Sabtu, 18 April 2020

Berhenti Sejenak untuk Berefleksi tentang Pengalaman Pembelajaran dari Rumah

"Tanpa refleksi, kita seperti orang buta dalam menempuh perjalanan, menciptakan banyak hal yang terduga dan akan menemui kegagalan untuk mencapai hal-hal yang berguna"
(Margaret J. Wheatley)

Pengalaman belajar daring atau online secara masif merupakan pengalaman baru bagi persekolahan di tingkat dasar dan menengah di Indonesia. Empat minggu setelah pembelajaran daring berjalan, saya merasa disadarkan bahwa pembelajaran daring ini perlu dilihat lebih dalam sebagai bagian dari pengalaman perjalanan Ruang Pojok. Ungkapan Margaret J. Wheatley yang dikutip di awal tulisan ini memberi inspirasi untuk menyadari pentingnya refleksi. Akhirnya, minggu ini pun menjadi Minggu Refleksi bagi Ruang Pojok. 
Senin, 13 April 2020, saat menjalani jadwal piket di sekolah, saya mulai berpikir bagaimana bisa memfasilitasi anggota Ruang Pojok untuk melakukan refleksi. Sore harinya, secara tidak terduga, seorang teman menyentil soal pemanfaatan Google Forms. Malam itu pun saya belajar mengenai Google Forms dan pemanfaatannya sampai akhirnya jadilah sebuah alat bantu bagi anggota Ruang Pojok untuk melakukan refleksi.
Selasa, 14 April 2020, memulai pembelajaran daring hari itu, saya memposting dalam grup Whatsapp Kelas X dan XI bahwa yang menjadi tugas Mingguan adalah membuat refleksi yang akan dibantu oleh Google Forms. Sebelum mengajak anggota Ruang Pojok melakukan refleksi, ditampilkanlah pengantar tentang refleksi yang akan dibuat. 
Mengutip dari https://www.inirumahpintar.com/2016/10/pengertian-tujuan-manfaat-refleksi-dalam-pembelajaran.html, didapatlah pengertian refleksi. "Refleksi adalah aktivitas pembelajaran yang berupa umpan balik dari peserta didik kepada guru setelah mengikuti serangkaian proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Di sini, peserta didik dengan jujur mengungkapkan perasaan,pesan dan kesan atas pembelajaran yang telah diikuti. Peserta didik tidak boleh berada di bawah intimidasi guru serta dipastikan benar-benar jujur dan terbuka agar beban pikirannya dapat tersalurkan." 
Masih mengutip dari laman yang sama, didapat juga tujuan dan mafaat refleksi. "Tujuan refleksi adalah 1) mengetahui sejauh mana minat peserta didik mengikuti pembelajaran; 2) mengetahui tingkat keberhasilan strategi, model, metode, pendekatan dan teknik pembelajaran yang diterapkan; 3) mengetahui keinginan dan kebutuhan siswa secara terperinsi sehingga dapat merancang pembelajaran dengan lebih baik; dan 4) mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan manfaat refleksi adalah 1) bagi peserta didik, refleksi menjadi ruang ekspresi positif terhadap guru dan proses pembelajaran yang dialami dan 2) bagi guru, refleksi bermanfaat sebagai ajang pengamatan tindakan kelas dalam rangka memetakan karakter dan daya saing peserta didik sehingga memudahkan untuk membagi kelompok, menetapkan bobot materi, menyelenggarakan pengajaran dan melakukan evaluasi." 
Sadar akan pengertian, tujuan dan manfaat refleksi, di akhir Google Forms yang dibuat, Penjaga Pojok menulis seperti ini, "Refleksi tentang Belajar dari Rumah ini tidak akan mempengaruhi nilai kalian. Nilai yang akan kalian terima saya dasarkan pada tugas-tugas dan ulangan yang sudah dan akan saya sampaikan. Refleksi ini tidak akan masuk dalam penilaian. Oleh karena itu, silakan mengisi Lembar Refleksi ini dengan jujur. 'Kejujuran itu lebih dari sekedar tidak berbohong. Kejujuran berarti mengatakan yang sebenarnya, berbicara tentang hal-hal benar, menghidupi kebenaran, dan mencintai kebenaran' (James Esdras Faust)." Berbekal Google Forms dan sedikit ilmu tentang refleksi ini, diluncurkanlah Refleksi Pembelajaran dari Rumah yang menjadi tema utama pembelajaran daring Ruang Pojok minggu ini. Terima kasih kepada semua yang sudah berpartisipasi dalam refleksi ini. 
http://blogs.leeward.hawaii.edu/teach/2016/04/26/learning-through-reflection/
Refleksi ini kembali menyadarkan saya tentang arti pengalaman. Pengalaman hanya berarti atau berguna jika manusia mau merefleksikannya. Inilah yang - menurut saya - menjadi arti yang sesungguhnya ketika seseorang berkata bahwa dia mau belajar dari pengalaman. John Dewey - salah satu ahli filsafat pendidikan dari Amerika yang saya kagumi - pernah mengatakan, "Kita tidak belajar dari pengalaman. Kita belajar dari merefleksikan pengalaman." Jika tidak pernah direfleksikan, pengalaman akan lewat begitu saja dan kita tidak pernah mengambil manfaat apapun darinya. Namun, dengan merefleksikan pengalaman, kita berhenti sejenak untuk melihat pengalaman itu. Dalam proses itu, kita mengendapkan pengalaman, menyelam lebih dalam, dan menemukan hal-hal yang berharga dari pengalaman itu. Di situlah arti belajar dari pengalaman. 
Aktivitas refleksi yang dilakukan Ruang Pojok minggu ini juga membuat saya belajar tentang kerendahan hati. Refleksi adalah proses merendahkan diri. Melalui refleksi, saya menjadi sadar bahwa apa yang saya lakukan tidaklah sempurna. Saya masih perlu banyak belajar. Saya semakin menemukan bahwa hakikat manusia itu adalah menjadi manusia pembelajar. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menemukan apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan dalam banyak hal lalu membuat diri menjadi lebih baik. Inilah mengapa John C. Maxwell pernah berkata, "Milikilah kerendahan hati untuk belajar dari siapapun dan apapun di sekitarmu." Semoga minggu ini boleh membuat hidup saya dan apa yang saya lakukan bersama orang-orang yang saya layani dalam kegiatan belajar menjadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar