Jumat, 22 Agustus 2025

Bunda Maria Segala Suku: Bunda Pemersatu Bangsa Indonesia

Setiap bulan Agustus, Gereja Katolik di Indonesia memasuki saat istimewa yang disebut Bulan Kebangsaan. Bulan Kebangsaan merupakan bulan yang dikhususkan oleh Gereja Katolik untuk mengajak seluruh orang Katolik Indonesia menyadari jati diri sebagai warga Gereja sekaligus warga bangsa dan negara Indonesia. Dalam Bulan Kebangsaan ini, setiap orang Katolik diajak untuk berefleksi memperbarui semangat kebangsaan sebagai orang Katolik Indonesia. Dalam tulisan kali ini, akan disajikan sekelumit kisah mengenai salah satu kekayaan iman Gereja Katolik Indonesia berkaitan dengan Maria. "De Maria numquam satis - Tentang Maria, tidak akan pernah cukup" Kata-kata ini tampaknya merepresentasikan begitu banyaknya hal yang bisa dibicarakan mengenai Maria, termasuk dalam hubungannya dengan bangsa Indonesia. Pembicaraan kali ini akan menyajikan ulasan mengenai Maria, Bunda Segala Suku. 

Bunda Maria Segala Suku adalah penggambaran Bunda Maria dengan unsur-unsur kebudayaan dari beragam suku di Indonesia yang menggambarkan kekhasan Indonesia. Detailnya menunjukkan betapa beragamnya suku dan budaya di Indonesia. Maria Bunda Segala Suku juga menjadi wujud dari Bhinneka Tunggal Ika. Penggambaran ini terilhami dari keberagaman dan semangat nasionalisme Indonesia. Melalui penggambaran ini, umat Katolik percaya bahwa Bunda Maria dapat menjadi penerang bagi segala suku bangsa di Indonesia. Lahirnya beragam kreasi Maria Bunda Segala Suku ini dianggap sebagai tanggapan umat Katolik terhadap politik identitas yang mengguncang integrasi sosial di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Desain Maria Bunda Segala Suku diciptakan oleh Robertus Gunawan. Detail warna merah dan putih pada kerudung menggambarkan warna dasar bendera Indonesia. Aksen emas menggambarkan warna dari kain-kain etnik di Indonesia seperti batik dan tenun yang dimaknai sebagai warna yang murni dan agung sebagaimana Bunda Maria diagungkan oleh umat Katolik. Mahkota yang dikenakan Bunda Maria menunjukkan kekhasan Indonesia, yaitu peta Indonesia yang dikelilingi oleh ukiran etnik. Bunda Maria mengenakan kebaya putih berhiaskan Garuda Pancasila di dada yang menggambarkan Bhinneka Tunggal Ika dan aksen lukisan wayang di bagian bawahnya. Kebayanya dipadupadankan dengan bawahan merah dengan motif etnik. Motif tersebut merupakan kombinasi ornamen tenun Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi. Dalam lukisannya, Bunda Maria dikelilingi oleh awan biru kehitaman dengan simbol Rosario di bawahnya. Artinya, Bunda Maria dimaknai sebagai penerang yang bisa menyatukan perbedaan dan keberagaman. 

Figur Maria Bunda Segala Suku tercipta dari sayembara yang diinisiasi oleh Gregorius Gomas Harun yang berkomitmen menunjukkan baktinya kepada Bunda Maria dengan caranya sendiri. Maka dari itu, tercetuslah lomba karya seni bertemakan "Maria, Bunda Segala Suku" pada tahun 2015 untuk menunjukkan kekhasan dari karya anak bangsa. Sayembara itu kemudian dimenangkan oleh Robertus Gunawan pada tahun 2017. Lukisan tersebut diresmikan pada tanggal 6 Januari 2018. 

Figur Maria Segala Suku kemudian dikembangkan dalam bentuk tiga dimensi oleh AM Zacharia yang berhasil membuat patung berbahan dasar keramik. Pada 13 Mei  2018, patung Maria Bunda Segala Suku diresmikan dan replika patungnya diberkati oleh Uskup Ignatius Kardinal Suharyo di Katedral Jakarta. Patung asli kabarnya disimpan di Museum Katedral Jakarta, sedangkan, patung yang ada di gereja Katedral merupakan patung replika. Pada saat Paus Fransiskus berkunjung di Jakarta, patung Bunda Maria Segala Suku diikutsertakan dalam Misa bersama Paus Fransiskus.

Bukan hanya meresmikan patung, Museum Maria Bunda Segala Suku juga diresmikan pada 20 Oktober 2018. Hadir dalam acara tersebut umat katolik dari berbagai wilayah di Jakarta. Acara sendiri diawali misa konselebran oleh para pastor dengan konselebran utama Monsinyur Ignatius Suharyo. Dalam sambutannya, Monsinyur Ignatius Suharyo menyampaikan, "Peristiwa berkembangnya devosi kepada Bunda Maria segala suku adalah peristiwa gerejawi. Tetapi ini juga bisa menjadi peristiwa kebangsaan," Peresmian ditandai dengan diberkatinya lukisan dan patung Bunda Maria Segala Suku. Monsinyur Ignatius Suharyo berharap umat Katolik semakin erat dan terus berdevosi kepada Bunda Maria juga semakin dapat berbaur dalam masyarakat yang berbeda-beda agama, suku, serta budaya di Indonesia. Harapannya hadirnya museum tersebut bisa mendorong umat Katolik untuk mengembangkannya devosinya kepada Bunda Maria. Museum tersebut berada di Marian Centre Indonesia. Berlokasi di Jl. Karmel II Blok D No.1, RT.012/RW.004. Kebon Jeruk, Jakarta Barat dan bisa dikunjungi dari Senin-Jumat, pukul 10.00-16.00 WIB.

Jumat, 09 Mei 2025

Habemus Papam: Paus Leo XIV

Pagi-pagi, setelah bangun tidur, saya menengok media sosial saya. Betapa terkejutnya saya bahwa linimasa sudah dipenuhi dengan informasi mengenai terpilihnya Paus baru. Setelah berduka karena kematian Paus Fransiskus, sebanyak 133 kardinal dari seluruh dunia berkumpul untuk melakukan ritual pemilihan Paus yang disebut konklaf. Konklaf merupakan salah satu peristiwa yang mengundang ketertarikan bagi umat Katolik. Mengenai apa dan bagaimana konklaf ini, sudah pernah saya tulis melalui postingan "Meneropong Konklaf dari Ruang Pojok" Bagi yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai konklaf, bisalah mengklik link tersebut.

Pagi ini, saya dikejutkan dengan berita bahwa sudah terpilih Paus baru dengan nama Leo XIV. Setelah ditelisik lebih lanjut, nama tersebut dipilih oleh seorang kardinal dari Amerika Serikat bernama Robert Francis Prevost. Kardinal Robert Francis Prevost terpilih sebagai Paus Gereja Katolik ke 267. Dia adalah Paus pertama yang terpilih dari Ordo Santo Agustinus dan yang kedua berasal dari Amerika. Paus pertama yang berasal dari Amerika adalah Paus Fransiskus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio. Setelah diperkenalkan dari atas balkon, ia memberikan pidato sebagai berikut:

"Damai sejahtera bagi kalian semua.

Saudara-saudari terkasih, ini adalah salam pertama dari Kristus yang bangkit, Gembala yang baik yang memberikan hidup-Nya untuk Tuhan. Saya juga ingin agar salam damai ini masuk ke dalam hati kalian dan menyatukan semua orang, siapa pun mereka, di seluruh bumi. Damai sejahtera bagi kalian.

Ini adalah damai dari Kristus yang bangkit, damai yang melucuti senjata, rendah hati, dan juga akan bertahan, dan itu berasal dari Tuhan, Tuhan yang mengasihi kita semua tanpa syarat.

