Setiap bulan Agustus, Gereja Katolik di Indonesia memasuki saat istimewa yang disebut Bulan Kebangsaan. Bulan Kebangsaan merupakan bulan yang dikhususkan oleh Gereja Katolik untuk mengajak seluruh orang Katolik Indonesia menyadari jati diri sebagai warga Gereja sekaligus warga bangsa dan negara Indonesia. Dalam Bulan Kebangsaan ini, setiap orang Katolik diajak untuk berefleksi memperbarui semangat kebangsaan sebagai orang Katolik Indonesia. Dalam tulisan kali ini, akan disajikan sekelumit kisah mengenai salah satu kekayaan iman Gereja Katolik Indonesia berkaitan dengan Maria. "De Maria numquam satis - Tentang Maria, tidak akan pernah cukup" Kata-kata ini tampaknya merepresentasikan begitu banyaknya hal yang bisa dibicarakan mengenai Maria, termasuk dalam hubungannya dengan bangsa Indonesia. Pembicaraan kali ini akan menyajikan ulasan mengenai Maria, Bunda Segala Suku.
Bunda Maria Segala Suku adalah penggambaran Bunda Maria dengan unsur-unsur kebudayaan dari beragam suku di Indonesia yang menggambarkan kekhasan Indonesia. Detailnya menunjukkan betapa beragamnya suku dan budaya di Indonesia. Maria Bunda Segala Suku juga menjadi wujud dari Bhinneka Tunggal Ika. Penggambaran ini terilhami dari keberagaman dan semangat nasionalisme Indonesia. Melalui penggambaran ini, umat Katolik percaya bahwa Bunda Maria dapat menjadi penerang bagi segala suku bangsa di Indonesia. Lahirnya beragam kreasi Maria Bunda Segala Suku ini dianggap sebagai tanggapan umat Katolik terhadap politik identitas yang mengguncang integrasi sosial di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Figur Maria Bunda Segala Suku tercipta dari sayembara yang diinisiasi oleh Gregorius Gomas Harun yang berkomitmen menunjukkan baktinya kepada Bunda Maria dengan caranya sendiri. Maka dari itu, tercetuslah lomba karya seni bertemakan "Maria, Bunda Segala Suku" pada tahun 2015 untuk menunjukkan kekhasan dari karya anak bangsa. Sayembara itu kemudian dimenangkan oleh Robertus Gunawan pada tahun 2017. Lukisan tersebut diresmikan pada tanggal 6 Januari 2018.
Bukan hanya meresmikan patung, Museum Maria Bunda Segala Suku juga diresmikan pada 20 Oktober 2018. Hadir dalam acara tersebut umat katolik dari berbagai wilayah di Jakarta. Acara sendiri diawali misa konselebran oleh para pastor dengan konselebran utama Monsinyur Ignatius Suharyo. Dalam sambutannya, Monsinyur Ignatius Suharyo menyampaikan, "Peristiwa berkembangnya devosi kepada Bunda Maria segala suku adalah peristiwa gerejawi. Tetapi ini juga bisa menjadi peristiwa kebangsaan," Peresmian ditandai dengan diberkatinya lukisan dan patung Bunda Maria Segala Suku. Monsinyur Ignatius Suharyo berharap umat Katolik semakin erat dan terus berdevosi kepada Bunda Maria juga semakin dapat berbaur dalam masyarakat yang berbeda-beda agama, suku, serta budaya di Indonesia. Harapannya hadirnya museum tersebut bisa mendorong umat Katolik untuk mengembangkannya devosinya kepada Bunda Maria. Museum tersebut berada di Marian Centre Indonesia. Berlokasi di Jl. Karmel II Blok D No.1, RT.012/RW.004. Kebon Jeruk, Jakarta Barat dan bisa dikunjungi dari Senin-Jumat, pukul 10.00-16.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar