Dalam perjumpaan itu, disampaikan beberapa informasi seputar kegiatan Kerohanian Katolik SMK Negeri 3 Surakarta. Pertama, kegiatan Kerohanian Katolik SMK Negeri 3 mulai dilaksanakan secara efektif sejak minggu pertama bulan Februari 2015 dengan Perayaan Ekaristi. Kedua, seluruh anggota Kerohanian Katolik SMK Negeri 3 Surakarta – khususnya yang masih duduk di kelas X dan XI – dilibatkan dalam kepengurusan yang berlaku selama 1 tahun. Ketiga, untuk menjaga kebersihan Ruang Podjok, diadakanlah pembagian kerja piket per minggu. Pembagiannya adalah sebagai berikut: 1) Minggu I untuk kelas X dan XI AK, 2) Minggu II untuk kelas X dan XI AP, 3) Minggu III untuk kelas X dan XI PM, 4) Minggu IV untuk kelas X dan XI MM, serta 5) Minggu V untuk Sie Kebersihan. Keempat, diucapkan terima kasih kepada kepengurusan yang lalu, terutama kepada Sinta Raras Swargani, yang telah menjalankan tugas dengan baik. Untuk selanjutnya, Kerohanian Katolik SMK Negeri 3 Surakarta mulai semester ini akan dilayani oleh Cicilya Onny Yosyana Ochtifani. Selamat bekerja untuk kepengurusan baru. Tuhan memberkati.
Seminggu setelah perjumpaan awal, Perayaan Ekaristi dipersembahkan oleh Romo Marcelinus Tanto dari Paroki San Inigo Dirjodipuran. Ide untuk merayakan Ekaristi di Ruang Podjok ini telah dimulai sejak tahun lalu sebelum Ujian Sekolah bagi Kelas XII. Karena ini dipandang sebagai tradisi yang baik, kebiasaan ini dilanjutkan. Seperti semester gasal yang telah dibuka dengan Ekaristi, semester genap ini pun juga diawali dengan Ekaristi. Sekitar seminggu sebelum Ekaristi, Penjaga Podjok menghubungi Romo Tanto untuk memohon kesediaan mempersembahkan Ekaristi. Syukur karena beliau kebetulan memiliki waktu longgar sehingga berkenan untuk membantu memberikan pelayanan ini. Hari Jumat (6/2) seusai jam pelajaran sekolah, ruang kelas di dekat Ruang Podjok disulap menjadi tempat untuk merayakan Ekaristi. Seperti situasi jemaat perdana yang menurut ceritanya sering berkumpul di rumah-rumah dengan situasi seadanya untuk memecahkan roti dan memuji Allah, begitu pula situasi yang dialami oleh anggota Ruang Podjok. Dengan segala peralatan yang dimiliki, sebuah Perayaan Ekaristi disiapkan sebaik-baiknya.
Perayaan Ekaristi sederhana tanpa nyanyian yang dirayakan pada hari Peringatan Santo Paulus Miki ini terasa sangat menggugah semangat. Dalam homilinya, Romo Tanto mengajak semua warga Ruang Podjok untuk mengembangkan semangat militansi dalam beriman seperti Santo Paulus Miki yang menjadi martir dan memberi contoh orang yang berani membela iman. Mati membela iman tampaknya menjadi tindakan bodoh bagi sebagian orang, tetapi tidak bagi orang Katolik. Membela iman merupakan salah satu tugas bagi orang Katolik. Membela iman dapat dilakukan melalui berbagai macam tindakan. Pergi ke gereja setiap hari Minggu menjadi perwujudan membela iman karena dengan tindakan itu seseorang menunjukkan kesetiaan terhadap iman yang diyakininya. Berpegang teguh pada prinsip merupakan perwujudan membela iman karena dengan tindakan itu seseorang berani memperjuangkan keyakinan yang selama ini dipegangnya. Masih banyak hal lain yang dapat dilakukan untuk membela iman. Membela iman merupakan bagian dalam semangat militansi iman. Militansi iman sangat dibutuhkan, terutama di sekolah negeri karena di sekolah negeri, anak-anak Katolik secara khusus dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia. Semoga demikianlah yang terjadi...