Minggu, 26 April 2020

Catatan Penjaga Podjok: Mengelola Kelas Daring #1

https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/pengembang-teknologi-pendidikan-untuk-pembelajaran-daring
Sudah enam minggu Ruang Podjok ikut ditutup karena sekolah tutup. Tutupnya Ruang Podjok tidak berarti berhenti aktivitas. Aktivitas belajar tetap berlangsung meskipun tidak bertemu. Inilah yang disebut Kelas Daring Ruang Podjok. Waktu enam minggu bukan waktu yang singkat. Selama empat minggu, tugas demi tugas diberikan kepada para anggota Ruang Podjok. Di minggu kelima, Penjaga Podjok mengajak semua anggota Ruang Podjok untuk merefleksikan seluruh aktivitas yang terjadi di Kelas Daring Ruang Podjok. Minggu ini, sebagai pertanggungjawaban kinerja, Penjaga Podjok berusaha untuk menyusun sebuah laporan yang memuat aktivitas Work From Home. Semoga ini memberi gambaran tentang apa saja yang sudah terjadi selama mengelola Kelas Daring Ruang Podjok dari rumah.

Memulai Pembelajaran Online Mengikuti Instruksi Dinas
Berdasarkan Surat dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah nomor 0522/KADIN/III/2020 tertanggal 17 Maret 2020, ditetapkan bahwa sekolah-sekolah yang berada di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah wajib mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar secara online (menggunakan WA atau medsos lainnya). Instruksi yang disampaikan kepada Kepala Sekolah ini kemudian ditindaklanjuti dengan perintah agar para guru menjalankan kegiatan belajar secara online. Selain itu, pada tanggal 16 Maret 2020, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyatakan bahwa seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) diperintahkan untuk bekerja dari rumah untuk meminimalisasi penyebaran virus Corona. Hal ini merupakan tindak lanjut dari himbauan Presiden Joko Widodo pada konferensi pers di Istana Bogor Jawa Barat pada tanggal 15 Maret 2020. Presiden mengimbau untuk meminimalisasi penyebaran virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19, masyarakat diminta untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah, yang salah satunya dilakukan melalui sistem bekerja dari rumah. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pun mengeluarkan Surat Edaran nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah. Isinya, ASN dapat bekerja di rumah/tempat tinggal, tetapi dipastikan ada dua level pejabat struktural tertinggi yang bekerja di kantor. Selain itu, ada larangan kegiatan tatap muka yang menghadirkan banyak peserta untuk ditunda atau dibatalkan. Penjaga Podjok sebagai bagian dari sekolah pun segera menindaklanjuti perintah tersebut.

Bekerja dan Belajar dari Rumah
Work From Home atau Bekerja dari Rumah merupakan istilah untuk menggambarkan aktivitas bekerja dari jarak jauh, lebih tepatnya bekerja dari rumah. Jadi, pekerja tidak perlu datang ke kantor tatap muka dengan para pekerja lainnya. Work From Home ini sebenarnya sudah tidak asing bagi para pekerja lepas atau freelance. Namun, mereka lebih sering menyebutnya dengan istilah Remote Working. Work From Home dan Remote Working sebenarnya tidak ada bedanya. Hanya beda istilah saja. Yang membedakan hanyalah peraturan perusahaan yang mengatur pekerjaan. T Crosbie dan J Moore menyebut bahwa bekerja dari rumah berarti pekerjaan berbayar yang dilakukan terutama dari rumah (minimal 20 jam per minggu). Begitu pula Belajar dari Rumah atau Learn From Home atau Study From Home. Pengertiannya hampir sama dengan Work From Home, tetapi aktivitas bekerja yang dilakukan adalah belajar karena yang menjalani pekerjaan itu adalah pelajar. Oleh karena itu, berkenaan dengan  Work From Home, guru tetap bekerja mengelola kelas dari rumah sedangkan siswa tetap belajar dari rumah dalam kelas yang dikelola oleh guru. Berbagai tulisan sudah mencoba mengulas kelebihan dan kekurangan Work From Home. Kelebihannya antara lain adalah 1) Biaya operasional kantor menurun, 2) Lebih fleksibel, 3) Produktivitas meningkat, 4) Kepuasan kerja meningkat, 5) Keseimbangan kerja dan hidup meningkat, 6) Terhindar dari gangguan lingkungan kerja, dan 7) Lebih dekat dengan keluarga. Namun, ada kelemahan juga, antara lain: 1) Sulit melakukan monitoring pekerja, 2) Hilangnya motivasi kerja, 3)  Banyak gangguan kerja, 4)  Miskomunikasi, 5)  Masalah keamanan data, 6)  Biaya operasional rumah meningkat, dan 7)  Tidak semua pekerjaan bisa dilakukan dari rumah. Tetapi, apapun kelebihan dan kelemahannya, Work From Home harus dilakukan untuk memutus rantai penyebaran wabah.

Persiapan Kelas Daring Ruang Podjok
Begitu mendengar bahwa setiap sekolah harus mengadakan kelas daring, Penjaga Podjok pun segera menyiapkan sistem pendukung. Yang pertama disiapkan adalah anggota Ruang Podjok. Hari-hari pertama, Penjaga Podjok menggunakan waktu untuk menyiapkan siswa dan siswi untuk mengikuti kelas daring. Yang terpenting adalah bahwa siswa dan siswi sadar bahwa pertemuan di kelas diubah menjadi pertemuan yang bisa diikuti darimana saja. Saat itu, Penjaga Podjok juga mulai berpikir aplikasi apa yang dapat digunakan untuk mengelola kelas daring ini. Yang terpikir untuk menyelenggarakan kelas daring ini adalah 1) harus terjangkau oleh semua siswa, 2) mudah, 3) murah, serta 4) tidak terlalu menyulitkan bagi siswa maupun orangtua. Akhirnya, yang dipilih oleh Penjaga Podjok adalah memberdayakan Whatsapp Grup Mata Pelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti per tingkat. Inilah cara yang menurut Penjaga Podjok cukup efektif untuk menyelenggarakan kelas daring karena sebelum diadakan kelas daring, grup Mata Pelajaran ini sudah diaktifkan untuk penyebarluasan informasi dalam pembelajaran reguler.

Mengelola Kelas Daring
Enam minggu sudah Penjaga Podjok mencoba mengelola Kelas Daring. Inilah kisah Kelas Daring Ruang Podjok dari minggu ke minggu. Pada minggu pertama (16-20 Maret 2020), kelas daring yang dikelola masih bersifat pendampingan awal dan pemantauan. Pada minggu itu, Penjaga Podjok menggunakan kelas daringnya untuk menyadarkan para siswa tentang bahaya virus Corona dan bagaimana seluruh anggota Ruang Podjok bisa terlibat mengatasi pandemi ini. Selain itu, materi kelas daring minggu pertama sangat terbantu dengan tugas yang sebelumnya sudah disampaikan kepada para siswa. Sudah menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun bahwa siswa-siswi Katolik Kelas X dan XI akan mendapatkan tugas tertentu ketika mereka belajar di rumah karena kakak kelasnya sedang menjalani Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Nah, untuk materi minggu pertama, Penjaga Podjok terbantu dengan tugas yang sudah diberikan itu. Oleh karena itu, Penjaga Podjok di minggu pertama itu hanya memantau pelaksanaan tugas yang sudah diberikan. 
Pada minggu kedua (23-27 Maret 2020), barulah Kelas Daring Ruang Podjok dikelola secara agak serius. Pada minggu itu, Penjaga Podjok mengenalkan suatu cara belajar yang baru. Prinsipnya sederhana: Menjaga ritme. Apa itu? Menjaga ritme artinya melakukan hal-hal yang dilakukan seperti sewaktu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, di awal minggu kedua, Penjaga Podjok memulai kelas daring dengan ajakan berikut melalui grup, “Untuk pembelajaran online, saya hanya menyarankan kepada kalian untuk meluangkan waktu selama 135 menit atau 3 x 45 menit sesuai dengan jam pelajaran saya di sekolah untuk mengerjakan tugas yang saya berikan. Di luar itu, waktu silakan diatur sendiri.”  Tulisan ini sangatlah penting. Mengapa penting? Supaya orang tahu batas. Saat pembelajaran reguler, aktivitas di Ruang Podjok untuk setiap siswa hanya dibatasi selama 135 menit atau 3 x 45 menit per minggu. Patokan itulah yang digunakan juga untuk menyelenggarakan kelas daring. Selain itu, tujuannya adalah supaya siswa-siswi juga memberikan perhatian pada mata pelajaran yang lain – kalau memang gurunya juga mengadakan kelas daring. Pembatasan waktu juga penting agar orang tidak egois. Kadangkala seseorang ingin menguasai seluruh waktu dan menjadikan dirinya pusat perhatian. Ini tidak sehat. Oleh karena itu, perlu dibatasi supaya orang menjadi sehat. Ritme inilah yang terus dijaga sampai minggu keempat. Prinsipnya, waktu belajar yang digunakan Kelas Daring Ruang Podjok adalah 135 menit. Selebihnya, itu urusan siswa-siswi sendiri.
Di minggu kedua itu, model tugas yang diberikan kepada siswa kelas X dan XI sama, yaitu membuat catatan. Mengapa membuat catatan? Tugas ini didasari pada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa “menulis di kertas ternyata memperkuat daya ingat  dan kemampuan memahami konsep.” Penelitian terbaru yang dimuat di Jurnal Psychological Science mencatat dengan pulpen dan kertas lebih meningkatkan kualitas belajar dibandingkan menggunakan laptop. Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa menulis merupakan strategi yang lebih baik untuk menyimpan ide dalam waktu yang panjang. Selain itu, para peneliti mendapati bahwa menulis dapat menguatkan proses belajar yang tak dapat disamai dengan mengetik. Penelitian tersebut dilakukan oleh Pam Mueller dan Daniel Oppenheimer yang merupakan psikolog dari Princeton dan Universitas California, Los Angeles. Mereka menguji efek menulis catatan pada mahasiswa dalam dua seri percobaan. Dua kelompok mahasiswa diminta mendengarkan materi kuliah dari dosen yang sama. Mereka diperbolehkan menggunakan semua strategi untuk menyimpan hal-hal penting di perkuliahan. Satu setengah jam kemudian, partisipan diuji soal materi kuliah itu. Hasil studi menunjukkan bahwa mahasiswa yang menulis dengan tangan jauh lebih baik dalam kualitas belajar. Penelitian itu menunjukkan bahwa menulis merupakan strategi yang lebih baik untuk menyimpan dan mengendapkan ide dalam kurun waktu lama dibandingkan dengan mengetik. Studi sejenis yang dipublikasikan Intech menemukan bahwa menulis dengan tangan memberikan kesempatan kepada otak untuk menerima umpan balik. Hal tersebut tidak terjadi jika orang menggunakan papan ketik (keyboard). Pergerakan saat menulis dengan tangan "meninggalkan memori atau daya ingat pada bagian sensormotorik otak." Aktivitas ini membantu orang mengenal huruf dan membangun hubungan antara membaca dan menulis. Inilah dasar mengapa tugas di minggu kedua itu adalah mencatat. Seorang kawan pernah mengatakan, “Tubuh itu merekam.” Dalam hal ini, Penjaga Podjok meyakininya. Keyakinan inilah yang kemudian ingin ditularkan kepada para siswa. Tugas membuat catatan ini masih dilanjutkan di minggu ketiga  untuk siswa-siswi kelas XI  dan di minggu keempat untuk para siswi kelas X.
