Hukum Kanonik. Berkenaan dengan persoalan sosial, ia menerbitkan dua ensiklik, yaitu Mater et Magistra (1961) dan Pacem in Terris (1963). Ia meninggal pada 3 Juni 1963 di Roma. Ia bertahta hampir 5 tahun (tepatnya 4 tahun dan 218 hari) lamanya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.
Paus Yohanes XXIII adalah seorang seorang yang sungguh-sungguh rendah hati. Dia dikenal sebagai ‘Paus Yohanes yang baik’ atau ‘Good Pope John’. Pada 3 September 2000, ia dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II. Pada 27 April 2014, ia akan dikanonisasi oleh Paus Fransiskus. Pengenangan terhadap Paus Yohanes XXIII terbilang cukup aneh. Biasanya, Gereja menetapkan hari kematian sebagai tanggal peringatan seorang kudus. Namun, bagi Yohanes XXIII, Gereja menetapkan tanggal 11 Oktober, yaitu tanggal pembukaan Konsili Vatikan II. Penghormatan kepadanya tidak hanya diberikan oleh Gereja Katolik. Gereja Evangelis Amerika memperingatinya pada tanggal 3 Juni. Gereja Anglikan Kanada serta Gereja Episkopal Amerika memperingatinya pada tanggal 4 Juni. Santo Yohanes XXIII  memang bukan sekadar milik Gereja Katolik Roma, tetapi milik seluruh umat Kristiani.

Karol Jozef Woytila

Yohanes Paulus II adalah Paus ke-264 yang bertahta antara tahun 1978-2005. Ia bukan seorang Italia dan berasal dari negara komunis, Polandia. Ia lahir pada tanggal 18 Mei 1920 dengan nama Karol Jozef Woytila di sebuah kota kecil Wadowice, sekitar 50 km dari Krakow, Polandia. Ayahnya seorang tentara dan ibunya mengurus rumah tangga. Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Ibunya sering memanggilnya dengan sebutan Lolus yang kemudian menjadi Lolek. Ibunya meninggal akibat jantung dan ginjal pada tahun 1929. Lolek pun menghadapi masa-masa gelap dan berat dalam hidupnya. Sepeninggal ibunya, Lolek yang gemar sepakbola ini terus melanjutkan kehidupan bersama dengan ayahnya. Devosinya kepada Maria semakin bertambah di bawah pembinaan ayahnya. Ayahnya tidak pernah membicarakan perihal panggilan imamat. Tapi, teladan hidup ayahnya merupakan seminari pertama baginya. Sejak kecil, sepakbola menjadi perekat tali persahabatannya dengan kalangan orang Yahudi. Lolek yang Katolik dan berkebangsaan Polandia tulen itu sering memilih untuk membela dan bermain sebagai penjaga gawang bagi tim sepak bola Yahudi. Ia ingat pesan pastor parokinya, Pater Leonard Prochwnik yang menyatakan: ‘Anti Semitis berarti anti Kristen’ dan pesan gurunya Kazimierz Forys: ‘Semua warga negara adalah sama, termasuk orang-orang Israel.’
Ia pernah ditanya apakah ingin menjadi imam tetapi dengan lantang Lolek menjawab: Tidak! Aku tidak pantas. Yang diinginkannya saat itu menjadi seorang awam Kristiani yang aktif. Ikut ambil bagian dalam menangani permasalahan social melalui Gereja itu sudah lebih dari cukup. Tahun 1938, ia lulus ujian sekolah tinggi dengan nilai tertinggi pada pelajaran bahasa Polandia, Latin, Yunani, Jerman, sejarah, masalah-masalah kontemporer Polandia, filsafat dan pendidikan jasmani. Ketika pecah Perang Dunia II, Lolek belajar di Universitas Jagiellonia. Sambil belajar, ia bekerja sebagai pemecah batu di tambang parit miliki perusahaan kimia Solvay. Tahun 1941, ia pindah kerja di perusahaan kimia lain yang pekerjaan fisiknya tidak begitu keras. Sementara itu, ia terus ambil bagian dalam diskusi sastra dan pembacaan puisi di arena teater bawah tanah. Dia juga masuk ke kota-kota yang diduduki, membawa keluarga Yahudi keluar dari ghetto, mencarikan identitas baru, dan menyembunyikan mereka. Awal musim semi 1941, Lolek hidup sebatang kara. Ayahnya meninggal dunia akibat serangan jantung.
Di usia 22 tahun, Woytila meninggalkan universitas dan masuk seminari. Semuanya dilakukan secara tersembunyi. Untuk menutupi kegiatannya, dia masih tetap bekerja. Di usia ke-26, ia ditahbiskan sebagai imam oleh Kardinal Sapieha di istananya pada 1 November 1946. Dua tahun kemudian, ia menjadi doktor teologi di Roma dengan predikat summa cum laude. Tahun 1948, dia kembali ke Polandia yang masih dikuasai orang-orang komunis yang terus merongrong Gereja. Ia bekerja di Niegowic dekat Krakow dan menjadi cepat terkenal karena khotbahnya yang menarik. Tahun 1958, datanglah utusan Kardinal Stefan Wyszynski kepadanya. Namun, utusan tersebut mengalami kesulitan mencarinya. Ketika berhasil ditemukan, Wojtyla segera diajak ke Warsawa dan sang kardinal menunjuknya menjadi Uskup Krakow. Ketika ditanya soal kesediaannya, ia berpikir sejenak lalu ia bertanya apakah jawaban itu bisa menunggu sampai dia menyelesaikan perjalanan dengan sampannya. Kardinal setuju. Wojtyla pun kembali menghabiskan beberapa waktunya dalam kedamaian dan keheningan. Ketika kembali ke Krakow, dia memberi jawaban bahwa dia menerima penunjukan itu. Menjadi uskup, Wojtyla mengambil lambang episkopal yang bertuliskan huruf M dan kata-kata “Totus Tuus. M merupakan tanda devosi kepada Bunda Maria, sedangkan Totus Tuus berarti PadaMu Kuabdikan Segalanya.
Pada tahun 1962, Wojtyla memenuhi undangan Paus Yohanes XXIII untuk menghadiri Konsili. Di sana, pemikiran Wojtyla mulai didengarkan. Dalam rangka mempersiapkan konstitusi Gereja Lumen Gentium, dia mendesak sidang agar benar-benar memahami Gereja secara keseluruhan sebagai umat Allah sebelum membicarakan hirarki. Ia menekankan agar pendekatan klerikal dikurangi untuk memahami arti Gereja itu sendiri. Pandangan ini membuat sidang tercengang karena mereka menganggap semua uskup Polandia sangat konservatif. Tahun 1967, Wojtyla diangkat menjadi kardinal oleh Paus Paulus VI. Meskipun menjabat kardinal, penampilan fisiknya tidak berubah. Dia masih tetap menggunakan jubah hitam polos. Rumahnya masih terbuka bagi siapapun. Dia masih tetap menyukai kendaraan sepeda ketimbang mobil. Kalau naik mobil, dalam mobil harus masih diberi lampu penerang agar ia tetap bisa membaca. Ia mulai sering mengadakan perjalanan ke mancanegara. Dia mengunjungi Kanada, Amerika Serikat, Eropa, dan Timur Jauh. Oktober 1978, Kardinal Wojtyla menghadiri konklaf untuk memilih pengganti Albino Luciani (Paus Yohanes Paulus I). Pada hari hari kedua konklaf, ia terpilih sebagai Paus dan mengambil nama Yohanes Paulus.
Selama masa kepausannya, ia membuat ratusan kunjungan pastoral ke berbagai tempat. Sebagai uskup Roma, beliau mengunjungi 317 dari 333 paroki. Ia juga mengadakan pertemuan dengan para pemimpin negara. Kasih-Nya bagi orang-orang muda membawa dia untuk mendirikan Hari Pemuda Dunia. Ia juga berhasil mendorong dialog dengan orang Yahudi dan dengan perwakilan dari agama-agama lain, yang dia beberapa kali diundang ke pertemuan doa untuk perdamaian, khususnya di Assisi. Dia memberikan dorongan luar biasa untuk penggelaran kudus. Ia mengadakan 15 Sidang Sinode Uskup. Ia mengeluarkan 14 Ensiklik, 15 Anjuran Apostolik, 11 Konstitusi Apostolik, dan 45 Surat Apostolik. Ia menyetujui penerbitan Katekismus Gereja Katolik dan Kitab Hukum Kanonik. Ia menjadi teladan dalam pengampunan saat memberi maaf kepada seorang warga Turki bernama Mehmet Ali Agca Khan yang menembaknya tiga kali dalam percobaan pembunuhan di lapangan Santo Petrus pada 13 Mei 1981. Di adalah satu-satunya Paus yang pernah masuk komik karya Marvel yang diproduksi pada tahun 1983. Tahun 1994, majalah Time memilihnya sebagai Man of the Year, karena dianggap menggetarkan hati banyak orang. Ia merehabilitasi nama baik Galileo Galilei yang dikucilkan gereja lebih dari 500 tahun sebelumnya. Ia termasuk salah satu manusia paling berpengaruh di dunia pada abad XX. Ia meninggal pada Sabtu 2 April 2005, pukul 21.37 waktu Italia atau Minggu 3 April 2005 pukul 02.37 WIB pada usia 84 tahun. Beliau wafat di apartemen pribadinya di Vatikan setelah tiga bulan terakhir kesehatannya semakin memburuk karena berbagai penyakit. Jutaan orang menyaksikan pemakamannya yang disiarkan oleh berbagai stasiun televisi.
Paus Yohanes Paulus II adalah sosok yang populer, humanis, dan sering bepergian. Para wartawan sering menjulukinya “Si Burung Kelana.”  Ketika upacara pemakamannya, khalayak ramai menyerukan, “Santo Subito – Segeralah Diangkat Santo.” Hal ini rupanya menjadi doa banyak orang kepadanya. Tahun 2005, proses penggelaran kudus kepadanya dimulai. Proses ini termasuk sangat cepat karena biasanya proses penggelaran kudus baru akan dimulai lima tahun setelah seseorang meninggal. Pada tahun 2011, ia beatifikasi oleh Paus Benediktus XVI. Seperti Paus Yohanes XXIII, hari penghormatannya tidak dipilih dari hari kematiannya tetapi hari pelantikannya sebagai Paus, yaitu 22 Oktober. Dalam upacara beatifikasinya, tercatat 21 pemimpin atau wakil pemimpin negara menghadiri acara tersebut. Hal ini juga menunjukkan bahwa Paus Yohanes Paulus II juga menjadi milik warga dunia dan bukan hanya milik warga Gereja Katolik saja.

Syukur atas kedua santo baru ini dan marilah kita berdoa, “Allah yang mahakasih, kami bersyukur atas kerahimanMu yang menjadikan kudus hambaMu Paus Yohanes XXIII dan Paus Yohanes Paulus II yang dengan caranya masing-masing menjadi saksi akan kerahimanMu yang menguatkan kami umatMu. Tambahkanlah rahmat yang telah Engkau anugerahkan agar kami semakin memahami betapa agung pembaptisan yang menyucikan kami, betapa luhur Roh yang melahirkan kami kembali, dan betapa mulia Darah yang menebus kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, PutraMu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin”

Gambar diambil dari:
http://www.scmp.com/sites/default/files/styles/980w/public/2014/04/25/double_popes.jpg?itok=M-m8klga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar