Ini adalah judul sebuah doa
dalam buku Puji Syukur, tepatnya Puji Syukur nomor 169. Setiap kali ada doa 7
hari, 40 hari, 100 hari dan seterusnya, doa ini kerap ditengok dan dibacakan
baik secara pribadi maupun bersama. Bulan November ini, judul doa tersebut
menginspirasi anggota keluarga besar Ruang Podjok untuk mengadakan acara
pengenangan bagi mereka yang telah berpulang. Bulan November memang menjadi
bulan istimewa bagi para arwah orang beriman. Di bulan ini, Gereja secara
khusus memberikan kesempatan untuk mengingat mereka yang telah mendahului. Seperti
biasa, di Minggu I, jadwal di Ruang Podjok adalah jadwal doa bersama. Doa
bersama kali ini yang memang dikhususkan bagi orang yang telah meninggal dunia
dilaksanakan Jumat I (07/11).
Seminggu sebelum doa, Penjaga Podjok mengedarkan sebuah kertas folio bergaris dengan judul “Mereka yang Akan Didoakan.” Kertas itu beredar dari kesempatan ke kesempatan, dipegang dan ditulisi oleh para anggota Ruang Podjok yang ingin mendoakan sanak saudaranya yang telah mendahului menghadap Allah. Ada berbagai tulisan di sana, mulai dari nama lengkap seperti Margareta Lasmani dan Catharina Widyastuti sampai panggilan sayang nan singkat seperti Mbah Lasimin dan Nenek Yuli. Sejenak terbayang bagaimana mereka menuliskan nama-nama itu dengan seluruh kenangan yang menyertainya. Doa bersama tersebut berlangsung selama kurang lebih setengah jam dengan format Ibadat Sabda.
Sebagai renungan, hal inilah yang disampaikan:
“Hidup di dunia ini hanya sementara dan setiap manusia pada akhirnya akan kembali kepada Penciptanya. Bacaan yang kita dengar hari ini mengingatkan kita akan kenyataan bahwa pada akhirnya, setiap manusia pasti akan kembali kepada Allah. Kehidupan yang ada di dunia ini akan diubah menjadi kehidupan bersama dengan Allah. Tidak ada yang tahu bagaimana bentuk kehidupan bersama Allah itu karena sampai sekarang belum ada orang mati yang pernah hidup kembali dan berkotbah tentang kehidupan bersama Allah. Oleh karena itu, semua gambaran tentang akhir hidup manusia merupakan gambaran pengharapan. Hari ini Paulus menyatakan bahwa kita, orang beriman yang percaya kepada Yesus, adalah warga Kerajaan Allah sehingga kita menantikan Tuhan Yesus yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini menjadi tubuh yang mulia. Bagaimana tubuh yang mulia itu juga tidak ada yang tahu. Semua itu merupakan gambaran pengharapan di masa depan. Nah, persoalannya sekarang adalah bagaimana kita bisa mengusahakan diri selama hidup di dunia agar kita bisa mendapat tubuh yang mulia nantinya? Kita bisa belajar dari bacaan Injil. Bacaan ini mengisahkan bendahara yang pokil atau cerdik.
Karena dipecat dari jabatannya, bendahara tersebut mencari cara untuk mempertahankan hidupnya. Caranya adalah dengan memperbarui surat utang seseorang yang pernah berhutang kepada majikannya. Hutang yang tadinya ditulis dalam jumlah banyak dikurangi sehingga orang yang berhutang mendapat kesan bahwa bendahara tersebut adalah bendahara yang baik. Dengan demikian, orang yang berhutang tersebut akan berhutang budi kepada bendahara tersebut. Akibatnya, karena berhutang budi pada bendahara tersebut, orang yang berhutang harus membalas budi kepada bendahara tersebut. Benar-benar cara yang cerdik. Belajar dari bendahara tersebut, sebagai warga Kerajaan Allah, kita juga harus secara cerdik mencari cara untuk mengusahakan diri agar hidup kita berkenan di hadapan Allah. Kita diajak untuk membangun hidup yang berkenan di hadapan Allah agar nantinya tubuh kita yang hina ini diubah menjadi tubuh yang mulia.
Kita sebagai anak-anak terang perlu belajar dari anak-anak dunia soal kecerdikan ini. Bagaimana hidup yang berkenan di hadapan Allah dapat dilakukan? Mudah. Caranya sangat sederhana: mencintai Allah dengan segenap hati, pikiran, akal budi serta mencintai manusia seperti diri sendiri. Pedomannya hanya dua ini. Semoga kita semakin mampu mencintai Allah dengan segenap hati, pikiran, dan akal budi serta mencintai manusia seperti diri sendiri. Berkah Dalem.
Terima kepada para anggota keluarga Ruang Podjok yang telah terlibat dalam kegiatan tersebut. Para arwah anggota keluarga yang telah meninggal tentunya akan sangat berbahagia karena sudah dikirim doa oleh mereka yang masih hidup dan sangat mencintai mereka. Tuhan memberkati.
Seminggu sebelum doa, Penjaga Podjok mengedarkan sebuah kertas folio bergaris dengan judul “Mereka yang Akan Didoakan.” Kertas itu beredar dari kesempatan ke kesempatan, dipegang dan ditulisi oleh para anggota Ruang Podjok yang ingin mendoakan sanak saudaranya yang telah mendahului menghadap Allah. Ada berbagai tulisan di sana, mulai dari nama lengkap seperti Margareta Lasmani dan Catharina Widyastuti sampai panggilan sayang nan singkat seperti Mbah Lasimin dan Nenek Yuli. Sejenak terbayang bagaimana mereka menuliskan nama-nama itu dengan seluruh kenangan yang menyertainya. Doa bersama tersebut berlangsung selama kurang lebih setengah jam dengan format Ibadat Sabda.
Sebagai renungan, hal inilah yang disampaikan:
“Hidup di dunia ini hanya sementara dan setiap manusia pada akhirnya akan kembali kepada Penciptanya. Bacaan yang kita dengar hari ini mengingatkan kita akan kenyataan bahwa pada akhirnya, setiap manusia pasti akan kembali kepada Allah. Kehidupan yang ada di dunia ini akan diubah menjadi kehidupan bersama dengan Allah. Tidak ada yang tahu bagaimana bentuk kehidupan bersama Allah itu karena sampai sekarang belum ada orang mati yang pernah hidup kembali dan berkotbah tentang kehidupan bersama Allah. Oleh karena itu, semua gambaran tentang akhir hidup manusia merupakan gambaran pengharapan. Hari ini Paulus menyatakan bahwa kita, orang beriman yang percaya kepada Yesus, adalah warga Kerajaan Allah sehingga kita menantikan Tuhan Yesus yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini menjadi tubuh yang mulia. Bagaimana tubuh yang mulia itu juga tidak ada yang tahu. Semua itu merupakan gambaran pengharapan di masa depan. Nah, persoalannya sekarang adalah bagaimana kita bisa mengusahakan diri selama hidup di dunia agar kita bisa mendapat tubuh yang mulia nantinya? Kita bisa belajar dari bacaan Injil. Bacaan ini mengisahkan bendahara yang pokil atau cerdik.
Karena dipecat dari jabatannya, bendahara tersebut mencari cara untuk mempertahankan hidupnya. Caranya adalah dengan memperbarui surat utang seseorang yang pernah berhutang kepada majikannya. Hutang yang tadinya ditulis dalam jumlah banyak dikurangi sehingga orang yang berhutang mendapat kesan bahwa bendahara tersebut adalah bendahara yang baik. Dengan demikian, orang yang berhutang tersebut akan berhutang budi kepada bendahara tersebut. Akibatnya, karena berhutang budi pada bendahara tersebut, orang yang berhutang harus membalas budi kepada bendahara tersebut. Benar-benar cara yang cerdik. Belajar dari bendahara tersebut, sebagai warga Kerajaan Allah, kita juga harus secara cerdik mencari cara untuk mengusahakan diri agar hidup kita berkenan di hadapan Allah. Kita diajak untuk membangun hidup yang berkenan di hadapan Allah agar nantinya tubuh kita yang hina ini diubah menjadi tubuh yang mulia.
Kita sebagai anak-anak terang perlu belajar dari anak-anak dunia soal kecerdikan ini. Bagaimana hidup yang berkenan di hadapan Allah dapat dilakukan? Mudah. Caranya sangat sederhana: mencintai Allah dengan segenap hati, pikiran, akal budi serta mencintai manusia seperti diri sendiri. Pedomannya hanya dua ini. Semoga kita semakin mampu mencintai Allah dengan segenap hati, pikiran, dan akal budi serta mencintai manusia seperti diri sendiri. Berkah Dalem.
Terima kepada para anggota keluarga Ruang Podjok yang telah terlibat dalam kegiatan tersebut. Para arwah anggota keluarga yang telah meninggal tentunya akan sangat berbahagia karena sudah dikirim doa oleh mereka yang masih hidup dan sangat mencintai mereka. Tuhan memberkati.