Bulan-bulan ini, warga Ruang Podjok Agama Katolik
SMK Negeri 3 Surakarta menerima kado istimewa. Bukan uang, bukan perhiasan,
apalagi batu akik yang sekarang sedang ngetren. Kado istimewa yang diterima
adalah sebuah buku. Mengapa buku ini menjadi istimewa? Karena buku ini adalah
hasil kolaborasi Penjaga Podjok dengan sebagian warga Ruang Podjok.
Buku ini berawal dari sepenggal kisah yang terjadi kira-kira
dua tahun yang lalu. Saat itu, Penjaga Podjok mendapat inspirasi yang muncul menjelang
Ujian Praktek Pendidikan Agama Katolik tahun 2013. Saat itu, terbersit sebuah
ide untuk membuka peti depositum fidei
(harta kekayaan iman) Gereja Katolik. Kebetulan, saat itu juga baru dicanangkan
Tahun Iman oleh Paus (sekarang Paus Emeritus) Benediktus XVI. Jadi cocok. Ide
yang muncul saat itu adalah menantang siswa-siswi untuk mengungkap kembali
pengetahuan iman mereka tentang Gereja Katolik. Saat itu, idenya masih sangat
sederhana sehingga yang diungkapkan oleh siswa-siswi saat itu adalah
materi-materi yang sudah pernah mereka pelajari. Memang ada beberapa yang
kemudian berani mengangkat materi yang baru. Oleh karena itu, sangat patut
diacungi jempol untuk siswa-siswi yang berani keluar dari zona nyamannya ini. Untuk
kisah ini, para pembaca bisa menengok ke posting berikut: “UjianPraktek Agama: Belajar Berani dan Berani Belajar Mengungkapkan Iman”
Setelah Ujian tahun 2013 itu, gagasan untuk membuka
peti depositum fidei menjadi semakin liar. Penjaga Podjok ingin semakin
menantang anak-anaknya untuk semakin berani masuk ke dalam peti depositum fidei
itu dan menemukan hal-hal berharga. Akhirnya, muncullah gagasan untuk membahas
tema yang sama sekali baru dan tampaknya belum banyak dibahas dalam kehidupan
iman umat, yaitu “Orang-orang Kudus dari Kaum Awam.” Untuk merealisasikan ide
ini, Penjaga Podjok terlebih dulu harus melakukan riset untuk menentukan nama-nama
orang-orang yang bisa dibahas para siswa. Sekian banyak penelusuran dibuat.
Akhirnya ditemukanlah beberapa puluh nama yang kiranya dapat dibahas dalam
Ujian Praktek tahun berikutnya. Gagasan terus bergulir, membesar, dan matang.
Ketika tiba masa untuk mempersiapkan Ujian Praktek
tahun 2014, gagasan itupun digulirkan. Para siswa mengambil undian untuk
menentukan nama dari orang yang akan dibuat biografinya. Saat itu, ada beragam
tanggapan dari para siswa: ada yang bingung, ada yang antusias, ada yang
mengeluh. Ya wajarlah. Terhadap sebuah perubahan, reaksi spontan manusia adalah
defensif. Namun, mau tidak mau ya harus
mau karena Ujian Praktek adalah salah satu syarat kelulusan. Dari waktu ke
waktu, para siswa mengerjakan tugas tersebut. Mereka menelusuri berbagai kisah
orang yang menjadi bagian mereka. Ada berbagai kesan yang muncul selama mereka
mendalami kisah orang-orang kudus tersebut. Dengan bimbingan Penjaga Podjok,
mereka menyusun sebuah teks yang dapat disajikan dalam presentasi Ujian
Praktek.
Pasca Ujian Praktek selesai, tiba-tiba muncullah ide
untuk mengumpulkan teks-teks yang terserak itu dalam satu kompilasi. Penjaga
Podjok pun mulai mengumpulkan, menambah, memperkaya, dan mengomposisi teks yang
berisi kisah orang-orang kudus dari kaum awam. Kira-kira bulan Mei 2014,
Penjaga Podjok mengirimkan naskah tersebut kepada Penerbit Kanisius dengan
harapan tulisan sederhana itu bisa diterbitkan dan bermanfaat bagi khalayak
luas. Beberapa waktu ditunggu, akhirnya keputusan untuk terbit pun datang.
Terima kasih kepada Penerbit Kanisius yang telah membuat tulisan sederhana ini
dapat beredar untuk semakin banyak orang.
Ingin tahu tentang bagaimana proses pengangkatan
sebagai orang kudus? Ingin tahu berapa banyak awam yang sudah diproses menjadi
orang kudus? Buku ini kiranya dapat memberikan gambaran awal tentang
orang-orang kudus dari kaum awam. Ada berbagai kisah yang terungkap di
dalamnya. Ada orang kudus yang dulunya adalah seorang budak. Ada orang kudus
yang dulunya adalah seorang pemuja setan. Ada orang kudus yang bekerja sebagai
ahli ekonomi dan sebagainya. Kisah-kisah para awam kudus itu membuat kita
semakin diteguhkan bahwa siapapun dalam Gereja Katolik bisa memeluk hidup baik
nan suci. Dengan demikian, nyatalah yang diamanatkan oleh Konsili Vatikan II
melalui dokumen Lumen Gentium tentang Panggilan untuk Menjadi Kudus (LG 40)
berikut ini:
“Jadi bagi semua jelaslah, bahwa
semua orang kristiani, bagaimanapun status atau corak hidup mereka, dipanggil
untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani dan kesempurnaan cinta kasih. Dengan
kesucian itu juga dalam masyarakat di dunia ini cara hidup menjadi lebih
manusiawi. Untuk memperoleh kesempurnaan itu hendaklah kaum beriman mengerahkan
tenaga yang mereka terima menurut ukuran yang dikurniakan oleh Kristus, supaya
dengan mengikuti jejak-Nya dan menyerupai citra-Nya, dengan melaksanakan
kehendak Bapa dalam segalanya, mereka dengan segenap jiwa membaktikan diri
kepada kemuliaan Allah dan pengabdian terhadap sesama. Begitulah kesucian Umat
Allah akan bertumbuh dan menghasilkan buah berlimpah, seperti dalam sejarah
Gereja telah terbukti dengan cemerlang melalui hidup sekian banyak orang kudus.”