Dulu, sebelum pandemi Covid-19 menyerang, SMK Negeri 3 Surakarta selalu merayakan Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani Sedunia ini dengan menyelenggarakan acara Natalan Bersama Kerohanian Kristen dan Kerohanian Katolik. Natalan Bersama ini kadangkala dilakukan di sekolah atau dengan meminjam tempat di gereja-gereja sekitar. Beberapa gereja yang pernah dipakai untuk Natalan Bersama dalam rangka Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani Sedunia ini adalah GKJ Danukusuman (di gedung yang lama) dan Gereja Katolik San Inigo. Kisah-kisah tersebut dapat dilihat melalui postingan-postingan berikut: Merekam Kegiatan Selama Satu Semester dan Mengumpulkan Serpih-Serpih Kisah #1
Munculnya tradisi Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani Sedunia ini memiliki akar dari beberapa peristiwa yang pernah terjadi di dunia ini. Adapun beberapa peristiwa dan momen penting yang berkaitan dengan sejarah Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani dapat dipaparkan sebagai berikut:
Sekitar tahun 1740, di Skotlandia muncul suatu gerakan Pentakostal, yang memiliki hubungan dengan Amerika Utara. Gerakan ini memiliki amanat pokok yang mencakup doa bagi dan bersama semua Gereja.
Pada abad berikutnya, ada beberapa peristiwa. Tahun 1820, James Haldane Stewart menerbitkan tulisan berjudul “Butir-butir untuk Kesatuan Umum Umat Kristiani demi Pencurahan Roh.” Tahun 1840, Ignatius Spencer, seorang petobat kepada Gereja Katolik Roma, menyarankan adanya suatu “Doa Bersama untuk Kesatuan.” Tahun 1867, Konferensi Para Uskup Anglikan Pertama di Lambeth menandaskan doa untuk kesatuan dalam Mukadimah Keputusan Konferensi. Tahun 1894, Paus Leo XIII mendorong kebiasaan menyelenggarakan suatu Pekan Doa untuk kesatuan dalam kerangka Pentakosta.
Sejarah Pekan Doa Sedunia diusulkan oleh Pastor Paul Wattson - seorang pendiri komunitas religius Anglikan yang kemudian bergabung dalam Gereja Katolik - pada tahun 1908 karena Pekan Doa - saat itu disebut Pekan Kesatuan Gereja - di bumi belahan utara biasanya dilaksanakan pada tanggal 18-25 Januari setiap tahunnya untuk melingkupi Pesta Santo Petrus dan Paulus yang memiliki makna simbolis. Sementara itu, di bagian selatan, Januari merupakan hari libur sehingga gereja-gereja di sana memilih waktu lain untuk menyelenggarakan Pekan Doa, misalnya pada hari sekitar Pentakosta dimana tanggal-tanggal tersebut juga memiliki makna simbolis persatuan Kristiani. Konsep Pekan Doa ini, dimulai pada tahun 1907 saat Pastor Paul mengadakan surat menyurat kepada Pendeta Spencer Jones, seorang rohaniwan dari Moreton-in-Marsh, Inggris. Pendeta Spencer menyarankan sebuah hari yang dikhususkan sebagai waktu doa bagi kesatuan umat Kristiani. Pastor Paul setuju atas gagasan tersebut, tetapi mengembangkan waktu yang diusulkan menjadi satu oktaf atau delapan hari. Setahun kemudian, Pastor Paul Wattson dan Suster Lurana White memulai Pekan Doa tersebut. Pastor Paul menyebutnya "Oktaf Kesatuan Gereja" yang dilakukan antara 18 Januari pada Pesta Pengakuan Santo Petrus dan 25 Januari pada Pesta Bertobatnya Santo Paulus. Gagasan ini mendapatkan restu dari Paus Pius X dan kemudian digalakkan oleh Paus Benedictus XVI yang menekankan perayaan tersebut dalam Gereja Katolik melalui Surat Romanorum Pontificum pada 25 Februari 1916.
Tahun 1926, Gerakan Faith and Order mulai menerbitkan “Saran-saran untuk suatu Pekan Doa untuk Kesatuan umat Kristiani.” Gagasan Pekan Doa ini kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh Abbas Paul Couturier dari Prancis pada tahun 1935 yang menganjurkan adanya “Pekan Doa Universal untuk Kesatuan Umat Kristiani,” yang secara inklusif melibatkan semua orang, untuk memohon dan mengupayakan “kesatuan yang dikehedaki Kristus lewat sarana-sarana yang Ia kehendaki.” Dalam tulisan-tulisan terakhirnya, ia melihat Pekan Doa ini sebagai alat yang memungkinkan doa universal Kristus "untuk memasuki dan menjiwai seluruh Persekutuan Kristiani" sehingga semua itu harus berkembang sampah menjadi seruan seluruh Umat Allah.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1958, Unité Chrétienne (Lyon, Prancis) dan Komisi Faith and Order dari Dewan Gereja-Gereja Sedunia mulai bekerja bersama dalam menyiapkan bahan-bahan untuk Pekan Doa.
