Perayaan Paska Bersama di SMK Negeri 3 Surakarta sudah beberapa waktu berlalu. Seiring berjalannya Waktu, Cicilya Oni Yosyana Ochtifani, Ketua Panitia Paska tahun ini, mencoba menggoreskan ingatannya untuk menemukan pelajaran-pelajaran hidup yang diambil dari Perayaan Paska tahun ini...
“Pelayanan sebagai ketua panitia dalam suatu kepengurusan bukanlah suatu tugas yang mudah karena harus dapat mempersatukan semua orang untuk saling membantu demi kelangsungan dan keberhasilan sebuah acara yang direncanakan. Benar-benar sebuah pengalaman besar bagi saya dilibatkan sebagai ketua pelaksana Perayaan Paska tahun ini. Tidak mudah mempersatukan teman-teman dalam sebuah panitia karena dalam sebuah kepanitiaan pasti ada yang cocok dan ada yang tidak cocok. Barangkali, ada beberapa teman yang tidak cocok dengan cara kerja saya. Dalam kepanitiaan ini, saya bekerja agak santai, tidak terlalu tegas, dan banyak mengerem perkataan. Ini memang saya lakukan untuk mengurangi konflik antar panitia. Jujur saja, saya senang ketika saya bisa membuat kejutan, terlebih ketika semua orang berpikir bahwa pekerjaan belum selesai padahal pekerjaan itu sudah dalam kendali saya.
Berbagai dinamika yang dialami oleh panitia akhirnya membawa kami kepada tujuan akhir yang membuat kami cukup lelah. Ada banyak faktor yang membuat kami lelah: bolak-balik merevisi proposal, komentar tentang penggunaan dana, komentar tentang susunan panitia, dan sebagainya. Bagaimana saya bisa bertahan untuk membela kegiatan kerohanian ini? Memang sempat terpikir bahwa kegiatan Kerohanian Katolik dan Kristen ini jarang mendapat dukungan karena memang minoritas. Namun, meskipun kecil, kami tetap akan bertahan dan berjuang. Tujuan saya hanya satu, yaitu membuat Kerohanian Katolik dan Kristen tetap hidup di tengah keluarga besar SMK Negeri 3 Surakarta. Setelah kami mendapatkan izin dan bantuan keuangan yang kami ajukan dalam proposal, kami pun mulai menyebarkan undangan dan meminta kontribusi dari teman-teman siswa-siswi maupun Bapak Ibu Guru Kristiani. Berbagai persiapan kami lakukan, termasuk membereskan perlengkapan, konsumsi, doorprize, MMT, souvenir, serta mempersiapkan bakti sosial yang akan kami lakukan di Panti Asuhan Karuna.
Hari yang dinantikan pun tiba. Di hari Sabtu (25/4), tibalah perayaan itu. Satu hal yang tidak kami duga bahwa salah satu pembimbing dalam kegiatan ini dan Kepala Sekolah tidak dapat hadir karena menjalankan tugas dinas di luar kota. Kami sedikit kecewa tetapi semua itu kami kesampingkan demi kelancaran acara yang telah direncanakan. Acara Perayaan Paska berjalan cukup lancar. Keseruan, kebersamaan, dan sukacita terluap di antara panitia dan peserta. Pada acara itu, Romo Agustinus Nunung Wuryantoko berkenan untuk memberikan renungan. Kedatangan beliau sangat kami tunggu-tunggu. Dalam renungan itu, beliau bercerita tentang pengalamannya berkumpul bersama orang-orang yang menyukai batu akik. Ada seorang anak kecil yang kemudian mendekati beliau dan dengan polosnya berkata, “Mas kok mirip dengan Romo saya ya?” Semua orang pun pasti akan sedikit heran dan terkejut saat bertemu kembaran Romonya di pasar batu akik. Dalam renungan itu, beliau berpesan untuk menjadi pribadi yang hebat dan berani meninggalkan daerah nyaman untuk bergerak ke daerah yang penuh resiko, untuk hidup bagi orang lain. Hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi hidup untuk orang lain. Di akhir renungan itu, ada pesan yang ditandaskan: Marilah kita peduli. Seusai perayaan di sekolah, acara dilanjutkan dengan membagikan telur asin kepada masyarakat yang ditemui di sekitar wilaya sekolah. Namun, saya tidak mengikuti acara pembagian telur ini karena sudah ada teman-teman yang lebih dulu berangkat melakukan pembagian telur. Akhirnya, saya dengan beberapa panitia yang masih di sekolah berkemas-kemas untuk acara selanjutnya di Panti Asuhan Karuna. Puji Tuhan karena acara di sekolah tidak mengalami kesulitan. Semua ini berkat kerja keras dan kerja sama panitia sehingga acara berlangsung tepat waktu.