Di minggu ketiga (30 Maret – 3 April 2020) Kelas Daring Ruang Podjok, aktivitas untuk siswa-siswi kelas X dan XI berbeda. Siswa-siswi kelas XI masih melanjutkan tugas membuat catatan, sedangkan para siswi kelas X mengerjakan tugas Ulangan 2 dan Ulangan 3. Ulangan 2 dan Ulangan 3 untuk kelas X ini merupakan tugas Take Home Exam yang sudah diberikan sejak tanggal 12 Maret 2020. Ada serangkaian pertanyaan yang harus dijawab untuk mendapatkan nilai. Begitu pula di minggu keempat (6-9 April 2020), ada aktivitas yang berbeda untuk kelas X dan XI. Para siswi kelas X diberi tugas membuat catatan, sedangkan siswa-siswi kelas XI diminta menyusun Struktur Kepengurusan Dewan Paroki yang ada di parokinya masing-masing. Siswa-siswi kelas XI juga sudah mendapatkan tugas ini sejak 12 Maret 2020. Di penghujung minggu keempat Kelas Daring Ruang Podjok, seluruh anggota Ruang Podjok diajak untuk mengalami perayaan liturgi Paskah yang tentunya dirayakan dari rumah saja.
Setelah Paskah, Penjaga Podjok mendapat jatah untuk piket di sekolah. Hari itu, mulai berpikir apa yang akan dilakukan di minggu kelima (13-17 April 2020). Pada minggu keempat, sudah terpikir untuk mengadakan refleksi dan evaluasi. Hari itu, gagasan tersebut semakin dimatangkan. Mengapa dipilih Refleksi? Refleksi merupakan sebuah cara yang dipakai untuk mengembangkan pembelajaran. Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan filosofi pendidikan: “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani – Di depan memberi teladan, di tengah membangun niat, di belakang memberi daya.” Filosofi itu mensyaratkan bahwa pendidik harus mampu menjadi teladan, pelayanan, pengayoman, dan inspirator bagi peserta didik. Untuk dapat menerapkan filosofi tersebut terutama pada bagian pelayanan, perlulah tindakan yang dapat memuaskan peserta didik berupa kegiatan dimana kedua belah pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar diberikan ruang untuk saling menilai. Kalau pendidik menilai peserta didik, itu biasa. Namun, peserta didik menilai pendidik, itu hal yang luar biasa dan istimewa. Refleksi menjadi kegiatan yang sangat penting untuk memberikan informasi positif tentang bagaimana pendidik melakukan tugasnya sekaligus sebagai bahan observasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan itu tercapai. Refleksi juga akan mengungkap tingkat kepuasan peserta didik dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan wahana untuk menjalin komunikasi yang baik antara pendidik dengan peserta didik.  Inilah  refleksi dalam pendidikan. Refleksi semacam inilah yang kemudian dibuat di minggu kelima. Tujuannya satu: semoga Kelas Daring Ruang Podjok bisa menjadi semakin baik dari hari ke hari. Proses refleksi dibantu dengan alat teknologi modern yang disebut Google Forms. Inilah alat yang kemudian banyak membantu proses pembelajaran di Kelas Daring Ruang Podjok. Kisah tentang Minggu Refleksi ini sudah dimuat dalam postingan sebelumnya (Lihat posting Berhenti Sejenak untuk Berefleksi tentang Pembelajaran dari Rumah).
Akhirnya, tibalah minggu keenam (20-22 April 2020). Minggu keenam di Kelas Daring Ruang Podjok diisi dengan Ulangan Tengah Semester. Lho kok kelas daringnya cuma 3 hari? Tenang Bro... Kelas Daring Ruang Podjok mengikuti aturan pemerintah. Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah nomor 443.2/09004 tertanggal 13 April 2020 menyatakan bahwa tanggal 23, 24 dan 27 April 2020 ditetapkan sebagai libur awal puasa Ramadhan. Karena aturannya begitu, ya Kelas Daring Ruang Podjok hanya beraktivitas sampai tanggal 22 April 2020 saja ya... Sekali lagi, ini untuk menjaga ritme. 
Waktu belajar yang hanya 3 hari ini akhirnya diisi dengan aktivitas yang sedikit sajalah: Ulangan Tengah Semester. Beberapa siswa sempat kebingungan dan bertanya apakah Ulangan Tengah Semester ini untuk semua mata pelajaran? Ini yang menjadi jawaban saya: “Tidak. Setiap guru diberi kebebasan untuk mengelola pembelajaran daring termasuk pertemuan, tugas, Ulangan dan sebagainya selama proses Pembelajaran dari Rumah. Saya memilih untuk tetap mempertahankan ritme yang berjalan ketika sekolah biasa, termasuk mengadakan tugas, Ulangan, UTS...” Sekali lagi, hanya ingin mempertahankan ritme... Lagi-lagi, Ulangan ini pakai Google Forms... Open Book lagi... Itulah yang dijalani sampai di minggu keenam...

Ke depan apalagi ya yang mau dilakukan? Entahlah... Tapi yang jelas perlu terus berinovasi dari minggu ke minggu... Sampai kapan Kelas Daring Ruang Podjok ini akan berjalan? Penjaga Podjok pun tidak tahu... Yang jelas, sampai saat ini sekolah masih menetapkan untuk belajar secara daring sampai tanggal 30 April 2020... Kelanjutannya, tunggu informasi terbaru dari sekolah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar