Selasa, 31 Maret 2015

Menghidupkan Iman Melalui Perbuatan

Tahun ini, Ruang Podjok kembali mengadakan pertemuan Aksi Puasa Pembangunan. Pertemuan yang oleh Keuskupan Agung Semarang direncanakan dalam 5 kali pertemuan terpaksa disingkat menjadi 2 kali pertemuan karena keterbatasan waktu. Meskipun dengan cara dan bentuk yang amat terbatas, Ruang Podjok Agama Katolik SMK Negeri 3 Surakarta berusaha mewujudkan imannya melalui perbuatan sehari-hari. Semoga dengan demikian, iman yang kami hidupi menjadi semakin hidup lewat perbuatan kami.

Tema APP 2015
Tema APP 2015 adalah “Iman Disertai Perbuatan Kasih Semakin Hidup.” Melalui tema ini, umat beriman diajak membangun Iman yang Cerdas, Tangguh, dan Misioner. Beriman cerdas: memiliki pemahaman yang benar dan tepat akan iman Katolik serta menjadikannya sebagai dasar untuk mengambil keputusan harian. Iman mendasari tindakan harian. Agar tindakannya benar, iman yang dimiliki juga harus benar. Untuk mendapatkan iman yang benar, kita perlu belajar tentang imannya sendiri. Orang yang tidak memahami imannya secara benar ibarat orang memakai baju tetapi tidak tahu warna baju yang dipakainya. Beriman tangguh: berakar dalam iman sehingga tak mudah goyah, tak mudah putus asa dalam segala persoalan, dan tetap tegak berdiri walaupun godaan dan tantangan iman terus menerpa. Iman menjadi teguh karena berakar pada Yesus. Ketangguhan iman tidak muncul karena ujian dari luar tetapi lebih karena pengolahan serius dari dalam diri manusia. Jika iman rapuh dari dalam, tak usah digoda atau diuji dari luar pun pasti iman akan runtuh dengan sendirinya. Beriman misioner: berani menjadi saksi atas imannya, berani bicara tentang Kristus, serta mampu mengakui dan menunjukkan kekatolikannya. Setelah dibaptis, orang Katolik menjadi saksi atas iman. Menjadi saksi atas iman tidak cukup sekedar menyatakan iman dengan kata-kata tetapi harus berbuat sesuatu melalui tindakan. Dunia sekarang lebih menyukai kesaksian nyata daripada kata-kata yang diucapkan tanpa bukti. Paus Paulus VI menyatakan, Manusia modern lebih suka mendengarkan saksi-saksi daripada guru-guru, dan kalau ia mendengarkan guru-guru, itu karena mereka saksi.

APP dan Kaum Muda
Dalam pertemuan Kaum Muda Asia 2014 di Daejon, Korea, Paus Fransiskus mengatakan “Bangun! Bangun! Orang bernyanyi, menari dan bergembira dalam keadaan bangun. Tidak baik ketika orang muda tidur. Jangan! Bangun, majulah.” Paus Fransiskus mengajak seluruh kaum muda Katolik untuk “Bangun!”, Bangun dan bergerak, berbuat dan berkarya dalam masyarakat serta Gereja. Hal itu menunjukkan bahwa iman harus diwujudkan lewat perbuatan seperti ditulis dalam Surat Yakobus (Yak 2:17).
Di Ruang Podjok, tema APP yang telah dipaparkan tersebut coba diolah dalam dua kali pertemuan. Pertemuan 1 bicara tentang Iman sebagai Anugerah dan Proses Beriman sedangkan Pertemuan 2 bicara mengenai Iman dan Perbuatan serta Menjadi Manusia Baru. Berikut ini adalah bahan-bahan dalam setiap pertemuan.

Pertemuan 1
Setiap orang memiliki iman dan iman itu ditemukan dalam kehidupan. Mengapa orang bisa beriman? Karena orang memiliki Roh yang memungkinkan seseorang dapat berelasi dengan Allah. Oleh karena itu, salah satu sudut pandang filsafat terhadap manusia menyatakan manusia sebagai Homo Religiousus. Setiap orang memiliki kisah imannya masing-masing. Silakan hening sejenak dan menuliskan kisah imanmu sendiri dengan bantuan pertanyaan berikut: 1) Bagaimana kita mengenal iman Kristiani: dari apa atau siapa, sejak kapan, dan dimana, apa yang menarik dalam pengenalan iman itu? 2) Bagaimana perasaan kita menjadi orang Kristiani? Mengapa kita merasakan hal yang demikian dalam kehidupan kita? 3) Apakah kita mengalami pasang surut dalam beriman: kadang bersemangat dan kadang tidak? Apa yang menyebabkan?







Membaca Yoh 4:1-42. Setiap orang memiliki kisah iman masing-masing. Perempuan Samaria yang kita saksikan dalam cuplikan film maupun dalam kisah Kitab Suci juga memiliki kisah imannya sendiri. Perempuan itu meng-alami perubahan sete-lah bertemu Yesus. Awalnya, ketika Yesus menyapa meminta air, perempuan itu ragu-ragu karena orang Yahudi tidak boleh bergaul dengan orang Samaria (Yoh 4:7-9). Tindakan Yesus meminta air menjadi jalan pembuka bagi perempuan itu untuk berubah. Ia mulai membangun keyakinan pada Yesus dengan memberikan air kepadanya. Interaksi antara perempuan dengan Yesus ini menjadi kesempatan bagi Yesus untuk mengajar. Yesus pun mulai mengajar tentang air hidup dan iman yang membuat orang tidak haus lagi (Yoh 4:13-24). Pengajaran itu diterima oleh perempuan Samaria itu karena ia mulai membuka hatinya dan meninggalkan keraguannya sehingga ia pun mulai percaya pada yang dikatakan oleh Yesus (Yoh 4:25). Yesus pun meneguhkan apa yang diyakini oleh perempuan Samaria itu dengan mengatakan bahwa diriNyalah yang disebut Mesias atau Kristus yang kedatangannya telah diramalkan (Yoh 4:26). Setelah beriman, perempuan Samaria itu pun mewartakan apa yang diimaninya kepada orang-orang lain dan orang-orang lain pun datang kepada Yesus (Yoh 4:28-30).
Iman merupakan tanggapan kita terhadap pernyataan diri Allah yang menyapa dan menyelamatkan. Kehadiran Allah ini disebut wahyu. Dalam sejarah manusia, wahyu Allah muncul dalam berbagai cara dan sarana. Ada yang melalui mimpi, tanda-tanda alam, kejadian-kejadian yang luar biasa dan sebagainya. Dalam tradisi Kristiani, sebagai puncaknya, Allah mewahyukan diri melalui Yesus Kristus yang hadir di dunia dan menyelamatkan manusia. Selama hidupNya, Yesus mewartakan Kerajaan Allah yang menyatakan bagaimana Allah sangat mengasihi manusia dan sangat ingin memberikan keselamatan kepada manusia. Oleh karena itu, Yesus membuat banyak hal yang menjadi bentuk kasih Allah melalui berbagai mujizat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang tuli mendengar, orang lapar dikenyangkan, orang mati dibangkitan, dan sebagainya (Luk 7:22-23). Terhadap apa yang dilakukan Yesus, ada berbagai tanggapan. Ada orang yang menerima dan kemudian percaya. Ada yang menerima tetapi tidak begitu percaya dan meninggalkan Yesus. Ada juga yang menolak, bahkan sampai membenci Yesus. Ini adalah tanggapan yang manusiawi. Salah satu tanggapan yang baik diberikan oleh perempuan Samaria yang kisahnya kita saksikan hari ini. Kita juga mengalami seperti perempuan Samaria itu. Iman yang kita miliki juga iman yang berproses. Proses yang benar akan membuat iman kita semakin matang dan dewasa. Tanda dari iman yang matang dan dewasa adalah iman yang cerdas, tangguh, dan misioner. Cerdas berarti tahu tentang imannya dan bisa mempraktekkan. Tangguh berarti berani bertahan karena iman. Misioner berarti dapat menerapkan imannya dalam tindakan sehari-hari. Langkah yang harus kita lakukan dalam beriman ada tiga: MENDALAMI IMAN, MENGAKARKAN IMAN, dan   MEWARTAKAN IMAN. Seperti perempuan Samaria, kita pun diajak untuk mendalami, mengakarkan, dan mewartakan iman kita, baik melalui kata-kata maupun melalui tindakan dalam hidup sehari-hari. Santo Filipus Neri pernah mengatakan, “Beruntunglah kalian orang-orang muda karena kalian punya banyak waktu untuk berbuat baik.” Semoga kita semakin tergerak untuk berbuat baik dalam kehidupan kita.

Pertemuan 2
Dalam pertemuan yang lalu, kita sudah melihat iman sebagai karunia Allah dan manusia menanggapi karunia Allah itu dengan proses beriman. Masing-masing orang memiliki kisah imannya sendiri. Kisah iman itulah yang terus dibangun melalui kehidupan sehari-hari sampai nanti Tuhan memanggil kita untuk kembali kepadaNya. Dalam pertemuan yang lalu, kita sudah melihat contoh yang diberikan oleh perempuan Samaria yang juga memiliki kisah imannya sendiri. Perempuan itu awalnya ragu-ragu terhadap Yesus, namun ia membuka hati dan mulai percaya. Bahkan, ia tidak berhenti sampai percaya tetapi juga mewar-takan imannya kepada orang lain. Hari ini, kita diajak untuk mewujudkan iman kita dalam tindakan sehari-hari. Iman harus diwujudkan melalui perbuatan sebagaimana ditegaskan oleh penulis Surat Yakobus, “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati” (Yak 2:17). Iman harus diwujudkan dalam hidup sehari-hari supaya iman itu bermakna. Iman tidak bisa hanya disimpan dalam diri tetapi harus diungkapkan dan diwujudkan. Kita akan melihat beberapa kisah yang menggambarkan bagaimana keyakinan atau gagasan yang baik harus diungkapkan agar bermakna bagi orang-orang di sekitarnya (Lead India).



Membaca Yak 2:14-26. Penulis Surat Yakobus menyatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Seseorang yang tahu saudaranya kelaparan tetapi tidak memberi makan tidak berbuat apa-apa untuk kebaikan (Yak 2:15-16). Iman seseorang terlihat dari perbuatannya. Oleh karena itu, tindakan sangatlah penting dalam usaha mewujudkan iman kita. Tanpa tindakan, iman tidak akan ada guna dan manfaatnya. Iman selalu bekerjasama dengan perbuatan. Perbuatan membuat iman menjadi sempurna (Yak 2:22). Dalam hidup sehari-hari, kita mungkin sering mengatakan bahwa kita percaya pada Tuhan. Namun, kadangkala tindakan kita tidak menunjukkan kepercayaan itu. Apakah orang bisa dikatakan beriman kalau dia tidak pernah berdoa? Apakah orang bisa dikatakan jujur kalau tidak pernah menjalankan kejujuran? Apakah orang bisa dikatakan setia jika dia tidak pernah menunjukkan kesetiaan itu? Apakah orang bisa dikatakan tertib kalau terus melanggar? Keyakinan, sifat, karakter, pembawaan seseorang selalu tampak dari apa yang dilakukannya.  
Dalam masa APP ini, kita diajak untuk berbuat sesuatu berdasarkan iman kita. Melihat situasi yang ada di sekitar kita, kita bisa bertanya pada diri kita sendiri, “apa yang akan aku lakukan untuk meringankan beban orang-orang di sekitarku?” Berbuat sesuatu dapat dimulai dari lingkungan yang terdekat. Mari kita lakukan sesuatu yang baik untuk diri kita sendiri, untuk orangtua kita, untuk keluarga kita, untuk teman kita, untuk lingkungan hidup kita, untuk kelas kita, untuk sekolah kita, dan untuk Gereja kita. Lambat laun, kita akan bisa melakukan hal yang baik untuk lingkungan yang semakin luas. Dengan perbuatan baik yang kita usahakan, kita diajak untuk menjadi manusia baru. Kita diajak untuk menghayati hidup baru dengan menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru. Manusia baru adalah manusia yang berani mengubah dirinya menjadi lebih baik karena sudah mengenal Yesus (Ef 4:20-21). Menjadi manusia baru berarti menjadi pribadi yang lebih baik daripada yang sekarang. Mari kita menjadi pribadi yang lebih baik karena kita mengenal Yesus yang memberi teladan kebaikan. Yang dapat kita pedomani adalah JADIKAN DIRI KITA BERKAT BAGI ORANG DI SEKITAR KITA dan LAKUKAN MINIMAL SATU PERBUATAN BAIK SETIAP HARI (Giving is The Best Communication).