Mari kita terus mendengarkan bahkan suara-suara yang lemah, dan Paus Fransiskus selalu berani dan memberkati Roma. Paus yang memberkati Roma, dia memberkati seluruh dunia pada pagi Paskah itu. Jadi mari kita lanjutkan berkat itu.

Tuhan mengasihi kita, Tuhan mengasihi kalian semua, dosa tidak akan menang, kita semua berada di tangan Tuhan.

Dan pada saat yang sama tanpa rasa takut, mari kita bersatu tangan dengan Tuhan dan di antara kita sendiri, mari kita maju karena kita adalah murid-murid Kristus, Kristus mendahului kita, dunia membutuhkan terang kalian, umat manusia membutuhkan-Nya sebagai jembatan untuk dapat mencapai Tuhan dan meraih kasih Tuhan.

Kalian juga harus membantu kami dan saling membantu. Dan kita semua harus menjadi satu umat.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua saudara kardinal saya yang telah memilih saya untuk menjadi penerus Petrus dan berjalan bersama kalian sebagai gereja yang bersatu, selalu berusaha mencari damai, keadilan, dan selalu berusaha bekerja sebagai pria dan wanita yang setia kepada Yesus Kristus tanpa rasa takut dan juga menjadi misionaris.

Saya adalah anak dari Santo Agustinus, saya adalah seorang Kristen bersama kalian dan sejauh itu kita semua dapat berjalan bersama menuju tanah yang telah disiapkan Tuhan untuk kita.

Kepada Gereja Roma, saya ingin memberikan salam khusus. Bersama-sama kita harus mencoba mencari tahu bagaimana menjadi gereja yang membangun jembatan, menjalin dialog, yang selalu terbuka untuk menerima di alun-alun ini dengan tangan terbuka kepada siapa pun yang membutuhkan kasih kita, kehadiran kita, dialog, dan cinta kita.

Dan saya juga ingin mengatakan sesuatu dalam bahasa Spanyol. Saya ingin secara khusus menyapa rekan-rekan saya dari Peru. Merupakan kesenangan besar bagi saya untuk bekerja di Peru.

Kepada kalian semua, saudara dan saudari, dari Roma, seluruh dunia, kita perlu menjadi gereja yang berjalan di jalan damai, yang selalu mencari kasih, yang selalu berusaha mendekat terutama kepada mereka yang menderita.

Hari ini, hari di mana kita berdoa kepada Madonna dari Pompeii, ibu kita Maria selalu ingin tetap dekat dengan kita dan membantu kita dengan kasih dan perantaraannya.

Mari kita berdoa bersama, untuk misi baru ini, untuk seluruh gereja, dan untuk perdamaian di seluruh dunia.

Dan mari kita mohon rahmat khusus ini dari Maria, ibu kita. Salam Maria..."

Robert Francis Prevost lahir pada 14 September 1955 di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Orangtuanya bernama Louis Marius Prevost dan Mildred Martínez serta memiliki dua saudara, Louis Martín dan John Joseph. Ia mengenyam pendidikan Seminari Kecil di bawah asuhan para imam Agustinian dam kemudian belajar di Universitas Villanova, Pennsylvania sampai meraih gelar dalam bidang Matematika sekaligus belajar Filsafat. Berikut adalah rekam jejaknya dalam menapaki panggilan hidup:

1 September 1977, mulai memasuki novisiat Ordo Santo Agustinus di Saint Louis dan mengikrarkan profes pertamanya pada 2 September 1978.

29 Agustus 1981, mengucapkan kaul publik dalam Ordo Sanro Agustinus.

19 Juni 1982, ditahbiskan sebagai imam di Kolese Agustinian Santa Monika oleh Uskup Agung Jean Jadot, setelah menyelesaikan pendidikan teologi pada Sekolah Teologi Catholic Theological Union di Chicago dan saat dikirim untuk belajar Hukum Kanonik di Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas (Angelicum), Roma. 

1984, meraih gelar lisensiat.

1985-1986, bekerja untuk misi Ordo Santo Agustinus di Chulucanas, Piura, Peru.

1987, meraih gelar doktoral dan ditunjuk sebagai direktur panggilan dan misi untuk Provinsi Ordo Santo Agustinus di Olympia Fields, Illinois, Amerika Serikat.

1988, bergabung dalam misi Trujillo dan Peru, sebagai direktur proyek formasi untuk para calon kandidat Ordo Santo Agustinus dari Chulucanas, Iquitos, dan Apurímac. 

1988-1992, menduduki jabatan sebagai pemimpin komunitas.

1988-1998, mengemban jabatan direktur panggilan.

1989-1998, menjadi Vikaris Yudisial di Keuskupan Trujillo, Honduras.

1992-1998, menjadi pengajar anggota Ordo Santo Agustinus yang sudah melakukan profes.

1988-1999 menjadi pengajar Hukum Kanonik, Patristik, dan Teologi Moral di Seminari Tinggi “San Carlos y San Marcelo” sekaligus menjadi pelayan pastoral di Gereja Our Lady Mother of the Church dan mendirikan Paroki Santa Rita di Chicago.

1992-1999, menjadi administrator Paroki Our Lady of Monserrat.

1999, terpilih sebagai Provinsial Ordo Santo Agustinus di Chicago, Amerika Serikat.

2002, terpilih sebagai Jenderal Ordo Santo Agustinus selama dua periode.

Oktober 2013, kembali ke Chicago mengemban tugas dari Ordo Santo Agustinus

3 November 2014, ditunjuk sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Chiclayo, Peru dengan gelar Uskup Tituler Sufar. 

7 November 2014, datang ke Keuskupan Chiclayo, Peru.

12 Desember 2014, ditahbiskan Uskup oleh Nunsius Apostolik James Patrick Green di Katedral Santa Maria.

26 September 2015, ditunjuk sebagai Uskup Chiclayo, Peru. 

Maret 2018, terpilih sebagai Wakil Ketua 2 Konferensi Uskup Peru sekaligus mengemban tugas sebagai anggota Dewan Ekonomi serta presiden Komisi Kebudayaan dan Pendidikan.

13 Juli 2019, ditunjuk sebagai anggota Kongregasi untuk Para Imam.

15 April 2020, ditunjuk sebagai Administrator Apostolik Keuskupan Callao, Peru.

21 November 2020, ditunjuk sebagai Kongregasi untuk Para Uskup. 

30 Januari 2023, ditunjuk sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin dengan jabatan Uskup Agung.

30 September 2023, diangkat sebagai Kardinal Diakon Santa Monika.

28 Januari 2024, dilantik sebagai Kardinal.

6 Februari 2025, diangkat sebagai Kardinal Uskup Albano.

8 Mei 2025, terpilih sebagai Paus dan mengambil nama Leo XIV.

Dalam kegembiraan atas terpilihnya Paus baru ini, marilah kita berdoa:

Allah, Bapa yang maha pengasih, kami bersyukur kepada-Mu, karena Yesus telah menghimpun umat kudus, yakni Gereja. Dengan penuh kasih la sendiri menggembalakan Gereja. Dialah Kepala Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.

Kami bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah membangkitkan begitu banyak pemimpin umat untuk ambil bagian dalam karya kegembalaan Kristus sendiri. Maka kami mohon berkat-Mu bagi para pemimpin umat-Mu, terutama paus kami Leo XIV, hamba para hamba-Mu. Dampingilah dia agar tetap setia akan panggilan suci-Mu. Semoga ia selalu berusaha meneladan Tuhan Yesus, yang datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.

Anugerahkanlah kesehatan dan kebijaksanaan kepada Paus kami. Semoga pelayanan kebapaannya menyuburkan iman kami, sehingga kami semakin berani melaksanakan tugas perutusan sebagai saksi Kristus, menjadi terang bagi masyarakat di sekitar kami.

Semoga Paus kami mampu mempersatukan para gembala umat di seluruh dunia, agar mereka semua sehati sepikir melayani umat-Mu. Semua ini kami mohon dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.