Setelah Konsili Vatikan II, perkembangan Pekan Doa ini menjadi semakin sempurna. Tahun 1963, nama Oktaf Kesauan Gereja berubah menjadi Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani. Tahun 1964, di Yerusalem, Paus Paulus VI dan Batrik Athenagoras I bersama-sama melambungkan doa Yesus “agar mereka semua bersatu” (Yoh. 17). Pada tahun yang sama, terbitlah “Dekrit mengenai Ekumenisme” dari Konsili Vatikan II yang menandaskan bahwa doa merupakan jiwa dari gerakan ekumenis sehingga dekrit ini mendorong pelaksanaan Pekan Doa. Pada tahun 1966, Komisi Faith and Order dari Dewan Gereja-Gereja Sedunia dan Sekretariat untuk Memajukan Kesatuan Umat Kristiani [sekarang dikenal sebagai Dewan Kepausan untuk Memajukan Kesatuan Umat Kristiani] mulai membentuk badan resmi untuk bersama-sama menyiapkan bahan-bahan Pekan Doa. Pada tahun 1968, secara resmi, untuk pertama kalinya digunakan bahan Pekan Doa yang disiapkan bersama oleh Faith and Order dan Sekretariat untuk Memajukan Kesatuan Umat Kristiani [sekarang dikenal sebagai Dewan Kepausan untuk Memajukan Kesatuan Umat Kristiani].
Pada Tahun 1975, untuk pertama kalinya digunakan bahan Pekan Doa yang didasarkan pada teks dasar yang disiapkan oleh suatu kelompok ekumenis lokal. Kelompok pertama yang melaksanakan rencana ini dengan mempersiapkan draft awal 1975 adalah suatu kelompok di Australia. Tahun 1988, bahan-bahan Pekan Doa digunakan dalam ibadat pembukaan Federasi Kristiani Malaysia, yang menghimpun kelompok-kelompok Kristiani utama di negeri itu. Tahun 1994, teks untuk Pekan Doa 1996 disiapkan dalam kerjasama dengan YMCA dan YWCA.
Pada tahun 2004, dicapai kepekatan bahwa bahan-bahan untuk Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani disusun dan diterbitkan bersama dalam format yang sama oleh Faith and Order (DGD) dan Dewan Kepausan untuk Memajukan Kesatuan Kristiani (Gereja Katolik). Tahun 2008, diadakan Perayaan Ulang tahun ke-100 Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani. (Pendahulunya, Pekan Kesatuan Gereja, pertama kali dilaksanakan pada tahun 1908.)
Setiap tahun, panduan Pekan Doa disusun oleh sebuah kelompok ekumenis dari berbagai wilayah di dunia ini. Dokumen itu kemudian akan ditinjau oleh sebuah komite yang terdiri dari para anggota Komisi Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani dan Komisi dari Persekutuan Gereja-gereja Sedunia. Pekerjaan ini dikerjakan oleh dua pihak sebagai tanda hasrat kesatuan yang memotivasi orang-orang Kristiani dan sebagai tanda bahwa doa merupakan jalan utama untuk mencapai kesatuan penuh karena kita semua disatukan dalam tujuan yang sama seperti diinginkan oleh Tuhan yang menginginkan persatuan.
Pekan Doa merupakan bagian yang menyatu dalam aktivitas dalam kehidupan doa setiap orang Kristiani, di berbagai tempat dan waktu, terutama ketika orang-orang dari berbagai tradisi Kristiani bertemu dan bekerja bersama untuk perjuangan, dalam Kristus, mengatasi dosa, ketidakadilan, dan kekerasan terhadap martabat manusia. Mari kita bergabung dalam doa-doa selama Pekan Doa ini agar kesaksian, solidaritas, dan kolaborasi antara orang-orang Kristiani berkembang...
Benediktus XVI. "Origins of the Week of Prayer for Christian Unity" dalam https://www.ewtn.com/catholicism/library/origins-of-the-week-of-prayer-for-christian-unity-6789. Diakses 14 Januari 2024.
_____. "A History of the Week of Prayer for Christian Unity" dalam https://www.atonementfriars.org/a-history-of-the-week-of-prayer-for-christian-unity/ Diakses 14 Januari 2024.
_____. "Sejarah Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani" dalam https://www.imankatolik.or.id/Sejarah%20Pekan%20Doa%20untuk%20Kesatuan%20Umat%20Kristiani.html. Diakses 14 Januari 2024.
____. "Sejarah Pekan Doa Sedunia Untuk Kesatuan Umat Kristiani" dalam https://santamariafatima.com/sejarah-pekan-doa-sedunia-untuk-kesatuan-umat-kristiani/ Diakses 14 Januari 2024.