Pukul 12 siang, teman-teman panitia sudah berangkat satu per satu ke Panti Asuhan Karuna. Saya dan Ardi Kurniawan menunggu Pak Heru yang akan membantu membawa perlengkapan ke panti asuhan. Menunggu memang bukan waktu yang bersahabat. Gelisah, merasa tidak enak, dan takut semuanya tidak berjalan sesuai rencana menghantui. Akhirnya Pak Heru datang juga. Begitu Pak Heru datang, kami langsung mengemasi perlengkapan dengan bantuan kakak kelas. Alat musik, air minum dan sumbangan bakti sosial yang telah terkumpul kami masukkan ke dalam mobil dan kami langsung berangkat ke panti asuhan.
Sesampai di sana, saya terkejut karena teman-teman panti asuhan sudah berkumpul sejak pukul 1 siang sedangkan acara direncanakan mulai pukul 2 siang. Melihat semua yang sudah berkumpul, perasaan saya tidak menentu dan terdengar bisikan-bisikan yang membuat nyali saya menciut: Bagaimana jika tidak berjalan dengan baik? Bagaimana kalau saya tidak dapat melakukan yang terbaik? Hal-hal inilah yang membuat saya khawatir. Dalam situasi itu, Pak Heru memanggil saya dan mengatakan bahwa beliau tidak bisa mengikuti acara bakti sosial sampai selesai karena ada acara keluarga. Waduh, semakin kacau perasaan saya karena tidak didampingi sampai selesai. Namun, saya segera mengatasi diri dengan mulai merencanakan yang harus kami lakukan. Saya pun mulai menurunkan barang-barang bawaan dan membawanya ke tempat berlangsungnya acara.
Panitia pun dengan segera berkoordinasi. Susunan acara yang telah dibuat diusahakan dilaksanakan sesuai rencana. Acara pun kami mulai dengan Pujian dan Doa Pembuka. Pandangan saya menjelajah seisi ruangan. Saya terkejut dengan kehadiran teman-teman dari Rokris Rokat yang sebenarnya tidak masuk dalam panitia tetapi ikut terlibat dalam kegiatan bakti sosial. Terima kasih untuk kehadiran teman-teman baik panitia maupun bukan panitia untuk menyemarakkan kegiatan bakti sosial. Niat teman-teman untuk bergembira bersama teman-teman panti asuhan yang sangat besar membuat saya semakin bersemangat. Awalnya teman-teman dari Rokris Rokat agak canggung bergabung dengan teman-teman panti, tetapi rasa canggung itu mulai terlepas ketika kami benar-benar bergabung dengan teman-teman panti, terutama ketika menyanyikan lagi “Hari Ini Kurasa Bahagia,” saya mulai memberanikan diri bergabung dengan keasyikan teman-teman panti asuhan. Saya bersyukur diberi kelebihan mudah bergaul dengan orang baru sehingga saya boleh menjadi cepat akrab dengan teman-teman baru saya. Mungkin sampai disini dulu cerita saya. Barangkali kapan-kapan akan disambung lagi...”