Kamis, 24 Desember 2020

Catatan Penjaga Podjok: Pembelajaran Daring dan Pembinaan Karakter

"Adakah hubungan antara pembelajaran daring dan pembinaan karakter?" Sudah lama sebenarnya saya mencoba menelisik tema ini. Ketika menyelami proses pembelajaran daring ini, saya bertanya apakah ada peluang untuk membina karakter selama proses pembelajaran daring?

Saya mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Menurut mereka yang ahli dalam bidang pendidikan, pendidikan agama itu erat kaitannya dengan pendidikan karakter. T. Ramli (2003) pernah mengatakan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk  pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni  pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. 

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) - juga dari agama - yang disebut sebagai golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikologi, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri. Inilah yang menjadi pembicaraan seputar pendidikan karakter...

Penanaman karakter ini kiranya tidak akan menjadi masalah jika pendidikan terjadi secara langsung - dalam arti guru dan murid berjumpa dalam satu lokalitas yang sama, baik tempat maupun waktu. Nah, pandemi Covid-19 ini membuat batasan dimana orang-orang tidak mudah berjumpa, apalagi membuat kerumunan dalam jumlah besar seperti sekolah. Kalau sudah begini, apakah pendidikan karakter lalu tidak bisa dilakukan? Nah, mari kita ngobrol sebentar tentang hal ini...

Sebagai pengampu mata pelajaran yang "berbau" moral, menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk menyelipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran daring. Ada doktrin yang selama ini berlaku tentang pendidikan karakter yang sulit terbantahkan, yaitu bahwa "pendidikan karakter itu hanya bisa terjadi melalui keteladanan..." Doktrin ini membuat saya sempat berpikir bahwa pendidikan karakter tidak mungkin terjadi dalam pembelajaran daring karena pembelajaran daring tidak mengenal perjumpaan secara langsung. Namun, saya tidak menyerah begitu saja. Masih saja pikiran saya nekad berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk menyelipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran daring. Kementerian Pendidikan Nasional sejak tahun 2011 telah memperkenalkan 18 nilai pendidikan karakter yang meliputi nilai Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat atau Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab. Kedelapanbelas nilai ini ditanamkan dengan cara mengitegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam seluruh kegiatan di sekolah. Sebagai bagian dari kegiatan sekolah, pembelajaran daring pun perlu mengintegrasikan nilai-nilai ini. 

Dalam perjalanan waktu, saya menemukan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menyelipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran daring mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Terus terang, saya tidak bisa menanamkan semua nilai dalam pembelajaran daring, namun ada beberapa nilai yang bisa diserempetkan sedikit untuk dihayati. Ini beberapa contohnya...

Disiplin. Bagaimana saya mencoba mengajak siswa-siswi saya untuk menghayati nilai ini? Saya memakai Daftar Hadir Online untuk menanamkan nilai ini. Untung saya mengajar di SMK. SMK katanya adalah terminal bagi mereka yang ingin langsung merasakan dunia kerja. Nah, Daftar Hadir Online ini saya gunakan untuk melatih siswa-siswi saya menghayati nilai disiplin. Besok, ketika bekerja, salah satu hal yang paling menentukan adalah kehadiran. Dalam pembelajaran daring, saya melatih murid-murid saya untuk disiplin dalam kehadiran. Mereka saya ajak untuk mengisi Daftar Hadir Online tepat waktu. Link Daftar Hadir Online pun saya bagikan saat jam pembelajaran berlangsung agar mereka terkondisikan untuk mengisi tepat waktu. Sejak awal tahun pelajaran, saya sudah mengatakan pada mereka bahwa nilai kehadiran meliputi 75 % dari seluruh proses. Artinya, dengan mengisi Daftar Hadir Online tepat waktu, mereka secara otomatis sudah meraih 75 % dari nilai mereka. Inilah penghargaan saya terhadap siswa-siswi saya yang disiplin...
Mandiri. Jelas bahwa pembelajaran daring sangat memerlukan sikap mandiri. Dalam proses pembelajaran jarak jauh, saya cenderung memberikan kebebasan kepada siswa-siswi saya. Kebanyakan, tugas saya berikan dalam jangka waktu tertentu, bisa seminggu atau dua minggu. Bahkan, ulangan, kalau bentuknya esai, saya juga akan memberikan waktu paling tidak lima hari. Saya berpikir bahwa kebebasan akan membuat seseorang menjadi lebih mandiri. Seorang kawan pernah menulis, "Pada akhirnya, dalam setiap model pembelajaran jarak jauh, semakin banyak hal tergantung pada diri kita sendiri: apakah mau mendengarkan penjelasan dosen atau mengabaikannya. Apakah kita merasa butuh untuk mengerti materi itu atau tidak. Inilah kelemahan yang sekaligus menjadi kekuatan kelas daring. Kekuatan, karena ia memberi tantangan kepada kita untuk berani menentukan prioritas: mana yang penting, mana yang tidak. Kemampuan memilah seperti ini, menurut saya, merupakan keterampilan yang bakal semakin relevan di zaman banjir informasi ini." (Tri Joko Her Riadi. "Sebuah Surat Terbuka Tentang Kelas Kita, Pandemi, Harari, Orang-orang ‘Komunis’, dan Hal-hal Lain yang Akan Datang"). Dengan kebebasan yang ada selama pembelajaran daring, sebenarnya secara tidak langsung saya sudah menanamkan nilai kemandirian.
Jujur. Nilai kejujuran selama pembelajaran daring saya bangun dengan cara memberikan kesempatan kepada seluruh siswa-siswi saya untuk menggunakan berbagai alat dan media yang mereka miliki dalam mengerjakan ulangan. Setiap ulangan, bahkan sampai Penilaian Akhir Semester, selalu menggunakan metode pengerjaan soal open book. Saya tahu diri bahwa saya tidak bisa mengendalikan siswa-siswi saya sepenuhnya. Oleh karena itu, daripada mereka curi-curi kesempatan untuk berbuat curang, mending sekalian saja kanal saya buka agar mereka bisa berlaku jujur dalam mengerjakan soal. Hanya saja memang harus agak berpikir bagaimana membuat soal yang tingkat kesulitannya tidak hanya hapalan tetapi harus sampai kepada analisis ☺ 
Kerja Keras. Selama pembelajaran daring, saya mengajak siswa-siswi saya untuk bekerja keras. Ada sekitar 5 sampai 7 tugas yang harus dikumpulkan selama semester yang lalu. Batas waktu pengerjaan tugas ini bervariasi, antara satu sampai dua minggu. Jika tidak mau terbebani dan menumpuk di akhir, setiap siswa harus secara rutin mengerjakan tugas mereka. Ketekunan mengerjakan tugas dan mengumpulkan tepat waktu menjadi kunci. Bukankah untuk tekun dan tepat waktu butuh kerja keras bagi mereka yang tidak terbiasa?
Rasa Ingin Tahu dan Gemar Membaca. Bagaimana saya berusaha membangkitkan rasa ingin tahu dan gemar membaca pada siswa-siswi saya? Selama pembelajaran daring, sudah saya sampaikan di postingan sebelumnya bahwa saya menggunakan Google Sites. Inilah media yang saya pakai untuk menanamkan nilai tersebut. Dengan materi yang saya posting di sana, siswa-siswi yang ingin maju saya paksa untuk membaca teks. Membaca teks panjang bagi anak sekarang memang tidak mudah. Berdasarkan laporan PISA yang baru rilis, Selasa 3 Desember 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. Posisi Indonesia yang berada di ekor peringkat ini menunjukkan bahwa rasa ingin tahu dan gemar membaca masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi dunia pendidikan. 
Komunikatif. Nilai ini sebenarnya sangat mungkin ditanamkan dalam pembelajaran daring karena komunikasi dalam pembelajaran daring terjadi secara personal. Saya mencoba membangun penghayatan akan nilai ini melalui Catatan Pembelajaran yang saya buat pada tengah semester dan akhir semester. Catatan Pembelajaran merupakan lembar berisi data pembelajaran siswa mulai dari kehadiran, tugas, ulangan, dan saran masukan dari guru. Kehadiran Catatan Pembelajaran ini sangat istimewa bagi saya karena melalui catatan ini, saya semakin bisa melihat siswa-siswi saya secara unik, personal, dan tidak lagi secara klasikal. Dengan memberi Catatan Pembelajaran, saya berharap agar murid-murid saya bisa semakin maju dan berkembang dalam menghayati karakter baik yang ditawarkan.
Tanggung Jawab. Nilai ini bagi saya menjadi muara dari pendidikan karakter. Tanggung jawab merupakan kemampuan untuk menerima segala konsekuensi atas segala tindakan yang telah diputuskan dan dilakukan. Tanggung jawab merupakan konsekuensi sekaligus kontrol dari kebebasan. Bagi saya, nilai ini yang menjadi tujuan akhir pendidikan karakter, yaitu membentuk manusia yang bertanggungjawab. Segala macam nilai yang ditanamkan itu akhirnya akan membangun rasa tanggung jawab. Tanggung jawab ini merupakan tanda bahwa seorang manusia sudah beranjak menjadi dewasa. Dalam diri murid saya, nilai tanggung jawab ini saya lihat melalui proses dan tidak instan. Saya sendiri meyakini bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil. 

Saya menyadari bahwa perjuangan untuk membina karakter tidak akan bisa langsung dirasakan manfaatnya. Sama seperti pendidikan, karakter tidak akan langsung terlihat hasilnya. Selama pembelajaran daring, saya sendiri cenderung mencoba menghayati apa yang dikatakan oleh Pak Nadiem Makarim dengan istilah merdeka belajar. Mengapa begitu? Saya sadar bahwa saya tidak bisa sepenuhnya mengontrol dan mengendalikan siswa-siswi saya. Kendali saya hanya sebatas jam pembelajaran yang diberikan kepada saya. Oleh karena itu, saya memanfaatkan jam pembelajaran itu sebagai wahana untuk menanamkan karakter baik kepada siswa-siswi saya. Di luar itu, saya hanya bisa menghimbau. Satu yang menjadi pegangan saya, yaitu sabda Yesus yang mengatakan, "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka" (Mat 7:17-20). Inilah yang saya nasehatkan kepada siswa-siswi saya di akhir semester gasal kemarin. "Ibarat mengelola tanaman, ini adalah masa panen. Hasil panen merupakan cerminan bagaimana selama ini kita mengelola dan merawat tanaman kita. Oleh karena itu, apa yang kalian dapatkan ini merupakan cerminan dari usaha kalian. Fungsi saya adalah membantu kalian merawat tanaman yang dipercayakan kepada kalian. Semoga ke depan kalian semakin bisa mengusahakan tanaman yang dipercayakan kepada kalian dengan semakin baik." Terima kasih sudah mau berproses menghidupi nilai-nilai karakter selama pembelajaran daring... Berkah Dalem.

1 komentar:

  1. Casino Site Review, Ratings & Reviews 2021 - ChoEcasino
    ChoEcasino is the best online casino 카지노사이트 website, All the games from your favorite software providers from Microgaming, 샌즈카지노 NetEnt, 메리트 카지노

    BalasHapus