tag:blogger.com,1999:blog-80558764873699714612024-03-15T01:22:56.255+07:00Podjok Roeang Agama Katolik SkagaUnknownnoreply@blogger.comBlogger122125tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-19287965231667487322024-03-06T12:16:00.000+07:002024-03-06T12:16:10.529+07:00Gerakan Aksi Puasa Pembangunan (APP) sebagai Gerakan Pertobatan Keluar dan Kedalam Keuskupan Agung Semarang pada Masa Prapaskah<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzFjWkAwXd24hhFJea6OdE4TdlV7f8aNTRQzEkHepnPnk5icvUrVZDP97rBR8jcXyT_YCcM1od5XqgmvCKYvaZzgB_cx-sw6fzmdbe4BpaiSfD1vxvoZqX572PCURk1bMa4wiIFwHaaTG6IllU2PV0ptk0MIeID0fAH6mZ0gSKkVwOjn0G2exkbutJLE-1/s1024/purple-petal-symbol-religion-church-cross-648939-pxhere.com.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" data-original-height="683" data-original-width="1024" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzFjWkAwXd24hhFJea6OdE4TdlV7f8aNTRQzEkHepnPnk5icvUrVZDP97rBR8jcXyT_YCcM1od5XqgmvCKYvaZzgB_cx-sw6fzmdbe4BpaiSfD1vxvoZqX572PCURk1bMa4wiIFwHaaTG6IllU2PV0ptk0MIeID0fAH6mZ0gSKkVwOjn0G2exkbutJLE-1/s320/purple-petal-symbol-religion-church-cross-648939-pxhere.com.jpg" width="320" /></a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">Pada bulan Maret 2024, Gereja Katolik di seluruh dunia sedang mengalami masa khusus dalam kehidupan iman, yaitu Masa Prapaska yang dimulai dengan perayaan Rabu Abu pada tanggal 14 Februari 2024. Mengenai Masa Prapaska, Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa Masa Prapaska -</span> dalam liturgi maupun dalam katekese liturgis - menampilkan dua ciri khas masa "empat puluh hari” ini, yakni 1) mengenangkan atau menyiapkan Baptis dan 2) membina pertobatan. Masa Prapaska merupakan masa yang lebih intensif mengajak umat beriman untuk mendengarkan sabda Allah dan berdoa sehingga mereka dapat menyiapkan diri untuk merayakan misteri Paska. Pertobatan selama masa empat puluh hari itu hendaknya jangan hanya bersifat batin dan perorangan, melainkan hendaknya bersifat lahir dan sosial kemasyarakatan. Adapun praktek pertobatan, sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan zaman kita sekarang dan pelbagai daerah pun juga dengan situasi umat beriman, hendaknya makin digairahkan, dan dianjurkan oleh pimpinan gerejawi (<i>Sacrosanctum Concillium</i> 109-110). Dalam tata kelola Gereja, Konsili Vatikan II menetapkan bahwa kewenangan untuk mengatur liturgi dalam Gereja <i>"semata-mata ada pada pimpinan Gereja, yakni Takhta Apostolik, dan menurut kaidah hukum pada uskup. Berdasarkan kuasa yang diberikan hukum, wewenang untuk mengatur perkara-perkara liturgi dalam batas-batas tertentu juga ada pada pelbagai macam Konferensi Uskup se-daerah yang didirikan secara sah. Maka dari itu tidak seorangpun, meskipun imam, boleh menambahkan, meniadakan atau mengubah sesuatu dalam liturgi atas prakarsa sendiri."</i> (<i>Sacrosanctum Concillium</i> 22). Demikianlah yang terjadi di Keuskupan Agung Semarang, sejak tahun 1970-an, Gereja Katolik Keuskupan Agung menetapkan Gerakan Aksi Puasa Pembangunan atau yang dikenal dengan Gerakan APP sebagai langkah nyata pertobatan yang khas bagi umat Keuskupan Agung Semarang. Dalam tulisan ini, kita akan melihat lebih jauh mengenai Gerakan APP yang sudah terjadi di Keuskupan Agung Semarang.</span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Seringkali Gerakan APP dipahami sebagai kegiatan yang diisi dengan pendalaman atau sarasehan umat seputar tema APP yang sudah ditetapkan oleh Keuskupan Agung Semarang. Bahkan tidak jarang pendalaman atau sarasehan itu kental dengan nuansa ibadat yang melibatkan aturan liturgis tertentu. Atau seringkali dipahami bahwa Gerakan APP merupakan gerakan untuk mengumpulkan uang dalam kotak yang diedarkan kepada umat selama Masa Prapaska di Keuskupan Agung Semarang. Beberapa pandangan ini merupakan pandangan yang kurang tepat terhadap Gerakan APP. </span><span style="font-family: georgia;">Bicara mengenai Gerakan APP, perlu disadari bahwa gerakan ini merupakan gerak pertobatan "kedalam" dan "keluar" yang perlu dihayati oleh seluruh umat.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigxFdvGu69XcRc9g-QO_V4zcvYi5k5eextidBrzyKopO1CujvTS5jOhcdQS6jVm25iKYI-H6iA3LxPVEFbFKzQn_P7bjXF_NgJbIJFft7_PFzr0vjpOwf-Ma2L92i0dDANn7s-2bDrrE7m2bv977wcw-9eyQa8Ki2-jf8Udm-2lfYSXIw2RUwxrcK_0YK6/s2560/DSC07095-scaled.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1440" data-original-width="2560" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigxFdvGu69XcRc9g-QO_V4zcvYi5k5eextidBrzyKopO1CujvTS5jOhcdQS6jVm25iKYI-H6iA3LxPVEFbFKzQn_P7bjXF_NgJbIJFft7_PFzr0vjpOwf-Ma2L92i0dDANn7s-2bDrrE7m2bv977wcw-9eyQa8Ki2-jf8Udm-2lfYSXIw2RUwxrcK_0YK6/s320/DSC07095-scaled.jpg" width="320" /></a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">Gerakan APP menjadi gerakan "kedalam" karena umat diajak untuk mengolah diri menjadi pribadi yang lebih baik untuk mempersiapkan diri merayakan Paska. Pengolahan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik ini ditandai dengan laku pantang dan puasa. Pantang dan puasa merupakan tindakan yang erat dengan pengendalian diri. Pantang berarti mengurangi atau menghindari untuk melakukan atau mengonsumsi hal-hal yang disukai, misalnya pantang rokok, pantang daging, pantang telur, pantang jajan, pantang main game, dan sebagainya. </span><span style="font-family: georgia;">Orang Katolik wajib berpantang pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat sampai Jumat Agung. Jadi, pantang hanya dilakukan pada 7 hari selama masa Prapaska. </span>Yang wajib berpantang adalah semua orang katolik yang berusia empat belas (14) tahun ke atas. Puasa berarti makan kenyang hanya satu kali dalam sehari. Ada banyak tafsiran mengenai puasa ini. Bisa dihayati sebagai makan hanya satu kali sehari, makan kenyang satu kali sehari sedangkan yang lain tidak kenyang, dan sebagainya. <span style="font-family: georgia;">Orang Katolik wajib berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Jadi, selama masa Prapaska, kewajiban puasa hanya dua hari saja. Yang wajib berpuasa adalah semua orang beriman yang berumur antara delapan belas (18) tahun sampai awal enam puluh (60) tahun. Aturan pantang dan puasa terasa begitu ringan. Yang perlu disadari adalah </span>semangat tobat yang hendak dibangun saat menjalankan pantang dan puasa dalam kehidupan beriman. Jika umat beriman ingin memberikan tekanan lebih pada tindakan pantang dan puasa yang diakukannya sehingga menjadi lebih berat daripada yang sudah ditetapkan oleh Gereja, tentu sangat diperbolehkan sejalan dengan semangat tobat yang ingin dihayati. Penetapan puasa dan pantang secara pribadi secara lebih berat yang dilakukan oleh umat beriman di luar yang sudah ditetapkan oleh Gereja tidak mengikat dengan sangsi dosa. Pantang dan puasa dalam Masa Prapaska ini juga harus disertai dengan olah rohani. <span style="font-family: georgia;">Selama masa Prapaskah ini, kita juga </span>diundang untuk tekun membina kesalehan hidup, baik kesalehan rohani yang kita dapat wujudkan dengan 1) tekun setia dalam doa, membaca dan merenungkan sabda Tuhan, 2) tekun merayakan Ekaristi, 3) menerima Sakramen Tobat, 4) memperdalam khazanah pengetahuan iman, 5) mengikuti berbagai kesempatan untuk olah rohani (rekoleksi atau retret), serta 6) melaksanakan keutamaan hidup pribadi dalam setiap perbuatan baik yang kita usahakan. Inilah makna Gerakan APP sebagai gerakan "kedalam" sehingga membuat setiap orang Katolik meningkat dalam kebaikan pribadi.</span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsYZCJd3GZFQ7Pf4ylAXchTAoMwwysO97FlCquHydNZ7KOO6ZQ0HD50lII9MT7aCHnNY03to4gO3e8dudZ4SG6E-djZlS93_zkjejYDh5RA3m6XtREeFWOSdSltujA8d-MCFb8bhwKbzQgB3oVQSoZ5Z_9SO5frvLFz6KEbD1pJBidMOt6-NsakQyBcOCQ/s1600/WhatsApp%20Image%202024-03-05%20at%2013.41.08.jpeg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsYZCJd3GZFQ7Pf4ylAXchTAoMwwysO97FlCquHydNZ7KOO6ZQ0HD50lII9MT7aCHnNY03to4gO3e8dudZ4SG6E-djZlS93_zkjejYDh5RA3m6XtREeFWOSdSltujA8d-MCFb8bhwKbzQgB3oVQSoZ5Z_9SO5frvLFz6KEbD1pJBidMOt6-NsakQyBcOCQ/s320/WhatsApp%20Image%202024-03-05%20at%2013.41.08.jpeg" width="320" /></a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">Selain "kedalam," Gerakan APP harus menjadi gerakan "keluar" dimana setiap orang Katolik diutus menjadi berkat kepada semua orang yang ada di sekitarnya. Tindakan ini dilakukan melalui derma dan amal kasih. Oleh karena itu, dalam Masa Prapaska, keluarga-keluarga Katolik menerima Kotak APP sebagai sarana untuk mewujudkan diri menjadi berkat bagi orang lain. Sejak awal, Gerakan APP sudah digagas sebagai gerakan yang dapat memberdayakan masyarakat. </span><span style="font-family: georgia; text-align: left;">Pemberdayaan rakyat merupakan wujud dari pelayanan yang mendahulukan kaum miskin dengan pendekatan analisis struktural sekaligus kultural. Gerakan APP diharapkan sebagai penggerak pembangunan demi terwujudnya Kerajaan Allah. Dalam sejarahnya, Gerakan APP ini dimulai pada tahun 1970-an. S</span><span style="font-family: georgia; text-align: left;">ejak Sinode Para Uskup tahun 1971, Gereja Katolik semakin menyadari bahwa pewartaan Injil tanpa usaha menegakkan keadilan tidaklah utuh. Mengaku Allah tetapi melupakan perjuangan keadilan dan pembebasan adalah sama dengan mengaku mencintai Allah tanpa sesama. </span><span style="font-family: georgia; text-align: left;">Selanjutnya, kesadaran Gereja ini diwujudkan dalam bentuk pilihan mendahulukan kaum miskin dan tidak berdaya, <i>preferential option for (and with) the poor and oppressed</i>. Mendahulukan kaum miskin dan tertindas, memperjuangkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan, merupakan wujud serta tanda kesetiaan Kepada Injil Yesus. Gagasan APP diinisiasi pada tahun 1969 oleh R.P. Carolus Carri, SJ yang saat itu menjabat Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Semarang. R.P. Carri yang menaruh kepedulian terhadap masalah-masalah sosial memanggil R.D. Gregorius Utomo untuk mempersiapkan kegiatan Aksi Puasa yang bisa menjembatani jurang antara yang kaya dan yang miskin seperti yang disampaikan oleh Paus Paulus VI melalui dokumen Ajaran Sosial Gereja yang berjudul <i>Populorium Progressio </i>(1967). Gerakan ini berdasar pada pemahaman bahwa i</span><span style="font-family: georgia; text-align: left;">nti pewartaan Injil adalah Kerajaan Allah yang berpusat pada kebenaran, damai, dan sukacita. Ketiga karakter atau dimensi Kerajaan Allah ini tidak hanya berkaitan dengan bidang spiritual atau perasaan, melainkan dengan realitas yang harus diimplementasikan dalam kenyataan hidup konkrit. Oleh karena itu, gagasan yang ingin disampaikan dalam Gerakan APP adalah bagaimana nilai-nilai Kerajaan Allah bisa menyentuh hal-hal yang sehari-hari dialami oleh masyarakat. </span><span style="font-family: georgia; text-align: left;">Keadilan dan kebenaran selalu mengacu pada hubungan sosial yang benar dengan pengertian dasar pembelaan terhadap yang lemah dan pembebasan </span><span style="font-family: georgia; text-align: left;">orang-orang tertindas (Mzm 82). Mengenal Yahwe (Allah) berarti melakukan keadilan (Yer 22:16). Melakukan keadilan berarti masuk dalam hubungan dengan Allah yang memberikan hidup, dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan ciptaan. Yang menjadi dasar Gerakan APP adalah </span><span style="font-family: georgia; text-align: left;">pertobatan yang mengarahkan diri kepada Allah dan ikut serta membangun Kerajaan-Nya. Wujud dan buah pertobatan bisa bermacam-macam dan selalu berkait erat dengan keadilan sebagaimana dikatakan Nabi Yesaya: <i>"Inilah puasa yang kusukai membuka belenggu kelaliman, melepaskan tali-tali mencekit, membebaskan yang </i></span><span style="font-family: georgia; text-align: left;"><i>teraniaya, mematahkan setiap penindasan..."</i> (Yes 58). Dana yang dikumpulkan dalam Gerakan APP sebagai salah satu buah dari proses pertobatan melalui gerakan APP terarah kepada kesejahteraan dan kedamaian manusia terutama bagi mereka yang kehilangan harapan, tersingkir dan tertindas. Dengan demikian gerakan APP menjadi persembahan kepada Tuhan untuk keselamatan bersama. Pengumpulan dana ini akan digunakan oleh Gereja untuk</span><span style="font-family: georgia; text-align: left;"> mengalirkan berkat (dana) yang diperolehnya ke tengah masyarakat untuk pengembangan atau pemberdayaan masyarakat demi terciptanya kesejahteraan dan kedamaian manusia. Dana yang dikumpulkan melalui Gerakan APP ini menjadi cara Gereja untuk membangun masyarakat yang lebih baik. Oleh karena itu, prinsip subsidiaritas dan solidaritas sangat dikedepankan dalam pemanfaatan dana ini. Dana</span><span style="font-family: georgia; text-align: left;"> APP mengakomodasi kebutuhan dua kelompok umat dan masyarakat dengan kateori berikut: 1) Mereka</span><span style="font-family: georgia; text-align: left;"> yang berkekurangan dan atau yang ingin membangun kemandirian hidup serta 2) Mereka yang miskin dan berkekurangan dalam hal sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.</span><span style="font-family: georgia; text-align: left;"> Dana APP tidak hanya diperuntukkan bagi umat Katolik saja, tetapi diperuntukkan bagi siapa saja yang termasuk dalam kategori KLMTD, terutama mereka yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar tahap I (pangan, sandang, papan), maupun kebutuhan dasar tahap II (pendidikan, kesehatan, lapangan kerja). </span><span style="font-family: georgia; text-align: left;">Dana APP dapat diperuntukkan untuk mereka yang tidak beragama Katolik, tetapi dalam hal ini, pihak pemohon (paroki) perlu bijaksana terutama untuk tidak menimbulkan gejolak sosial (isu SARA). </span><span style="font-family: georgia;">Inilah makna Gerakan APP sebagai gerakan "keluar" sehingga dana APP dapat menjadi sarana untuk menjangkau kebutuhan setiap orang - termasuk mereka yang tidak beragama Katolik - yang memerlukan bantuan.</span></span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtYbc3XAEFjyS9YO0mKhMNMHUWCa2F1OkGPb4B43zrsxK0RtBAXv50EXS7LaqPffNVljtI_4PslWShxy_uRxTQzB7s6nA-WaPmVZshiMJZLXSd6zwVhMS9YK1HrE3XW4JmtzirvRrzRhjSm6zrI28OnKKFzsVJUvR79mjQDwpGruqvYnnG6o3kn4AwWTU5/s1600/WhatsApp%20Image%202024-03-03%20at%2019.48.32%20(1).jpeg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1600" height="144" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtYbc3XAEFjyS9YO0mKhMNMHUWCa2F1OkGPb4B43zrsxK0RtBAXv50EXS7LaqPffNVljtI_4PslWShxy_uRxTQzB7s6nA-WaPmVZshiMJZLXSd6zwVhMS9YK1HrE3XW4JmtzirvRrzRhjSm6zrI28OnKKFzsVJUvR79mjQDwpGruqvYnnG6o3kn4AwWTU5/s320/WhatsApp%20Image%202024-03-03%20at%2019.48.32%20(1).jpeg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Berkaitan dengan Dana APP, ada beberapa wawasan yang bisa dipahami agar pemanfaatan dana tersebut sesuai dengan arahan Gereja Katolik. Menurut materi Sosialisasi Juknis Buku APP Tahun 2024, semangat dasar yang menghidupi pemanfaatan Dana APP adalah cinta kasih, solidaritas, subsidiaritas, dan kemurahan hati. Selain itu, dana APP juga dimanfaatkan dalam semangat <i>Deus caritas est</i> yang berarti bahwa Allah adalah kasih serta Yesus adalah Sang Gembala baik yang mencari dan menyelamatkan. Dana APP ini juga ingin berpihak kepada mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel. Pemanfaatan dana APP juga memiliki prinsip dan kriteria. Adapun prinsip pengelolaan dana APP adalah 1) ditujukan untuk pelayanan karitatif dan pemberdayaan, terutama bagi </span>mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel; 2) tepat sasaran, terkendali, transparan, dan akuntabel; 3) mengembangkan semangat keadilan dan pemerataan; serta 4) melibatkan berbagai pihak (termasuk dalam hal pendanaan yaitu dana swadaya dari masyarakat atau umat serta dana subsidi dari paroki). Adapun kriteria yang digunakan dalam pengelolaan dana APP ini adalah 1) selaras dengan kepentingan, citra, dan jatidiri Gereja; 2) sesuai kebutuhan (memenuhi kebutuhan dasar dan pemberdayaan); serta 3) layak, pantas, wajar, tidak berlebihan, efektif, dan efisien. Hal terakhir yang perlu diperhatikan berkaitan dengan dana APP ini adalah spesifikasi pemanfaatan dana. Bidang-bidang yang dapat mengambil manfaat dari dana ini adalah 1) Bidang Kesejahteraan (pemenuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan umum), 2) Bidang Pemberdayaan Ekonomi Perorangan maupun Kelompok (pemberdayaan pada bidang pertanian, peternakan, perikanan, UMKM, ketrampilan dan jasa), 3) Bidang Pengembangan Iman dan Motivasi (retret, pelatihan, rekoleksi, kaderisasi dan sebagainya), 4) Bidang Emergency Response (bantuan kedaruratan bencana alam serta bantuan berkaitan dengan air, sanitasi, dan kebersihan atau WASH seperti yang dicanangkan oleh UNICEF). Berbagai macam catatan mengenai pemanfaatan Dana APP ini tentunya akan terus berubah sesuai perkembangan zaman. Namun, melalui dana APP, Gereja Katolik untuk menjadikan dirinya sebagai institusi yang terus signifikan dan relevan dengan zaman. Mengenai teknis pemanfaatan Dana APP ini, silakan menghubungi Tim Pelayanan PSE APP yang ada di bawah Bidang Diakonia paroki masing-masing.</div></span><p></p><p style="text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAbzSjQqr_ckN_IUuqYhGWQR71X2IP1AKiNXDleKi15LH_Pt4Lt7H5HXBr8qTro9yD9FYpBrth697FB7nKNoLPQ9K5SCq5hGy2meI0n7-IMtzXLtyf1HUTInWxZ_o9ORSVMLRCLvHB9ydR-cXQBL3HLhsDS2_7CYt_5eVp-2-vn6A3jCAshAvLac97IJ1v/s1600/WhatsApp%20Image%202024-03-03%20at%2019.48.32.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAbzSjQqr_ckN_IUuqYhGWQR71X2IP1AKiNXDleKi15LH_Pt4Lt7H5HXBr8qTro9yD9FYpBrth697FB7nKNoLPQ9K5SCq5hGy2meI0n7-IMtzXLtyf1HUTInWxZ_o9ORSVMLRCLvHB9ydR-cXQBL3HLhsDS2_7CYt_5eVp-2-vn6A3jCAshAvLac97IJ1v/s320/WhatsApp%20Image%202024-03-03%20at%2019.48.32.jpeg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1XVwVDyWB5kJm6UO32ITJMWpENsT9EyJmRn3FIOeMvHF53_TeemJTE30TSo95uet__3wyXLRpucTFS5BJz1QgHnT7SpghBDpwLD2ygGRfIVkz3AgeZea62uTSpuJrzNfSGKk9Mq3309zAtrZK6fFCSPaCH2P8k6Ee8Eo_RqAnZY-YC4CCrABgZI9QHKZq/s1600/WhatsApp%20Image%202024-03-03%20at%2019.48.31.jpeg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1XVwVDyWB5kJm6UO32ITJMWpENsT9EyJmRn3FIOeMvHF53_TeemJTE30TSo95uet__3wyXLRpucTFS5BJz1QgHnT7SpghBDpwLD2ygGRfIVkz3AgeZea62uTSpuJrzNfSGKk9Mq3309zAtrZK6fFCSPaCH2P8k6Ee8Eo_RqAnZY-YC4CCrABgZI9QHKZq/s320/WhatsApp%20Image%202024-03-03%20at%2019.48.31.jpeg" width="320" /></a></div><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">Inilah sekilas yang dapat disampaikan berkaitan dengan Gerakan APP. Semoga tulisan sederhana ini semakin membuat kita menyadari bahwa APP merupakan gerakan "kedalam" maupun "keluar."</div></span><p></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><b>Sumber Pustaka:</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Panitia Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Semarang. <i>Kembali ke Semangat Dasar Aksi Puasa Pembangunan, Kerangka Dasar.</i> Semarang: </span><span style="font-family: georgia;">Panitia Aksi Puasa Pembangunan Keuskupan Agung Semarang. 2002.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Martinus Sutomo, Pr. <i>"Sosialisasi Buku Juknis APP 2024" (Materi Presentasi)</i>. Surakarta: Komisi PSE Kevikepan Surakarta. 2024.</span></div>Paulus Widyawan Widhiastahttp://www.blogger.com/profile/11112562859612885714noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-11810212181045991272024-02-19T08:05:00.000+07:002024-02-19T08:05:24.055+07:00Mengenal Negara Kota Vatikan, Pusat Pemerintahan Gereja Katolik<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV37de72SYu8b-qjQrO-Oz8yP8P5n76YNbwDUi9kZXz0eP9dL3UwT8j4Xqe2_AqTHmSjz5ZS8SfYzKYi7T4Cwn5B0srw731JSMcuKX8QiSTkGrachFWvKucWeyWpbZtZ4zwSsDuU7hUEOGKukZ-ncgzaZqXZCSmpcz74truMCDbLyViYExTYJ-ZWDOS-NN/s1024/Peter%20Chair.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjV37de72SYu8b-qjQrO-Oz8yP8P5n76YNbwDUi9kZXz0eP9dL3UwT8j4Xqe2_AqTHmSjz5ZS8SfYzKYi7T4Cwn5B0srw731JSMcuKX8QiSTkGrachFWvKucWeyWpbZtZ4zwSsDuU7hUEOGKukZ-ncgzaZqXZCSmpcz74truMCDbLyViYExTYJ-ZWDOS-NN/s320/Peter%20Chair.jpg" width="240" /></a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">Dalam bulan Februari, ada salah satu tanggal yang digunakan oleh Gereja Katolik untuk memperingati kepemimpinan Petrus. Setiap tanggal 22 Februari, diperingati Pesta Tahta Santo Petrus. Tahta</span><span style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"> Santo Petrus (dalam bahasa Latin dikenal dengan <i>Cathedra Petri</i>) disimbolkan dalam rupa Kursi Santo Petrus, sebuah wadah relikui yang disimpan di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Wadah relikui hasil pahatan artis Benini tersebut digunakan untuk menempatkan potongan kayu dari sebuah kursi yang menurut tradisi telah digunakan oleh Rasul Santo Petrus, pemimpin Gereja perdana di Roma dan secara resmi sebagai Paus pertama. Pada 2012, Paus Benediktus XVI menyebut kursi tersebut sebagai <i>"sebuah lambang misi khusus Petrus dan para penggantinya untuk menaungi kawanan Kristus, menjaganya bersatu dalam kepercayaan dan kasih."</i> </span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">Peringatan ini merupakan penegasan terhadap otoritas yang diberikan Yesus kepada Petrus dan para penggantinya (para Paus) untuk memimpin Gereja di dunia ini. </span>Maksud dari peringatan Pesta Tahta Santo Petrus adalah untuk menghormati Petrus sebagai wakil Kristus dan gembala tertinggi Gereja yang mempunyai kuasa rohani atas segenap anggota Gereja dan semua Gereja setempat. Dari tahta di Roma, Petrus dan para penggantinya (yaitu para Paus) memegang kunci dan mempertahankan persatuan Gereja dalam ajaran iman dan moral. Kuasa Petrus ini, yang lazim disebut Primat Petrus, diberikan langsung oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga (Yoh. 21:15-19).</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><div class="separator" style="clear: both; font-family: georgia; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDw4SUo3to01_7O0-Fc2TGpX4HzeHAPJeMjWQrHJ6ItaCVdXpaZXXXHycz9adHXmozhO2sXLdD_riPJMSN4jUtcDTeSVeikEclX-5Yy_6G6zOiodcKHs-LqQUBM1aGK0B-6etFafEpadNELueqljH7f-rSHUBOgjZDFiodXKR5kVzK32NICE8cqPjEsuot/s2048/Peter.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: justify;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1227" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDw4SUo3to01_7O0-Fc2TGpX4HzeHAPJeMjWQrHJ6ItaCVdXpaZXXXHycz9adHXmozhO2sXLdD_riPJMSN4jUtcDTeSVeikEclX-5Yy_6G6zOiodcKHs-LqQUBM1aGK0B-6etFafEpadNELueqljH7f-rSHUBOgjZDFiodXKR5kVzK32NICE8cqPjEsuot/s320/Peter.jpg" width="192" /></a></div><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Kitab Suci menyebutkan bahwa Petrus memiliki peran khusus. Teks tertua yang menyebut tentang Petrus berasal dari Surat Paulus kepada umat di Korintus: <i>“Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah dibangkitkan Allah pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci; bahwa ia telah menampakkan diri kepada Kefas, dan kemudian kepada kedua belas murid”</i> (1 Kor 15:3-5). </span>Dalam teks ini, Pertus mendapat prioritas, ia disebut pada tempat pertama. Prioritas yang sama ini juga tampak dalam Injil Lukas, <i>“Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan menampakkan diri kepada Simon”</i> (Luk 24:34). Teks-teks itu menunjukkan betapa pentingnya penampakan Tuhan diberi legitimasi oleh seorang saksi iman yang terpercaya sehingga Petrus ditampakkan sebagai saksi iman akan penampakan Tuhan di antara jemaat perdana. <span style="text-align: left;">Selain dua teks itu, beberapa teks lain dalam Kitab Suci menjadi tanda bahwa Petrus menduduki tempat pertama dalam kelompok kedua belas murid inti. Saat menyebut daftar kedua belas rasul, semua teks menyebut Petrus pada tempat pertama. Juga saat Kitab Suci menyebut ketiga rasul yang paling akrab dengan Yesus, Petrus selalu disebut pada tempat pertama sebelum Yakobus dan Yohanes. Petrus juga selalu berfungsi sebagai juru bicara para rasul. Jika pihak luar ingin berhubungan dengan kelompok para rasul, seperti di dalam kasus para pemungut bea bait Allah, Petruslah orang pertama yang dihubungi.</span></div><div style="font-family: georgia; text-align: right;"><span style="text-align: left;"><br /></span></div><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"><span style="text-align: left;">Petrus juga merupakan satu-satunya murid yang namanya diubah oleh Yesus. Dalam Kitab Suci, pemberian nama baru macam ini hanya terjadi pada tiga orang, yakni Abram menjadi Abraham (Kej.17:5), Sarai menjadi Sara (Kej.17:5) dan Yakob menjadi Israel (Kej. 32:28). Perubahan nama selalu menyangkut suatu janji yang berkaitan dengan pendasaran keberadaan umat Allah. Perubahan nama juga terjadi pada Petrus karena Petrus dipilih menjadi dasar umat Allah yang baru. T</span>eks yang selalu dikutip berkenaan dengan perubahan ini adalah Mat 16:13-19 dimana Yesus menjanjikan kepada Simon bahwa berdasarkan imannya yang ditanam Allah sendiri ia bakal menjadi dasar yang kuat. Dasar itu bisa dianggap sebagai wadas di atasnya umat Kristus bisa didirikan. Simon sekaligus menjadi pengurus rumah di dalam kerajaan Allah dan pemegang kuncinya. Ini berarti Simon mempunyai otoritas rohani yang diakui dengan sungguh oleh Allah di surga.</div><div style="font-family: georgia; text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div style="font-family: georgia;">Bicara mengenai Tahta Petrus, kita tidak bisa melepaskan pandangan kita dari tempat yang menjadi keberadaan Tahta Petrus ini. Pembicaraan mengenai Tahta Petrus akan membawa kita kepada sebuah kota yang menjadi pusat Gereja Katolik, yaitu Vatikan. Dalam pendalaman ajaran iman kali ini, kita akan berbicara mengenai Kota Vatikan untuk memperingati Pesta Tahta Santo Petrus.</div><div style="font-family: georgia;"><br /></div><div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdfM0c4CPUsuMfbEGWG0sXJNf1CHen40PIs106IhMTSKNfVBRVJW_vV2YDZzK5iOvj-Gqh0RbX_8P6rs_4LmT3h8v5zmxB9yhyphenhyphenIj0R7RRqkMo57YlZmI-UJKSMMQkMbnhoGIA_4wZ5xCytxnnsqGTvPUHxssGeNp4G1kUsB3mD_eD-oJzE2OwW2hzus55t/s1024/aerial-shot-of-st-peters-basilica-the-vatican-rome-9191e0-1024.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="708" data-original-width="1024" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdfM0c4CPUsuMfbEGWG0sXJNf1CHen40PIs106IhMTSKNfVBRVJW_vV2YDZzK5iOvj-Gqh0RbX_8P6rs_4LmT3h8v5zmxB9yhyphenhyphenIj0R7RRqkMo57YlZmI-UJKSMMQkMbnhoGIA_4wZ5xCytxnnsqGTvPUHxssGeNp4G1kUsB3mD_eD-oJzE2OwW2hzus55t/s320/aerial-shot-of-st-peters-basilica-the-vatican-rome-9191e0-1024.jpg" width="320" /></a></div>Kota Vatikan lebih dikenal secara internasional dengan nama Negara Kota Vatikan. Kota Vatikan adalah negara yang mandiri dan merdeka di dalam kota Roma. Wilayah Vatikan meliputi daerah seluas 44 hektar dan memiliki sekitar 1.000 warga negara. Seluruh warga negaranya lahir di luar Vatikan. Vatikan menjadi negara mandiri berkat perjanjian antara Tahta Suci dan Kerajaan Italia. Perjanjian itu dinamai Perjanjian Lateran yang ditandatangani pada tanggal 11 Februari 1929. Perjanjian ini diperbarui pada tahun 1984 setelah sistem pemerintahan Italia berubah menjadi sistem republik. Nama resmi Vatikan adalah <i>Città del Vaticano</i> atau secara lebih formal disebut <i>Stato della Città del Vaticano</i>. Dalam dokumen resmi, nama yang digunakan adalah <i>Status Civitatis Vaticanæ</i>. Bahasa resmi yang digunakan dalam dokumen-dokumen resmi adalah bahasa Latin, sedangkan bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Italia. </div><div><br /></div><div>Nama “Vatikan” sudah digunakan sejak Kekaisaran Romawi untuk menyebut daerah perbukitan di pinggir Sungai Tiber. Orang mengenalnya dengan Bukit Vatikan. Pada abad I, Bukit Vatikan pernah menjadi wilayah yang dipenuhi rumah peristirahatan para bangsawan Romawi. Di Bukit itulah, menurut tradisi, Petrus mengalami kemartiran dan dikuburkan. Catatan paling awal yang merekam kematian Petrus adalah surat Klemens, Uskup Roma, kepada umat di Korintus yang ditulis sekitar tahun 96 Masehi. Sejarawan Eusebius menulis bahwa Petrus "datang ke Roma, dan disalibkan dengan posisi kepala di bawah" berdasarkan catatan Origenes. Dimana dan bagaimana Petrus mati juga disebutkan oleh Tertulianus dalam tulisannya <i>Scorpiace</i>, yang menyebut bahwa kematian Petrus terjadi selama penganiayaan orang Kristen oleh Nero. Tacitus menyebut tentang penganiayaan orang Kristen dalam tulisannya <i>Annals</i>, meski tidak menyebut nama Petrus. <i>"Mereka dicabik-cabik oleh anjing sampai tewas, atau dipaku pada kayu salib, atau dijebloskan ke api dan terbakar."</i> Lebih lanjut, Tertulianus mengatakan bahwa peristiwa ini terjadi di taman kerajaan dekat Sirkus Nero. Selain tempat itu, tidak ada tempat yang memungkinkan lagi untuk penganiayaan publik setelah peristiwa kebakaran besar Kota Roma yang menghancurkan Sirkus Maximus dan bagian kota lainnya pada tahun 64 M.</div><div><br /></div><div>Dalam perkembangan waktu, sekitar tahun 326, Kaisar Konstantinus memerintahkan untuk membangun gereja besar atau basilika untuk menandai makam Petrus. Berikut ini adalah gambar Basilika Santo Petrus pada tahun 1450-an:</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifgMMMDQ9suf9feLz0sGpaIB13G8ybWbSS1p-muiHGegmwKpFuEFDBJIbBnmbOrqTOeHTfhO7xa-E6JiEuycyesQ-ua7b0m50xF739r0ZNilN5PQmM4WTbkPblBphqO_9vCRQlE76UdINZFoiSZHLhLeCwzYBmb1gwtw8AIsrGbqMI3J3teVYE6pglsTgP/s831/Basilica_di_San_Pietro_1450.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="551" data-original-width="831" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifgMMMDQ9suf9feLz0sGpaIB13G8ybWbSS1p-muiHGegmwKpFuEFDBJIbBnmbOrqTOeHTfhO7xa-E6JiEuycyesQ-ua7b0m50xF739r0ZNilN5PQmM4WTbkPblBphqO_9vCRQlE76UdINZFoiSZHLhLeCwzYBmb1gwtw8AIsrGbqMI3J3teVYE6pglsTgP/s320/Basilica_di_San_Pietro_1450.jpg" width="320" /></a></div><div>Basilika yang dibangun tahun 326 itu kemudian direnovasi pada tahun 1506. Pembangunan basilika baru terjadi sampai tahun 1626. Berikut ini adalah gambar Basilika Santo Petrus baru sekitar tahun 1753:</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtPowyaFpMzEpFhbw754JZ2COQ5V3Ykyl8al1sX7i7H41m52FGhIRhoUB6S_Oee4I_DOFzSATt5WQzp8kVcRUOLWVGnlBzGZiAHswK_JUYQ-vz6Cw4oLjpUr7rlYw915dTR6eu1Tbym_8d1i9tlbF-ovRk3nzxUI1OwoiKMzJFEqoRaNMe85McUesul2EJ/s1024/basilica-of-saint-peters-vatican-lacma-m911552-f4c2d5-1024.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="667" data-original-width="1024" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtPowyaFpMzEpFhbw754JZ2COQ5V3Ykyl8al1sX7i7H41m52FGhIRhoUB6S_Oee4I_DOFzSATt5WQzp8kVcRUOLWVGnlBzGZiAHswK_JUYQ-vz6Cw4oLjpUr7rlYw915dTR6eu1Tbym_8d1i9tlbF-ovRk3nzxUI1OwoiKMzJFEqoRaNMe85McUesul2EJ/s320/basilica-of-saint-peters-vatican-lacma-m911552-f4c2d5-1024.jpg" width="320" /></a></div><div>Basilika Santo Petrus menjadi bangunan terpenting di Kota Vatikan karena di sanalah terdapat makam Santo Petrus. Basilika Santo Petrus menjadi simbol pusat pemerintahan dan tempat tinggal Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik.</div><div><br /></div><div>Negara Kota Vatikan memiliki sistem pemerintahan yang sangat khusus. Nama resmi pemerintahan Kota Vatikan adalah Tahta Suci dengan Paus sebagai pemimpin negara. Kekuasaan legislatif ada di Komisi Kepausan yang terdiri dari dewan para kardinal yang dipilih oleh Paus setiap lima tahun. Kekuasaan eksekutif ada di tangan Presiden Komisi yang dibantu oleh Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal. Meskipun ada pembagian kekuasaan, di atas semuanya itu, Paus memiliki kekuasaan mutlak dalam bidang legislatif, eksekutif dan yudikatif di seluruh wilayah Kota Vatikan. Sistem pemerintahan Tahta Suci disebut Kuria Roma. Kuria Roma terdiri dari serangkaian kantor yang mengendalikan urusan Gereja pada tingkat yang paling tinggi. Kuria Roma terdiri dari Sekretaris Negara, sembilan Kongregasi, tiga Tribunal (Pengadilan Gereja), sebelas Dewan Kepausan, dan tujuh Komisi Kepausan. Sebagai sebuah negara merdeka, Vatikan juga menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai negara melalui pertukaran duta besar antara Vatikan dan negara tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Vatikan sejak 1947, </div><div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh_lep1cwtEWbkeWeMkO64faIOs2Flb54fRKD6zA7YQa9X4X-ZBENNawDf0Uqa_4AiwgTUeRW4HEW-RO5svA_Qc_OrIvUKRzjjIL3Va-h0raFgvZe_6V8pTHJkNZrI9qyArE3G5aL2vLNdBqajNij_WwIyMkaAJ5kjBhonoj5TzPzwk-CBVX91VipGHlDs/s700/san-pietro6-6d0c44.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="447" data-original-width="700" height="204" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhh_lep1cwtEWbkeWeMkO64faIOs2Flb54fRKD6zA7YQa9X4X-ZBENNawDf0Uqa_4AiwgTUeRW4HEW-RO5svA_Qc_OrIvUKRzjjIL3Va-h0raFgvZe_6V8pTHJkNZrI9qyArE3G5aL2vLNdBqajNij_WwIyMkaAJ5kjBhonoj5TzPzwk-CBVX91VipGHlDs/s320/san-pietro6-6d0c44.jpg" width="320" /></a></div>Selayaknya negara mendiri, Kota Vatikan juga memerlukan biaya untuk menjalankan roda ekonominya. Ekonomi Vatikan disokong oleh sumbangan umat Katolik seluruh dunia, penjualan souvenir, penjualan tiket museum, donasi dari beberapa negara, biaya masuk dan visa turis, serta penjualan berbagai benda publikasi yang terkait dengan Kota Vatikan. </div><div><br /></div><div>Negara Kota Vatikan memiliki sistem keamanan yang didukung oleh Garda Swiss sebagai kekuatan militer dan Corpo della Gendarmeria sebagai kekuatan kepolisian. Garda Swiss adalah pasukan yang terdiri dari para pemuda Swiss yang beragama Katolik dan disumpah sebagai pengawal pribadi Paus. Gendarmeria bertanggungjawab atas ketertiban publik, penegakan hukum, pengendalian massa dan lalu lintas, serta penyelidikan kriminal di Vatikan.</div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijuyo_S7yrYz_K-PWJ4bwJCmyGMNpmzhlIwqdhkKmlP0ZiWgEcuW2P7HnyYVmlT4YM_moTpRQKNYE8L4nzgxzlt4FAQCCkaVavljmdOQJE6mrftO0geAfcTrGWhGLUQSjmTtz20GpQEflpcPZq5O5rgwPUyWvzPyCnhBEGQRI-_BzkKQq7xL5Mk4kCqxGG/s1280/clothing-vatican-swiss-guard-graduation-st-peter's-square-805865-pxhere.com.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="853" data-original-width="1280" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijuyo_S7yrYz_K-PWJ4bwJCmyGMNpmzhlIwqdhkKmlP0ZiWgEcuW2P7HnyYVmlT4YM_moTpRQKNYE8L4nzgxzlt4FAQCCkaVavljmdOQJE6mrftO0geAfcTrGWhGLUQSjmTtz20GpQEflpcPZq5O5rgwPUyWvzPyCnhBEGQRI-_BzkKQq7xL5Mk4kCqxGG/s320/clothing-vatican-swiss-guard-graduation-st-peter's-square-805865-pxhere.com.jpg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfzXz91rNGpaCR_TW9_rVA_6fHcQi-txleOF6TNmfb74c2z_8HSAGf0rCcTkPoKsfUbKMQ5qF6Q7w6E40bB-KgRiMmT831ypbAlxw3YdOhWUTITfC_vOy3uadLAIKpNta77vc9bBFDKFLrAIU0rR7b9xXBngMSVX8x6DATQpPM7SVgUsijAsMC0uc_HYMB/s1024/Gendarmerie.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="683" data-original-width="1024" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgfzXz91rNGpaCR_TW9_rVA_6fHcQi-txleOF6TNmfb74c2z_8HSAGf0rCcTkPoKsfUbKMQ5qF6Q7w6E40bB-KgRiMmT831ypbAlxw3YdOhWUTITfC_vOy3uadLAIKpNta77vc9bBFDKFLrAIU0rR7b9xXBngMSVX8x6DATQpPM7SVgUsijAsMC0uc_HYMB/s320/Gendarmerie.jpg" width="320" /></a></div><div>Sebagai negara berdaulat, Vatikan memiliki bendera berwarna kuning putih dengan lambang Tahta Suci di sebelah kanan pada bagian putih. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigDKEr-NleXMWJ3ho2_x0cwk8VrrWzi277-a-5eeClX-s2LrDFOHXYgivlwmUlyQ9wfa0GIvwGp82jBiNFoNeCuIWrZTRlQrbO2PhvzIO-W2ZPLmxN_vtS2-Tf-0VVRcxiN1i5ZLURxuy2Y1ekquOF3MPfDfwimXLCCy-BaUzHSAbxCu3jqvwnl0zhKM9e/s4032/Vatican%20Flag.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="3024" data-original-width="4032" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEigDKEr-NleXMWJ3ho2_x0cwk8VrrWzi277-a-5eeClX-s2LrDFOHXYgivlwmUlyQ9wfa0GIvwGp82jBiNFoNeCuIWrZTRlQrbO2PhvzIO-W2ZPLmxN_vtS2-Tf-0VVRcxiN1i5ZLURxuy2Y1ekquOF3MPfDfwimXLCCy-BaUzHSAbxCu3jqvwnl0zhKM9e/s320/Vatican%20Flag.jpg" width="320" /></a></div><div>Vatikan merupakan pusat pemerintahan Gereja Katolik Roma. Setiap orang Katolik perlu mengenal keberadaan kota ini. Semoga kita semakin mencintai dan mau mendalami iman kita melalui pengenalan ini...</div></div></div><div><br /></div><div><b>Sumber Gambar:</b></div><div>Kursi Santo Petrus (<a href="https://www.flickr.com/photos/villes/677392990/">https://www.flickr.com/photos/villes/677392990/</a>)</div><div>Patung Santo Petrus (<a href="https://www.worldhistory.org/image/13326/saint-peter/">https://www.worldhistory.org/image/13326/saint-peter/</a>)</div><div>Foto Udara Basilika Santo Petrus (<a href="https://picryl.com/media/aerial-shot-of-st-peters-basilica-the-vatican-rome-9191e0">https://picryl.com/media/aerial-shot-of-st-peters-basilica-the-vatican-rome-9191e0</a>)</div><div>Basilika Santo Petrus circa 1450 (<a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Old_St._Peter%27s_Basilica#/media/File:Basilica_di_San_Pietro_1450.jpg">https://en.wikipedia.org/wiki/Old_St._Peter%27s_Basilica#/media/File:Basilica_di_San_Pietro_1450.jpg</a>)</div><div>Basilika Santo Petrus circa 1753 (<a href="https://jenikirbyhistory.getarchive.net/media/basilica-of-saint-peters-vatican-lacma-m911552-f4c2d5">https://jenikirbyhistory.getarchive.net/media/basilica-of-saint-peters-vatican-lacma-m911552-f4c2d5</a>)</div><div>Kartu Pos Vatikan (<a href="https://picryl.com/media/san-pietro6-6d0c44">https://picryl.com/media/san-pietro6-6d0c44</a>)</div><div>Garda Swiss (<a href="https://pxhere.com/en/photo/805865#google_vignette">https://pxhere.com/en/photo/805865#google_vignette</a>)</div><div>Gendarmeria Vatikan (<a href="https://www.flickr.com/photos/ukinholysee/45576595704">https://www.flickr.com/photos/ukinholysee/45576595704</a>)</div><div>Bendera Vatikan (<a href="https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Rome_Palazzo_dei_Convertendi_2020_Vatican_flag.jpg">https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Rome_Palazzo_dei_Convertendi_2020_Vatican_flag.jpg</a>)</div><div><br /></div><div><b>Sumber Pustaka:</b></div><div>_____. "Saint Peter's tomb" dalam https://en.wikipedia.org/wiki/Saint_Peter%27s_tomb. Diakses 5 Februari 2024.</div><div><div>_____. "Vatican City" dalam <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/Vatican_City">https://en.wikipedia.org/wiki/Vatican_City</a>. Diakses 2 Februari 2024.</div><div>Frater Kristo Suhardi, SVD. "Pesta Tahta Santo Petrus (22 Februari)" dalam <a href="https://www.seminariledalero.org/post/2017/02/21/pesta-tahta-santo-petrus-22-februari">https://www.seminariledalero.org/post/2017/02/21/pesta-tahta-santo-petrus-22-februari</a>. Diakses 2 Februari 2024.</div></div></div></span></div>Paulus Widyawan Widhiastahttp://www.blogger.com/profile/11112562859612885714noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-45095849917421311052024-01-18T07:04:00.003+07:002024-02-22T17:08:02.309+07:00Mengenal Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani Sedunia<p><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg27dsSYQO9lvNn-WoCDuj2wYC5dhnzjXsNS1oa76V6a2xsFWFyO7yEY3bxORs04YrqAJ72eaKDJ8gujeCkBZcpmMp3d4TRqptIWkfleLdw-0tv00EN-R_HrEgJPPEPNKSQ7ueoFWYkUJ8ze8OwlMrpeiya_hJra3xXIJB5Y8YlmyLbG4pS7XADUB6fF56F/s1600/Foto%20dari%20Paulus%20Widyawan%20Widhiasta.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg27dsSYQO9lvNn-WoCDuj2wYC5dhnzjXsNS1oa76V6a2xsFWFyO7yEY3bxORs04YrqAJ72eaKDJ8gujeCkBZcpmMp3d4TRqptIWkfleLdw-0tv00EN-R_HrEgJPPEPNKSQ7ueoFWYkUJ8ze8OwlMrpeiya_hJra3xXIJB5Y8YlmyLbG4pS7XADUB6fF56F/s320/Foto%20dari%20Paulus%20Widyawan%20Widhiasta.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">Tanggal 18-25 Januari merupakan tanggal-tanggal istimewa dalam Gereja Katolik - dan juga Gereja-gereja selain Katolik - karena pada waktu itu, dirayakanlah Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani Sedunia. Dalam kurun waktu tanggal-tanggal itu, Gereja Katolik dan Gereja Kristiani lainnya memiliki waktu istimewa (dalam bahasa Jawa disebut <i>wekdal mirunggan</i> atau waktu yang dikhususkan) untuk berdoa bagi kesatuan umat Kristiani sedunia. Pekan Doa ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya dengan tema-tema tertentu yang berbeda antara tahun yang satu dan tahun yang lain. </div></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Dulu, sebelum pandemi Covid-19 menyerang, SMK Negeri 3 Surakarta selalu merayakan Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani Sedunia ini dengan menyelenggarakan acara Natalan Bersama Kerohanian Kristen dan Kerohanian Katolik. Natalan Bersama ini kadangkala dilakukan di sekolah atau dengan meminjam tempat di gereja-gereja sekitar. Beberapa gereja yang pernah dipakai untuk Natalan Bersama dalam rangka Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani Sedunia ini adalah GKJ Danukusuman (di gedung yang lama) dan </span><span style="font-family: georgia;">Gereja Katolik San Inigo</span><span style="font-family: georgia;">. Kisah-kisah tersebut dapat dilihat melalui postingan-postingan berikut: </span><a href="https://kerohaniankatolikskaga.blogspot.com/2017/09/merekam-kegiatan-selama-satu-semester.html" style="font-family: georgia;">Merekam Kegiatan Selama Satu Semester</a><span style="font-family: georgia;"> dan </span><a href="https://kerohaniankatolikskaga.blogspot.com/2018/10/mengumpulkan-serpih-serpih-kisah-1.html" style="font-family: georgia;">Mengumpulkan Serpih-Serpih Kisah #1</a></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Munculnya tradisi Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani Sedunia ini memiliki akar dari beberapa peristiwa yang pernah terjadi di dunia ini. Adapun beberapa peristiwa dan momen penting yang berkaitan dengan sejarah Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani dapat dipaparkan sebagai berikut:</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Sekitar tahun 1740, di Skotlandia muncul suatu gerakan Pentakostal, yang memiliki hubungan dengan Amerika Utara. Gerakan ini memiliki amanat pokok yang mencakup doa bagi dan bersama semua Gereja. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Pada abad berikutnya, ada beberapa peristiwa. Tahun 1820, James Haldane Stewart menerbitkan tulisan berjudul “Butir-butir untuk Kesatuan Umum Umat Kristiani demi Pencurahan Roh.” </span><span style="font-family: georgia;">Tahun </span><span style="font-family: georgia;">1840, Ignatius Spencer, seorang petobat kepada Gereja Katolik Roma, menyarankan adanya suatu “Doa Bersama untuk Kesatuan.” </span><span style="font-family: georgia;">Tahun </span><span style="font-family: georgia;">1867, Konferensi Para Uskup Anglikan Pertama di Lambeth menandaskan doa untuk kesatuan dalam Mukadimah Keputusan Konferensi. </span><span style="font-family: georgia;">Tahun </span><span style="font-family: georgia;">1894, Paus Leo XIII mendorong kebiasaan menyelenggarakan suatu Pekan Doa untuk kesatuan dalam kerangka Pentakosta.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Sejarah Pekan Doa Sedunia </span><span style="font-family: georgia;">diusulkan oleh Pastor Paul Wattson - seorang pendiri komunitas religius Anglikan yang kemudian bergabung dalam Gereja Katolik - pada tahun 1908</span><span style="font-family: georgia;"> karena Pekan Doa - saat itu disebut Pekan Kesatuan Gereja - di bumi belahan utara biasanya dilaksanakan pada tanggal 18-25 Januari setiap tahunnya untuk melingkupi Pesta Santo Petrus dan Paulus yang memiliki makna simbolis. Sementara itu, </span><span style="font-family: georgia;">di bagian selatan, Januari merupakan hari libur sehingga gereja-gereja di sana memilih waktu lain untuk menyelenggarakan Pekan Doa, misalnya pada hari sekitar Pentakosta dimana tanggal-tanggal tersebut juga memiliki makna simbolis persatuan Kristiani. Konsep Pekan Doa ini, dimulai pada tahun 1907 saat Pastor Paul mengadakan surat menyurat kepada Pendeta Spencer Jones, seorang rohaniwan dari Moreton-in-Marsh, Inggris. Pendeta Spencer menyarankan sebuah hari yang dikhususkan sebagai waktu doa bagi kesatuan umat Kristiani. Pastor Paul setuju atas gagasan tersebut, tetapi mengembangkan waktu yang diusulkan menjadi satu oktaf atau delapan hari. Setahun kemudian, Pastor Paul Wattson dan Suster Lurana White memulai Pekan Doa tersebut. Pastor Paul menyebutnya "Oktaf Kesatuan Gereja" yang dilakukan antara 18 Januari pada Pesta Pengakuan Santo Petrus dan 25 Januari pada Pesta Bertobatnya Santo Paulus. </span><span style="font-family: georgia;">Gagasan ini mendapatkan restu dari Paus Pius X dan kemudian digalakkan oleh Paus Benedictus XVI yang menekankan perayaan tersebut dalam Gereja Katolik melalui Surat Romanorum Pontificum pada 25 Februari 1916. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Tahun </span><span style="font-family: georgia;">1926, Gerakan Faith and Order mulai menerbitkan “Saran-saran untuk suatu Pekan Doa untuk Kesatuan umat Kristiani.” Gagasan Pekan Doa ini kemudian dikembangkan dan disempurnakan oleh </span><span style="font-family: georgia;">Abbas Paul Couturier dari Prancis</span><span style="font-family: georgia;"> pada tahun</span><span style="font-family: georgia;"> </span><span style="font-family: georgia;">1935 yang menganjurkan adanya “Pekan Doa Universal untuk Kesatuan Umat Kristiani,” yang secara inklusif melibatkan semua orang, untuk memohon dan mengupayakan “kesatuan yang dikehedaki Kristus lewat sarana-sarana yang Ia kehendaki.” Dalam tulisan-tulisan terakhirnya, ia melihat Pekan Doa ini sebagai alat yang memungkinkan doa universal Kristus "untuk memasuki dan menjiwai seluruh Persekutuan Kristiani" sehingga semua itu harus berkembang sampah menjadi seruan seluruh Umat Allah.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun </span><span style="font-family: georgia;">1958, Unité Chrétienne (Lyon, Prancis) dan Komisi Faith and Order dari Dewan Gereja-Gereja Sedunia mulai bekerja bersama dalam menyiapkan bahan-bahan untuk Pekan Doa.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Setelah Konsili Vatikan II, perkembangan Pekan Doa ini menjadi semakin sempurna. Tahun 1963, nama Oktaf Kesauan Gereja berubah menjadi Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani. Tahun </span><span style="font-family: georgia;">1964, di Yerusalem, Paus Paulus VI dan Batrik Athenagoras I bersama-sama melambungkan doa Yesus “agar mereka semua bersatu” (Yoh. 17). Pada tahun yang sama, </span><span style="font-family: georgia;"> terbitlah “Dekrit mengenai Ekumenisme” dari Konsili Vatikan II yang menandaskan bahwa doa merupakan jiwa dari gerakan ekumenis sehingga dekrit ini mendorong pelaksanaan Pekan Doa. Pada t</span><span style="font-family: georgia;">ahun </span><span style="font-family: georgia;">1966, Komisi Faith and Order dari Dewan Gereja-Gereja Sedunia dan Sekretariat untuk Memajukan Kesatuan Umat Kristiani [sekarang dikenal sebagai Dewan Kepausan untuk Memajukan Kesatuan Umat Kristiani] mulai membentuk badan resmi untuk bersama-sama menyiapkan bahan-bahan Pekan Doa. Pada t</span><span style="font-family: georgia;">ahun 1968, secara resmi, untuk pertama kalinya digunakan bahan Pekan Doa yang disiapkan bersama oleh Faith and Order dan Sekretariat untuk Memajukan Kesatuan Umat Kristiani [sekarang dikenal sebagai Dewan Kepausan untuk Memajukan Kesatuan Umat Kristiani].</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Pada Tahun </span><span style="font-family: georgia;">1975, untuk pertama kalinya digunakan bahan Pekan Doa yang didasarkan pada teks dasar yang disiapkan oleh suatu kelompok ekumenis lokal. Kelompok pertama yang melaksanakan rencana ini dengan mempersiapkan draft awal 1975 adalah suatu kelompok di Australia. </span><span style="font-family: georgia;">Tahun 1988, bahan-bahan Pekan Doa digunakan dalam ibadat pembukaan Federasi Kristiani Malaysia, yang menghimpun kelompok-kelompok Kristiani utama di negeri itu. </span><span style="font-family: georgia;">Tahun 1994, teks untuk Pekan Doa 1996 disiapkan dalam kerjasama dengan YMCA dan YWCA.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Pada tahun 2004, dicapai kepekatan bahwa bahan-bahan untuk Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani disusun dan diterbitkan bersama dalam format yang sama oleh Faith and Order (DGD) dan Dewan Kepausan untuk Memajukan Kesatuan Kristiani (Gereja Katolik). </span><span style="font-family: georgia;">Tahun </span><span style="font-family: georgia;">2008, diadakan Perayaan Ulang tahun ke-100 Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani. (Pendahulunya, Pekan Kesatuan Gereja, pertama kali dilaksanakan pada tahun 1908.)</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Setiap tahun, panduan Pekan Doa disusun oleh sebuah kelompok ekumenis dari berbagai wilayah di dunia ini. Dokumen itu kemudian akan ditinjau oleh sebuah komite yang terdiri dari para anggota Komisi Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani dan Komisi dari Persekutuan Gereja-gereja Sedunia. Pekerjaan ini dikerjakan oleh dua pihak sebagai tanda hasrat kesatuan yang memotivasi orang-orang Kristiani dan sebagai tanda bahwa doa merupakan jalan utama untuk mencapai kesatuan penuh karena kita semua disatukan dalam tujuan yang sama seperti diinginkan oleh Tuhan yang menginginkan persatuan.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDbSqbYPl4quppSiIWmLh_ohs5ZyYvuHYvd2xv6OY0b4PiJU6E4egzuPTzhsUs_IkuM9avjiQ-ZoAxM94cE163Tttq6ihM9OT9PUFntZyzWZskYZVvHHbAFltRHXj_9cB1CtKOFdF6jIdu6G6Vx1v7wM1RyOuC4NWXvqOSgwhzukDSDaGi0sdTc0nV09V_/s1600/Pekan%20Doa%20untuk%20Kesatuan%20Umat%20Kristiani%20Karanganyar%2004.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: justify;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDbSqbYPl4quppSiIWmLh_ohs5ZyYvuHYvd2xv6OY0b4PiJU6E4egzuPTzhsUs_IkuM9avjiQ-ZoAxM94cE163Tttq6ihM9OT9PUFntZyzWZskYZVvHHbAFltRHXj_9cB1CtKOFdF6jIdu6G6Vx1v7wM1RyOuC4NWXvqOSgwhzukDSDaGi0sdTc0nV09V_/s320/Pekan%20Doa%20untuk%20Kesatuan%20Umat%20Kristiani%20Karanganyar%2004.jpg" width="240" /></a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani Sedunia merupakan ungkapan yang paling efektif dari dorongan yang diberikan oleh Konsili Vatikan Ii untuk mencari kepenuhan penuh di antara para murid Kristus. Konsili Vatikan II mengemukakan bahwa gerakan ekumenisme merupakan pusat kegiatan dan kehidupan Gereja: <i>"</i></span><span style="font-family: georgia;"><i>Konsili suci mengundang segenap umat Katolik, untuk mengenali tanda-tanda zaman, dan secara aktif berperanserta dalam kegiatan ekumenis. Yang dimaksudkan dengan “Gerakan Ekumenis” ialah: kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha, yang menanggapi bermacam-macam kebutuhan Gereja dan berbagai situasi diadakan dan ditujukan untuk mendukung kesatuan umat kristen; misalnya: pertama, semua daya-upaya untuk menghindari kata-kata, penilaian-penilaian serta tindakan-tindakan, yang ditinjau dari sudut keadilan dan kebenaran tidak cocok dengan situasi saudara-saudari yang terpisah, dan karena itu mempersukar hubungan-hubungan dengan mereka; kemudian, dalam pertemuan-pertemuan umat kristen dari berbagai Gereja atau Jemaat, yang diselenggarakan dalam suasana religius, “dialog” antara para pakar yang kaya informasi, yang memberi ruang kepada masing-masing peserta untuk secara lebih mendalam menguraikan ajaran persekutuannya, dan dengan jelas menyajikan corak-cirinya. Sebab melalui dialog itu semua peserta memperoleh pengertian yang lebih cermat tentang ajaran dan perihidup kedua persekutuan, serta penghargaan yang lebih sesuai dengan kenyataan. Begitu pula persekutuan-persekutuan itu menggalang kerja sama yang lebih luas lingkupnya dalam aneka usaha demi kesejahteraan umum menurut tuntutan setiap suara hati Kristen; dan bila mungkin mereka bertemu dalam doa sehati sejiwa. Akhirnya mereka semua mengadakan pemeriksaan batin tentang kesetiaan mereka terhadap kehendak Kristus mengenai Gereja, dan sebagaimana harusnya menjalankan dengan tekun usaha pembaharuan dan reformasi."</i> (<i>Unitatis Redintegratio</i> art. 4) Santo Yohanes Paulus II menggarisbawahi hakikat pokok dari tugas ini dalam Ensiklik Ut Unum Sint, <i>"Kesatuan ini, yang Tuhan anugerahkan kepada Gereja-Nya dan yang ingin diterima oleh semua orang, bukanlah sesuatu yang ditambahkan, tetapi merupakan inti dari misi Kristus. Hal itu juga bukan merupakan atribut sekunder dari komunitas murid-muridNya. Sebaliknya, hal tersebut adalah inti dari komunitas ini."</i> (art. 9). </span></span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Pekan Doa merupakan bagian yang menyatu dalam aktivitas dalam kehidupan doa setiap orang Kristiani, di berbagai tempat dan waktu, terutama ketika orang-orang dari berbagai tradisi Kristiani bertemu dan bekerja bersama untuk perjuangan, dalam Kristus, mengatasi dosa, ketidakadilan, dan kekerasan terhadap martabat manusia. Mari kita bergabung dalam doa-doa selama Pekan Doa ini agar kesaksian, solidaritas, dan kolaborasi antara orang-orang Kristiani berkembang...</span></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Sumber Pustaka:<br /></span><span style="font-family: georgia;">Benediktus XVI. "Origins of the Week of Prayer for Christian Unity" dalam <a href="https://www.ewtn.com/catholicism/library/origins-of-the-week-of-prayer-for-christian-unity-6789">https://www.ewtn.com/catholicism/library/origins-of-the-week-of-prayer-for-christian-unity-6789</a>. Diakses 14 Januari 2024.<br /></span><span style="font-family: georgia;">_____. "A History of the Week of Prayer for Christian Unity" dalam <a href="https://www.atonementfriars.org/a-history-of-the-week-of-prayer-for-christian-unity/">https://www.atonementfriars.org/a-history-of-the-week-of-prayer-for-christian-unity/</a> </span><span style="font-family: georgia;">Diakses 14 Januari 2024.</span><span style="font-family: georgia;"><br /></span><span style="font-family: georgia;">_____. "Sejarah Pekan Doa untuk Kesatuan Umat Kristiani" dalam <a href="https://www.imankatolik.or.id/Sejarah%20Pekan%20Doa%20untuk%20Kesatuan%20Umat%20Kristiani.html">https://www.imankatolik.or.id/Sejarah%20Pekan%20Doa%20untuk%20Kesatuan%20Umat%20Kristiani.html</a>. </span><span style="font-family: georgia;">Diakses 14 Januari 2024.</span><span style="font-family: georgia;"><br /></span><span style="font-family: georgia;">____. "Sejarah Pekan Doa Sedunia Untuk Kesatuan Umat Kristiani" dalam <a href="https://santamariafatima.com/sejarah-pekan-doa-sedunia-untuk-kesatuan-umat-kristiani/">https://santamariafatima.com/sejarah-pekan-doa-sedunia-untuk-kesatuan-umat-kristiani/</a> </span><span style="font-family: georgia;">Diakses 14 Januari 2024.</span></div>Paulus Widyawan Widhiastahttp://www.blogger.com/profile/11112562859612885714noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-56353707133066995142024-01-10T09:21:00.003+07:002024-02-03T08:02:57.339+07:00Kisah Artaban, Sang Majus Keempat...<p><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGlBrtR8C9Xq06AAFApYyj1GlNfS-Z96moVx_5CC3AxHv31yT4Uaq6i7QBzZsCWLodZ6jzh3bzwxzZLxIy3Zwu2Eo0LrLxRMZ-U5ho_ILUT3HyzBxtFWG8si7e6oxznwPyOUgEYMT5R2L6TV8n-fbLE-xr77ljIwdgsPml0rLQr0tmT5mOg4kZ6cHlGirA/s1769/artaban.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1769" data-original-width="1532" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGlBrtR8C9Xq06AAFApYyj1GlNfS-Z96moVx_5CC3AxHv31yT4Uaq6i7QBzZsCWLodZ6jzh3bzwxzZLxIy3Zwu2Eo0LrLxRMZ-U5ho_ILUT3HyzBxtFWG8si7e6oxznwPyOUgEYMT5R2L6TV8n-fbLE-xr77ljIwdgsPml0rLQr0tmT5mOg4kZ6cHlGirA/s320/artaban.jpg" width="277" /></a></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">Gereja Katolik mengajarkan kepada kita semua bahwa nama tiga orang majus dari timur yang mengunjungi Bayi Yesus berasal dari tradisi yang diperoleh sejak abad ke-7, dengan nama Caspar, Melchior, dan Balthasar. </span>Santo Beda(672/673 - 735) menyatakan hal tersebut dalam tulisannya, "Excerpta et Collectanea" sebagai berikut: <i>"Orang majus adalah mereka yang membawa persembahan bagi Tuhan. Yang pertama dikatakan bernama Melchior, seorang tua berambut putih dan berjenggot panjang… yang mempersembahkan emas kepada Kristus bagai kepada seorang raja. Yang kedua bernama Caspar, seorang muda tanpa jenggot dan kulitnya berbintik-bintik kemerahan… menyembah-Nya sebagai Tuhan dengan persembahan kemenyan, suatu persembahan yang layak bagi yang ilahi. Yang ketiga, berkulit hitam dan berjenggot lebat, namanya Balthasar… dengan persembahan mur yang menandai bahwa Anak Manusia akan wafat.”</i> Masing-masing mereka sering diidentikkan sebagai berikut: Melchior sebagai Raja Arab, Gaspar (atau Caspar) sebagai Raja Sheba, dan Balthazar sebagai Raja Mesir.</span></div><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Namun, ada juga ahli yang mengatakan bahwa sebenarnya ada ‘Orang Bijak Keempat yang Misterius’, yang bernama Artaban, seorang Raja Persia (Iran), yang membawa safir biru, batu ruby merah, dan mutiara sebagai persembahannya. Lalu, mengapa Artaban tidak dihitung dalam kunjungan orang majus ke Betlehem? Apakah Artaban bisa akhirnya melihat bayi Yesus di Betlehem? Nah, ini cerita yang lebih menarik lagi.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Artaban adalah orang Majus keempat yang tidak mendapat kesempatan untuk bisa bertemu dengan Tuhan Yesus, ketika Dia dilahirkan di Betlehem. Padahal sebelumnya Artaban telah menjual sejumlah harta kekayaannya agar dia bisa mempersembahkannya untuk Sang Raja yang akan dilahirkan. Dari hasil tersebut, dia membeli tiga buah batu permata yang sangat berharga antara lain batu permata saphir baru, rubi merah, dan mutiara putih.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Dia telah berjanji untuk bertemu di suatu tempat khusus dengan ketiga orang Majus lainnya, yaitu Caspar, Mekhior, dan Balthasar. Karena waktu sangat mendesak, Artaban akan ditinggal oleh mereka jika terlambat datang.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Dalam perjalanan, Artaban melihat ada orang yang terbaring di tengah jalan. Rupanya orang tersebut sedang menderita sakit berat dan sangat membutuhkan pertolongan. Jika dia tidak menolong orang tersebut, orang itu akan meninggal dunia, sebab dia berada di suatu tempat yang sunyi dan jauh dari tempat penduduk. Tetapi, jika dia menolongnya, dia pasti akan terlambat dan akan ditinggal pergi oleh kawan-kawannya yang lain.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Walaupun demikian, dia meyakini bahwa menolong jiwa orang lain adalah lebih penting. Dia rela ditinggalkan oleh kawan-kawannya. Akibatnya, tidak hanya dia ditinggal teman-temannya, dia juga harus menjual batu permata saphir yang awalnya dia siapkan untuk diberikan kepada Yesus, Sang Raja, sebab dia harus membiayai seluruh biaya karavan mulai dari unta-unta, makanan, minuman, dan pemandu jalan untuk melewati padang pasir. Dia pun merasa sedih karena Sang Raja tidak akan mendapatkan batu saphir itu.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Walaupun dia berusaha mengejar kawan-kawannya secepat mungkin, ternyata setibanya di Betlehem dia terlambat lagi karena Yusuf, Maria, dan bayi Yesus sudah tidak ada di sana lagi.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Pada saat Artaban tiba di Betlehem, prajurit-prajurit raja Herodes sedang dengan ganasnya menjalankan perintah Herodes untuk membunuh para bayi. Di tempat dia menginap, bayi putra pemilik penginapannya hendak dibunuh pula oleh seorang komandan dari pihak Herodes. Artaban melihat dan mendengar ratapan tangis ibu bayi tersebut dan dia merasa tidak tega dan merasa terpanggil untuk menolongnya. Oleh sebab itu, dia memutuskan untuk menukar bayi tersebut dengan batu rubi yang dibawanya. Hal ini membuat Artaban bertambah sedih, karena batu permatanya untuk Sang Raja semakin berkurang bahkan hanya tinggal satu saja. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Sebelum dia tiba di Yerusalem, tiga puluh tahun lebih dia mencari Sang Raja di mana-mana dan dia merasa tercengang ketika mendengar bahwa Sang Raja yang dicarinya selama bertahun-tahun akan disalib di Golgota.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Walaupun demikian, dia masih terhibur, sebab dia masih memiliki batu permata terakhir, yaitu batu mutiara putih yang dia pikir dapat dia gunakan untuk menebus hidup Sang Raja agar Dia tidak disalib, seperti halnya ketika dia menebus hidup sang bayi, pada saat berada di Betlehem.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Dalam perjalanan menuju ke Golgota, dia melihat seorang anak perempuan menangis dan meratap minta tolong kepadanya. “Tuan tolonglah saya, para prajurit akan menjual diri saya sebagai budak karena ayah saya mempunyai banyak utang dan tidak mampu melunasinya. Oleh sebab itulah sebagai gantinya dia mengambil diri saya untuk dijual. Tolonglah saya, Tuan!”</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Walaupun Artaban sedang terburu-buru, dia melihat keadaan sangat mendesak. Sebelum anak ini dijual dan dijadikan budak untuk seumur hidupnya, maka lebih baik dia menukar batu mutiaranya untuk menebus anak itu.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Setelah itu, langit menjadi gelap gulita dan terjadi gempa bumi. Artaban jatuh tertimpa puing yang jatuh dari atap, dan terluka. Tiba-tiba dia menggerakkan bibirnya dan berkata, “Tuhan, kapan aku melihat Tuhan lapar dan aku memberi Tuhan makan? Atau ketika Tuhan haus lalu aku memberi Tuhan minum? Kapan aku melihat Tuhan sakit atau di dalam penjara, dan aku mengunjungi Tuhan? Tiga puluh tiga tahun aku mencari Engkau, dan tidak sekali pun aku dapat bertemu dengan Engkau dan melayani Engkau, Rajaku.”</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Dan dari jauh terdengar suara sayup-sayup yang sangat lembut menjawab, “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Setelah itu meninggallah Artaban. Dia meninggal dengan mulut penuh senyuman, karena dia mengetahui bahwa semua jerih payahnya dan semua hadiah untuk Sang Raja telah diterima oleh-Nya dengan baik.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Kisah Artaban ini ditulis oleh </span><span style="font-family: georgia;">Henry van Dyke dalam novelnya yang berjudul</span><span style="font-family: georgia;"> The Story of the Other Wise Man yang terbit pertama kali pada tahun 1895.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Semoga ada sedikit pembelajaran yang bisa kita petik dari Artaban, Sang Majus Keempat.</span></p><p></p><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Sumber Gambar dan Pustaka: </span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;">_____. </span><span style="font-family: georgia;">"The Story of The Other Wise Man" dalam <a href="https://en.wikipedia.org/wiki/The_Other_Wise_Man">https://en.wikipedia.org/wiki/The_Other_Wise_Man</a> </span><span style="font-family: georgia;">Diakses 10 Januari 2024.</span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;">Febry Silaban. "Sosok Orang Majus Keempat yang Misterius" dalam </span><a href="https://www.hidupkatolik.com/2021/01/04/51067/sosok-orang-majus-keempat-yang-misterius.php" style="font-family: georgia;">https://www.hidupkatolik.com/2021/01/04/51067/sosok-orang-majus-keempat-yang-misterius.php</a><span style="font-family: georgia;"> Diakses 10 Januari 2024.</span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;">Stefanus Kristiyanto. "Artaban, Si Majus Keempat" dalam <a href="https://gracepondering.wordpress.com/2018/12/11/artaban-si-majus-keempat/">https://gracepondering.wordpress.com/2018/12/11/artaban-si-majus-keempat/</a> Diakses 10 Januari 2024.<br /></span></div><p></p>Paulus Widyawan Widhiastahttp://www.blogger.com/profile/11112562859612885714noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-36128056476276925252022-10-27T14:01:00.001+07:002022-10-27T14:01:42.815+07:00Kisah Ruang Podjok: Mewartakan Aktivitas Bersama Radio KIR Skaga<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><iframe allowfullscreen="" class="BLOG_video_class" height="266" src="https://www.youtube.com/embed/itm5qS7ReCU" width="320" youtube-src-id="itm5qS7ReCU"></iframe></span></div><span style="font-family: georgia;"><br /><div style="text-align: justify;">Hari Jumat, 23 September 2022, Ruang Podjok Agama Katolik Skaga mendapatkan kesempatan berharga untuk berkolaborasi bersama dengan Radio KIR Skaga. Di hari itu, Radio KIR Skaga memberikan kesempatan kepada Ruang Podjok Agama Katolik Skaga untuk terlibat sebagai pengisi acara siaran yang biasanya ditayangkan siang hari saat istirahat kedua. Yang menjadi perwakilan dari Rohkat adalah Andini Tirta Nugraheni dari Kelas XI OTKP 1. Dalam kesempatan itu, Andin diberi waktu untuk bercerita mengenai apa itu Kerohanian Katolik atau Rohkat yang menjadi inti kegiatan Ruang Podjok Agama Katolik Skaga. Meskipun singkat, Andin kurang lebih bisa menggambarkan yang terjadi di Ruang Podjok Agama Katolik Skaga. Terimakasih kepada Andin yang sudah mewakili Rohkat Skaga untuk ikut mewartakan aktivitas kegiatan Kerohanian Katolik.</div></span>Paulus Widyawan Widhiastahttp://www.blogger.com/profile/11112562859612885714noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-2656436623272759042022-03-09T09:44:00.000+07:002022-03-09T09:44:06.282+07:00Catatan Penjaga Podjok: Melayani secara Online<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiDh_aYLoxQc_sicEMNrklge_PgptSOyijqE4Yeuhe7cAgQiD4OSNmliYQGa1mMm3HWlpS0RVb7XfBJSabkO0MFoNd5IpZNKd-vNauuQj4xpdIJQeVI7hRNM-VbZJ1IQm-vjcIPLKXKid04Y_HIktZQydY-S3JIiUqd3TzwUWM7JEJHdVzrDdEr0eUa=s910" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="607" data-original-width="910" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiDh_aYLoxQc_sicEMNrklge_PgptSOyijqE4Yeuhe7cAgQiD4OSNmliYQGa1mMm3HWlpS0RVb7XfBJSabkO0MFoNd5IpZNKd-vNauuQj4xpdIJQeVI7hRNM-VbZJ1IQm-vjcIPLKXKid04Y_HIktZQydY-S3JIiUqd3TzwUWM7JEJHdVzrDdEr0eUa=s320" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">Bulan Oktober 2021, untuk memperingati 10 tahun berjalannya pelayanan Kerohanian Katolik SMK Negeri 3 Surakarta, Penjaga Podjok menulis bahwa pelayanan di Ruang Podjok tidak berhenti, sementara hanya berganti ruangan. Nah, dalam posting kali ini, akan sedikit dikisahkan bagaimana pelayanan secara online itu dilakukan.</div></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Pelayanan rohani secara online di Ruang Podjok secara resmi dimulai setelah Perayaan Paska 2020. Pelayanan perdana yang dilakukan adalah pembinaan Bulan Katekese Liturgi tahun 2020. Saat itu, ada posting berjudul <a href="https://kerohaniankatolikskaga.blogspot.com/2020/06/menyelami-liturgi-yang-mengubah.html">Menyelami Liturgi yang Mengubah Kehidupan</a>. Dalam posting itu, diceritakan bahwa pandemi Covid-19 menjadi <i>blessing in disguise</i> dalam pelayanan rohani Katolik Ruang Podjok. Pelayanan pembinaan rohani yang tadinya selalu dilakukan secara offline menjadi pelayanan yang semakin berkembang karena merambah pada kegiatan online. Setelah itu, pelayanan rohani online menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan Ruang Podjok. Sarana yang digunakan untuk pelayanan online ini begitu beragam, mulai dari Grup WhatsApp, Blog Podjok Roeang Agama Katolik Skaga, Google Meet, dan Instagram. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Yang paling sering digunakan untuk pembinaan adalah Grup WhatsApp. Ini bisa dipahami karena media tersebut merupakan media yang paling populer, murah, akrab, dan terjangkau oleh para anggota Ruang Podjok. Melalui grup WhatsApp, Penjaga Podjok memberikan materi-materi pembinaan yang relevan dengan perkembangan iman Gereja Katolik di Indonesia, khususnya seturut dengan gerak Gereja Keuskupan Agung Semarang. Melalui media ini, terjadilah pertemuan Bulan Ajaran Sosial Gereja, Bulan Kitab Suci Nasional, pertemuan Pendalaman Iman mengenai Maria, pertemuan Aksi Puasa Pembangunan dan lain sebagainya. Memang media online tidak bisa menggantikan perjumpaan secara offline. Meskipun demikian, media ini sangat membantu dalam pelayanan kerohanian di SMK Negeri 3 Surakarta.</span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEivXD2EEWynbnCO5Ay9AR8gE6oW8zn_J1THPnh9b--72PwC8Iaw6XtSPzwJ0NgI7zKEVA65ZoO6dhjf0N8ZTBK4wzYFmJhf6Kt2jDDYeXSdrvGcr92rFEYYdLiX0WuhCfoC17pJvuf-JG1OSG_uSKTkeVqU5i8hdlG0VuQjYp4fn9h_icW4gXiIsYCU=s960" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="960" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEivXD2EEWynbnCO5Ay9AR8gE6oW8zn_J1THPnh9b--72PwC8Iaw6XtSPzwJ0NgI7zKEVA65ZoO6dhjf0N8ZTBK4wzYFmJhf6Kt2jDDYeXSdrvGcr92rFEYYdLiX0WuhCfoC17pJvuf-JG1OSG_uSKTkeVqU5i8hdlG0VuQjYp4fn9h_icW4gXiIsYCU=s320" width="320" /></a></div><div><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgEiwrmmQvXU5nGWCnfz0BeV3Y9RZfPXTVlqITH1qnQwsFRqUZGJ6p4YYB_NaiM9zOsrfmNK_fEettTRyIJ5e9OUO3Tu5vqhUjlOAE6MXpEXEKq9ClTFNHKIrG3E1l3xXlXYKXi1fIWjSTbDLs3NTuwV7VNvXKs7EPEWMgVass75aivrSPmsm64jQeD=s740" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="740" height="311" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgEiwrmmQvXU5nGWCnfz0BeV3Y9RZfPXTVlqITH1qnQwsFRqUZGJ6p4YYB_NaiM9zOsrfmNK_fEettTRyIJ5e9OUO3Tu5vqhUjlOAE6MXpEXEKq9ClTFNHKIrG3E1l3xXlXYKXi1fIWjSTbDLs3NTuwV7VNvXKs7EPEWMgVass75aivrSPmsm64jQeD=s320" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhzeIcPfj7aDhBOLTD5rE3rE7RTfip9QlVMEMFqaD2K43V-5EUvaO5oas89i8_39rs-QnG9j7SJPCcPcfQDX_8pjgUnHHnh64qBKm8oN8z-cLKB2z2K1PWhL7JPnhUOW3LTIznFcVcMi69zMsAuT1hPdxql5EANHqLYcDRavWIkC_aatHfbpdqGOvpL=s760" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="760" height="303" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhzeIcPfj7aDhBOLTD5rE3rE7RTfip9QlVMEMFqaD2K43V-5EUvaO5oas89i8_39rs-QnG9j7SJPCcPcfQDX_8pjgUnHHnh64qBKm8oN8z-cLKB2z2K1PWhL7JPnhUOW3LTIznFcVcMi69zMsAuT1hPdxql5EANHqLYcDRavWIkC_aatHfbpdqGOvpL=s320" width="320" /></a></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; text-align: justify;"><br /></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia; text-align: justify;">Seiring perjalanan waktu, ada media lain yang digunakan dalam proses pelayanan yaitu </span><span style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Google Meet. Google Meet ini menjadi pendukung baru karena kebetulan SMK Negeri 3 Surakarta mendapat fasilitas dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mendapatkan akses G-Suites for Education. Karena ada fasilitas ini, ya dimanfaatkan saja semasimal mungkin. Melalui fasilitas Google Meet ini, terjadilah beberapa pelayanan antara lain Meet and Greet, Misa Online, sampai rapat-rapat untuk mempersiapkan berbagai macam kegiatan.</span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgskIBgNw0PM6WtvOWcABa9-n6WBSj7OEe8F3AQ2Ngmq-WSQR4Vel5qX9md3Qi-xVqX_qqinY9V0n5ib6vnh2OdgKbxRLqDGvlGzERyJj8_r8AlMtH7cw-G6ynHV-C2urDiFH7r3Szj3VZlaSsqNHH31b4LLIVwLtbwk21kD8EpXHhO-6F1zbxWGQUp=s720" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgskIBgNw0PM6WtvOWcABa9-n6WBSj7OEe8F3AQ2Ngmq-WSQR4Vel5qX9md3Qi-xVqX_qqinY9V0n5ib6vnh2OdgKbxRLqDGvlGzERyJj8_r8AlMtH7cw-G6ynHV-C2urDiFH7r3Szj3VZlaSsqNHH31b4LLIVwLtbwk21kD8EpXHhO-6F1zbxWGQUp=s320" width="320" /></a></div><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgVdzRUVcmSA_eazN1V_hhEitM6zYJSVXAdGnj8bqhxL--unj3g98PXhjGfbDwB0ca2nvDTN0JnUK4qWe83vUI4-mu2n7LSgTOYaQ9CtmYayKW7d_jaRk2nb-Uo9-2X7ggdWr1caSLCD3VTKqXmHr-1PHWh_rKlt3maTwi_pTONuKKqAtMN3HdWw4CW=s1366" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: georgia;"><img border="0" data-original-height="728" data-original-width="1366" height="171" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgVdzRUVcmSA_eazN1V_hhEitM6zYJSVXAdGnj8bqhxL--unj3g98PXhjGfbDwB0ca2nvDTN0JnUK4qWe83vUI4-mu2n7LSgTOYaQ9CtmYayKW7d_jaRk2nb-Uo9-2X7ggdWr1caSLCD3VTKqXmHr-1PHWh_rKlt3maTwi_pTONuKKqAtMN3HdWw4CW=s320" width="320" /></span></a></div><span style="font-family: georgia;"><div><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhVsA_lqdrxs0Npzy7vm9uqXj1AWPxalCXx-gM0QsSKb99_9bnSQTS4QG2HqoImK7k3SQuV6a6RmgAAcCJYOv1CPMnkTDR3OnIseY2I0rpl0nOtvVUiDrtAC5nDQQBkmOnaSKe_AgFQIYrh0ZwCqMg8sR5_CDdwBkhTrxIbZjQo_j1U_zDzSIKCmCSO=s2898" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2898" data-original-width="2898" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhVsA_lqdrxs0Npzy7vm9uqXj1AWPxalCXx-gM0QsSKb99_9bnSQTS4QG2HqoImK7k3SQuV6a6RmgAAcCJYOv1CPMnkTDR3OnIseY2I0rpl0nOtvVUiDrtAC5nDQQBkmOnaSKe_AgFQIYrh0ZwCqMg8sR5_CDdwBkhTrxIbZjQo_j1U_zDzSIKCmCSO=s320" width="320" /></a></div><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh7TSVcEINNRw1D4sBZxeospVY7o0CsVkBdtATG4npE4y86RXZ35uGfYf-JWlu0TZK0G4hX7-NiuPxJYPOcKGxKNkTk9NZVSawY5TQQR5nyzlkiiDuycjYmPBDFh6usba9xxw2RGJ2SczUGuyO0pI2vv2FhZI7IGLeGCzO9mSffou56Yfw3v2E-eIEQ=s1366" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: georgia;"><img border="0" data-original-height="730" data-original-width="1366" height="171" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh7TSVcEINNRw1D4sBZxeospVY7o0CsVkBdtATG4npE4y86RXZ35uGfYf-JWlu0TZK0G4hX7-NiuPxJYPOcKGxKNkTk9NZVSawY5TQQR5nyzlkiiDuycjYmPBDFh6usba9xxw2RGJ2SczUGuyO0pI2vv2FhZI7IGLeGCzO9mSffou56Yfw3v2E-eIEQ=s320" width="320" /></span></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Sekalipun pandemi masih terjadi, pelayanan online pun tetap berjalan. Sarana-sarana online telah berhasil menjaga pelayanan rohani di Ruang Podjok tetap terjadi bagi para anggotanya.</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiCt7JdUO-GkN8010ezG88rVJldk-g4SZl35OjKpJ5QkgKoVvZF2l60tQ9stZ7QA8gzDmuTVfTMEb_FewKYGnwrY4vUBDIBaEBS5ugMXel0SE8Ex1eabRGs7b-6EhdoSxSUHffEzTgSSkGtJri0diaeqnYcH0zq-sN_kAvFwjhPgg7G7ARUMsiIE2OD=s1383" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1383" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEiCt7JdUO-GkN8010ezG88rVJldk-g4SZl35OjKpJ5QkgKoVvZF2l60tQ9stZ7QA8gzDmuTVfTMEb_FewKYGnwrY4vUBDIBaEBS5ugMXel0SE8Ex1eabRGs7b-6EhdoSxSUHffEzTgSSkGtJri0diaeqnYcH0zq-sN_kAvFwjhPgg7G7ARUMsiIE2OD=s320" width="167" /></a></div>Yang terbaru, Ruang Podjok kembali memiliki sarana untuk menjalankan pelayanan onlinenya yaitu melalui Instagram. Melalui @rohkatskagasolo, Ruang Podjok semakin memperluas jangkauan pelayanannya kepada para anggotanya yang kadangkala masih harus mengikuti pembelajaran dari rumahnya masing-masing. Mengapa dipilih Instagram? Ini merupakan hasil masukan dari beberapa anggota Ruang Podjok yang menghendaki agar Ruang Podjok memiliki akun Instagram atau IG. Aplikasi Instagam ini merupakan aplikasi yang sedang diminati anak-anak muda karena Instagram mengutamakan penampakan visual. Di zaman sekarang, orang Indonesia - apalagi anak-anak muda - lebih tertarik dengan gambar yang menarik dibandingkan untuk membaca. Oleh karena itu, Instagram lebih banyak diminati terutama oleh anak muda untuk membagikan foto dan video. Oleh karena itu, Ruang Podjok pun ikut dengan arus kekinian itu supaya pelayanannya tidak ketinggalan zaman. </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Untuk mengelola akun ini, Penjaga Podjok pun berbagi pengelolaan dengan para anggota agar konten yang dimuat pun juga kekinian. Yang dibicarakan memang tentang iman dan agama yang kesannya adalah urusan orang tua-tua, tapi soal muatan yang ditampilkan sebisa mungkin berjiwa muda. </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgInfEucWpJaTT0na5xG68fwsWvptw85x8QgZtUX5BLZNz2fPJRkJLmvnsMdr56AGCtrEpMvao3L3mw3JE8cpfAwJULGpqBN4zF4gmvwTg_ariABrr-_cOXNLuVeMoxkswRXke_X75afL6BOL1y8ffWdx-ek0S3rQrWXUOgLEPFr8URjFu_WUw7QgE0=s1599" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: georgia;"><img border="0" data-original-height="1599" data-original-width="899" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEgInfEucWpJaTT0na5xG68fwsWvptw85x8QgZtUX5BLZNz2fPJRkJLmvnsMdr56AGCtrEpMvao3L3mw3JE8cpfAwJULGpqBN4zF4gmvwTg_ariABrr-_cOXNLuVeMoxkswRXke_X75afL6BOL1y8ffWdx-ek0S3rQrWXUOgLEPFr8URjFu_WUw7QgE0=s320" width="180" /></span></a></div><span style="font-family: georgia;"><br /></span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEio0D-09LIXyJIKbZBt2hCbjYTtng2-XrSDHXnePfyugeLXmeOTW-7Q_mQ8SOEBPgLVA1PJWzfSF8bv8ofqrg9gjgsU0P7BEcyOdL0mMENCcWgBT0GdurwODGV9lnuJ-wNGjRYRRx5-Ky4KQCwhCWpjgego5BXtQztZkrkBNQ88guN03njxoAcqS17O=s1280" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: georgia;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEio0D-09LIXyJIKbZBt2hCbjYTtng2-XrSDHXnePfyugeLXmeOTW-7Q_mQ8SOEBPgLVA1PJWzfSF8bv8ofqrg9gjgsU0P7BEcyOdL0mMENCcWgBT0GdurwODGV9lnuJ-wNGjRYRRx5-Ky4KQCwhCWpjgego5BXtQztZkrkBNQ88guN03njxoAcqS17O=s320" width="180" /></span></a></div><span style="font-family: georgia;">Terima kasih kepada para anggota Ruang Podjok yang sudah mau terlibat dalam mengelola akun IG Ruang Podjok...</span></div></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Inilah berbagai sarana pelayanan online yang digunakan dalam pembinaan kerohanian di Ruang Podjok Agama Katolik Skaga. Semoga dengan demikian, iman Katolik di dalam diri para anggota Ruang Podjok tetap menyala meskipun tidak bisa berjumpa secara tatap muka untuk sementara... Mari tetap menghidupi iman kita dalam rengkuhan Gereja Katolik... Berkah Dalem...</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-89371764667427353252021-10-07T07:32:00.001+07:002022-02-21T11:16:19.402+07:0010 Tahun Ruang Podjok: Tidak Pernah Berhenti Melayani, Sementara Hanya Berganti Ruangan<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixrsR-P4Bp4CtEmH0-C19S4viiRo4_dfkmsnjGNEmx0c5pTIMLN0ukkIMp9EsDIAZsp07BPQ2WLbgX_bdFbmuWoP7ozyc7c6y4v3Z6wbmnQvZ_HYB4iUBXRiHKQDZILemedQnTtJzLp5U/s1223/Screenshot_20210804-163302_1.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1223" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixrsR-P4Bp4CtEmH0-C19S4viiRo4_dfkmsnjGNEmx0c5pTIMLN0ukkIMp9EsDIAZsp07BPQ2WLbgX_bdFbmuWoP7ozyc7c6y4v3Z6wbmnQvZ_HYB4iUBXRiHKQDZILemedQnTtJzLp5U/s320/Screenshot_20210804-163302_1.jpg" width="188" /></a></span></div><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">Bulan Oktober selalu menjadi bulan istimewa bagi Ruang Podjok Agama Katolik Skaga. Bulan ini, selain dirayakan sebagai salah satu bulan untuk menghormati Bunda Maria sebagai Ratu Rosario, menjadi bulan peringatan kelahiran bagi Ruang Podjok Agama Katolik Skaga. Tidak terasa, pada tahun ini, di bulan Oktober, aktivitas di Ruang Podjok sudah berjalan selama sepuluh tahun. Bayangkan... aktivitas kegiatan rohani di sekolah secara rutin bisa berjalan selama sepuluh tahun... </div></span><p></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Momen ini, bagi saya, tidak ingin saya rayakan sebagai suatu pencapaian. Namun, momen ini ingin saya gunakan untuk bersyukur atas karya Allah yang terjadi di Ruang Podjok selama sepuluh tahun ini... Saya, sebagai Penjaga Ruang Podjok, menyadari bahwa selama ini, yang terutama bekerja di Ruang Podjok adalah Allah sendiri. Ia menghembuskan nafas kehidupan agar terjadi aktivitas di Ruang Podjok. Ia menganugerahkan Roh Kudus kepada setiap pribadi yang pernah singgah di Ruang Podjok. Ia membimbing seluruh anggota dengan inspirasi yang luar biasa, terutama di tengah pandemi yang masih melanda dunia ini.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Oleh karena itu, tulisan ini mengambil judul <i>"10 Tahun Ruang Podjok: Tidak Pernah Berhenti, Sementara Hanya Berganti Ruangan."</i></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Mengapa saya memilih judul itu? Saya merasa bahwa judul ini sangat aktual dengan kondisi pandemi Covid-19 yang masih melanda ini. Saya masih ingat bahwa pada kuartal pertama tahun 2020, dunia dipaksa berhenti untuk mencegah penyebaran wabah penyakit. Di situlah aktivitas Ruang Podjok secara fisik juga terhenti seiring dengan terhentinya aktivitas persekolahan yang sangat potensial menimbulkan kerumunan dan ditakutkan menjadi sarang penyebaran wabah. Saat itu, saya pun dipaksa untuk memasuki babak baru dalam pelayanan Ruang Podjok, yaitu pelayanan secara online. Apa-apa online... Seluruh kegiatan online... Inilah episode baru kehidupan pelayanan Ruang Podjok yang harus diterima dengan lapang hati... Bulan-bulan pertama masih terasa sulit... Namun, saya kemudian berpikir: kalau saya berhenti, pelayanan tidak akan berlanjut. Akhirnya, setelah Paskah tahun 2020, pelayanan kembali berjalan sesuai dengan anjuran dari pemerintah: yaitu secara online.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Saya menyangka bahwa aktivitas online akan berakhir pada akhir tahun 2020. Ternyata tidak, aktivitas online ternyata berlanjut sampai akhir tahun pelajaran. Oleh karena itu, di awal tahun pelajaran baru, saya membuat status dalam media sosial yang saya miliki tentang keberadaan Ruang Podjok: <i>"Di tengah gelombang pandemi, kegiatan Kerohanian Katolik SMK Negeri 3 Surakarta tidak pernah berhenti... Hanya ruangannya saja yang berganti... Mari bergabung dan mencecap pengalaman para murid pertama saat bertemu dengan Yesus..."</i> Bagi saya, status ini menunjukkan bagaimana Ruang Podjok tetap hadir melayani selama pandemi. Pandemi memang membuat aktivitas terbatasi, tetapi pandemi tidak boleh membuat manusia berhenti untuk melayani. Bagi saya, pandemi malah membawa berkah dalam pelayanan kerohanian ini. Pelayanan kerohanian ini boleh berkembang melalui cara baru untuk menyapa dan hadir di tengah siswa-siswi Katolik SMK Negeri 3 Surakarta.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Dari sudut pandang pribadi, pandemi telah membawa berkah bagi saya untuk mengembangkan diri dan pelayanan kerohanian ini. Ketika pandemi melanda, media online yang dulunya hanya berfungsi sebagai sarana dokumentasi menjadi tulang punggung untuk memberikan pelayanan. Internet dan konektivitas menjadi tumpuan yang dapat diandalkan dalam pelayanan kerohanian ini. Dalam pandemi pula, pelayanan kerohanian ini berkembang. Semula, pelayanan hanya berjalan melalui grup WhatsApp... Seiring perjalanan waktu, semakin banyak media sosial yang dirambah: Instagram dan Google Meet menjadi sarana untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Satu setengah tahun pandemi ini, muncul sebuah pertanyaan dalam benak saya: Akankah kegiatan persekolahan bisa berjalan lagi seperti dulu? Banyak siswa berkerumun... Berbagai aktivitas bersama... Kegiatan yang begitu padat... Saya sendiri tidak tahu bagaimana akan menjawabnya. Nah, kalaupun dunia persekolahan tidak bisa kembali seperti dulu, paling tidak pelayanan kerohanian ini sudah bersiap diri untuk menghadapi situasi baru. Pengalaman mencecap pelayanan secara online bisa menjadi suatu alternatif yang terus dipilih ketika tidak dimungkinkan terjadi perjumpaan secara langsung oleh sejumlah besar orang dalam waktu yang sama. Bagi saya, pelayanan secara online mungkin akan terus digunakan. Lagipula, pelayanan secara online ini akan menjangkau mereka yang tidak terjangkau, menyapa mereka yang tidak tersapa, dan merengkuh mereka yang tidak terengkuh entah di manapun mereka.</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Semua orang memang berharap bahwa situasi segera membaik. Semoga nantinya, kegiatan di Ruang Podjok bisa kembali terjadi secara fisik meskipun tetap ada kebiasaan baru yang wajib dilakukan. Sementara belum terjadi, Ruang Podjok Agama Katolik Skaga tidak pernah berhenti melayani, sementara hanya berganti ruangan...</span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Terimakasih Tuhan karena sudah menyelenggarakan kehidupan kami selama sepuluh tahun ini... Semoga Tuhan tetap berkenan memelihara seluruh aktivitas di Ruang Podjok Agama Katolik Skaga di tahun-tahun mendatang... Syukur kepada Allah...</span></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-34677154009921968302021-07-25T07:55:00.000+07:002021-07-25T07:55:33.185+07:00Catatan Penjaga Podjok: Cura Personalis, Mencari dan Menyelamatkan...<p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">Sejak diberi kepercayaan mengelola Ruang Podjok, Penjaga Podjok mencoba mengadopsi cara-cara sekolah Katolik bertindak untuk memberikan pelayanan kepada para anggota Ruang Podjok. Salah satu kekhasan yang coba diterapkan adalah Cura
Personalis.</span> </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Istilah Cura Personalis berasal dari tradisi pendidikan <span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">sekolah-sekolah yang dikelola para Yesuit. </span></span></span><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">Pater Wladimir Ledochowski, SJ. mencetuskan istilah ini pada tahun 1934 untuk menekankan pentingnya </span></span></span></span><span style="font-family: georgia;">perhatian pribadi kepada para siswa serta mengarahkan setiap individu dengan jalan petuah dan nasehat. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Sebelum pandemi melanda, Penjaga Podjok sudah mencoba menerapkan Cura Personalis. Ada beberapa siswa-siswi yang sempat diperhatikan secara pribadi. Biasanya, langkah ini dilakukan dengan memanggil siswa (beserta orangtua jika diperlukan), lalu ada proses pembinaan bersama antara sekolah dan orangtua. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid9ThILzWce1y25wE7h4qjz9lS2OT02JPV-9ihMliiUXugF4hqeI1IhMDqls07SqxUhpmruw5YlbLtlSvnSQqiHUGSEwpaZ5xLExrUIZJee6fdcI7m3fc04RkJng70akL9eEoK-4PbGbU/s1032/WhatsApp+Image+2021-07-25+at+07.29.11%25281%2529.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="581" data-original-width="1032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid9ThILzWce1y25wE7h4qjz9lS2OT02JPV-9ihMliiUXugF4hqeI1IhMDqls07SqxUhpmruw5YlbLtlSvnSQqiHUGSEwpaZ5xLExrUIZJee6fdcI7m3fc04RkJng70akL9eEoK-4PbGbU/s320/WhatsApp+Image+2021-07-25+at+07.29.11%25281%2529.jpeg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: georgia;"><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOzX1daJsPi8283b6XMnhX-eYHajUh0gpptSCJ_S8unHkHGSUIrg1ocC6Up59XVZbxhR97G2k-wjVazWdn0u0uDz2cnGa7_hmjShUrTlfKN0ifrhDbLqdaUEz2_dA1X511gC9HfXD6SZ8/s1032/WhatsApp+Image+2021-07-25+at+07.29.11%25283%2529.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="581" data-original-width="1032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOzX1daJsPi8283b6XMnhX-eYHajUh0gpptSCJ_S8unHkHGSUIrg1ocC6Up59XVZbxhR97G2k-wjVazWdn0u0uDz2cnGa7_hmjShUrTlfKN0ifrhDbLqdaUEz2_dA1X511gC9HfXD6SZ8/s320/WhatsApp+Image+2021-07-25+at+07.29.11%25283%2529.jpeg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt9as0w7Jk4xWN-5z_ofsMF-5X4h6fE0Q2gigR3G9VPsKpsCmSHkxJQOdGNyIwVoaCkIcV2dfiIQ7j8bDJn7_En-9-n8qwyM4aZq5kCRf81lYAbPxBXIXxdL0EFniLic5JwciXBBAolSA/s1032/WhatsApp+Image+2021-07-25+at+07.29.11.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="581" data-original-width="1032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt9as0w7Jk4xWN-5z_ofsMF-5X4h6fE0Q2gigR3G9VPsKpsCmSHkxJQOdGNyIwVoaCkIcV2dfiIQ7j8bDJn7_En-9-n8qwyM4aZq5kCRf81lYAbPxBXIXxdL0EFniLic5JwciXBBAolSA/s320/WhatsApp+Image+2021-07-25+at+07.29.11.jpeg" width="320" /></a></div></span><p></p><p style="text-align: justify;"></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Nah, untuk lebih jelasnya, mari sedikit mengenal tentang Cura Personalis... </span></p><p style="text-align: justify;"></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Cura
Personalis adalah ungkapan dalam lembaga kerasulan atau komunitas Yesuit. Ungkapan dari bahasa Latin ini tidak digunakan secara langsung
oleh Ignasius, pendiri Serikat Yesus, tempat para Yesuit hidup dan
berkarya. Ungkapan Cura Personalis digunakan pertama kali oleh Pater Wladimir Ledochowski, SJ., Superior Jendral Serikat
Yesus antara 1915 sampai 1942. Pada tahun 1934, dia mengirimkan <i>New Instruction</i> kepada Yesuit di Amerika Serikat
mengenai ciri-ciri penting pendidikan Yesuit di sana. Dia memberikan
kejelasan dan arah kepada para Yesuit yang bersikukuh untuk tidak setuju
terhadap kebutuhan akademik katolik Roma setelah perang dunia. Dua hal ditekankan Pater Ledochowski adalah keunggulan
akademik dan kerjasama yang lebih besar diantara kolese dan universitas pada level nasional. Di bawah sub judul “The Spirit
behind Our Plan of Studies” (Iuxta Spiritum Rationis Studiorum),
Pater Ledochowski menegaskan bahwa tujuan akhir pendidikan Yesuit
adalah membantu siswa mengetahui dan mencintai Tuhan lebih mendalam. Sebagai jalan menuju tujuan itu, dia menyinggung sebuah doktrin katolik dan filsafat skolastik, yaitu sebuah pendekatan pada
pendidikan yang memandang belajar intelektual dalam perkembangan pribadi manusia yang utuh. Pater Ledochowski menekankan dua poin, yaitu: perhatian pribadi kepada para siswa
dan mengarahkan setiap individu dengan jalan petuah dan nasehat. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Pada bulan Oktober 1972, ketika Pater Pedro Arrupe, SJ.,
Superior Jendral Serikat Yesus pada waktu itu, mempersiapkan diri
mengunjungi St. Peter College di Jersey untuk perayaan seratus
tahun, Pater Laurence J. McGinley, SJ., Presiden Fordham
University, mempersiapkan kotbah untuk kedatangan Pater Arrupe.
Pater McGinley mengemukakan naskah lima halaman. Di akhir naskah itu dia
mengungkapkan tiga hal yang menjadi fokus perhatiannya, yaitu: 1) kepercayaan abadi kepada para
hadirin bahwa yang mereka kerjakan semuanya adalah penting, 2)
pendidikan kita yang unik telah diterima dan dimiliki sebagai warisan,
dan 3) apa yang oleh para Yesuit telah ditemukan ialah suasana Cura
Personalis - yaitu konsern, perhatian, atensi, cinta seorang guru pada muidnya dalam atmosfer kepercayaan personal. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Pada
tahun 1986, Cura Personalis mendapat penekanan yang menonjol pada
sebuah dokumen berjudul Ciri Khas Pendidikan pada Lembaga Pendidikan Yesuit. Dokumen ini merupakan dokumen
Pendidikan Serikat setelah Ratio Studiorum yang berlaku lama sejak Abad Pertengahan. Dalam dokumen itu disampaikan bahwa 1) para guru diharapkan mampu
menghormati kebebasan para siswa dan 2) para guru diharapkan mendengarkan
masalah-masalah dan kebingungan mereka tentang makna hidup, ikut ambil bagian dalam duka dan sukanya, menolong mereka demi pertumbuhan pribadi dan hubungan dengan sesamanya. Dengan cara itu, anggota komunitas pendidikan yang dewasa membimbing para siswa dalam memperkembangkan seperangkat nilai
untuk sampai kepada keputusan hidup yang mengatasi egoisme: keprihatinan pada kebutuhan orang lain. Disampaikan pula bahwa para guru harus berusaha
hidup dengan memberikan teladan bagi para siswa dan rela berbagi pengalaman hidupnya sendiri. </span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Cura Personalis, perhatian
pada pribadi orang, hendaknya tetap menjadi ciri
dasar pendidikan Jesuit. Pater Barton T. Geger, S.J., menyatakan bahwa instruksi Pater Ledochowski jelas menyatakan bahwa guru dan dosen di lembaga
pendidikan Yesuit bertanggungjawab tidak hanya secara akademik, tetapi mereka diminta menghayati hidup sebagai jalan panggilan. Selain untuk urusan akademis, mereka diajak memberikan hidupnya untuk para murid dan mahasiswa. Mengenai Cura Personalis ini, ada sebuah ungkapan yang saya temukan dalam dokumen <i>Ways of Proceeding in Jesuit Schools, based upon ‘Characteristics’</i> yang diterbitkan oleh Serikat Yesus Provinsi Spanyol pada tahun 2006, <i>“Kasih
pastoral adalah suatu dimensi "cura personalis" yang memungkinkan
tumbuhnya benih iman dan komitmen religius dalam diri setiap individu
karena memungkinkan setiap pribadi mengenali dan menanggapi pesan kasih
ilahi."</i></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Pada masa pandemi, Cura Personalis menjadi salah satu andalan Penjaga Podjok untuk mengembangkan pendidikan karakter bagi siswa-siswi. Ada beberapa siswi yang kemudian diminta hadir ke sekolah. Di sana, para guru menyampaikan persoalan yang dihadapi berkenaan dengan mereka. Para siswi pun didengarkan kesulitan dan persoalan yang mereka alami. Ada kesempatan untuk memberikan nasehat. Bahkan, para siswi pun diberi solusi jika sekolah bisa membantu. <br /></span></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhABkpqWznaW7tsMLXNlGbLcVvdWR9akvnu-tujJwOjuRDXxic9yOzQFlCq5ZF7PMqFqoev1LX2bpQ4f87puGjAarWIwhMhYkkoKGth36OdrlS632uyODLm4c6W8h-7F-qexIJH8q-_r1s/s1032/WhatsApp+Image+2021-06-24+at+09.34.29.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="581" data-original-width="1032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhABkpqWznaW7tsMLXNlGbLcVvdWR9akvnu-tujJwOjuRDXxic9yOzQFlCq5ZF7PMqFqoev1LX2bpQ4f87puGjAarWIwhMhYkkoKGth36OdrlS632uyODLm4c6W8h-7F-qexIJH8q-_r1s/s320/WhatsApp+Image+2021-06-24+at+09.34.29.jpeg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: georgia;"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPI_CerkILtGitsazlsDa-Im-Oq9me0MYE4a4vBjAtdBkQ6uk4nlk8iHkldvkSw_fFCZbIf7clWZdwX3kGXZ8fsahjgxFUyc48YSeyfXSPvjcN1d2Mt8PJ61KQhywjHxRzojWy0Td5sgI/s1032/WhatsApp+Image+2021-06-24+at+09.34.30.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="581" data-original-width="1032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPI_CerkILtGitsazlsDa-Im-Oq9me0MYE4a4vBjAtdBkQ6uk4nlk8iHkldvkSw_fFCZbIf7clWZdwX3kGXZ8fsahjgxFUyc48YSeyfXSPvjcN1d2Mt8PJ61KQhywjHxRzojWy0Td5sgI/s320/WhatsApp+Image+2021-06-24+at+09.34.30.jpeg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiPOUTgNbEXZCyC9CI6HnCJRep38OHQrvEpfBjwC46aiCDsKDwmS3frTEtHCGAwr8L2PrxfRTK8LXynWZaY6SfdgvmZ_sOzqTlGtegO1k8LEO33PGA5lpQpVwSeiyqyhUx7xDCNYvJQb8/s1032/WhatsApp+Image+2021-06-24+at+09.34.31.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="581" data-original-width="1032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiPOUTgNbEXZCyC9CI6HnCJRep38OHQrvEpfBjwC46aiCDsKDwmS3frTEtHCGAwr8L2PrxfRTK8LXynWZaY6SfdgvmZ_sOzqTlGtegO1k8LEO33PGA5lpQpVwSeiyqyhUx7xDCNYvJQb8/s320/WhatsApp+Image+2021-06-24+at+09.34.31.jpeg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipuBXBVTc8OjCh3gz3rmY32J_9WX3-SSTwIP9uCLD2UwMdHJzcCLHnicY5Bnm8xe_kd6n9H_razp5vi4Us09K0DmiXPEOsINgM2J3yd-whSMwYh5II_CluowllzjVMT40RiEIn1En-DEQ/s1032/WhatsApp+Image+2021-06-30+at+11.49.15.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="581" data-original-width="1032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipuBXBVTc8OjCh3gz3rmY32J_9WX3-SSTwIP9uCLD2UwMdHJzcCLHnicY5Bnm8xe_kd6n9H_razp5vi4Us09K0DmiXPEOsINgM2J3yd-whSMwYh5II_CluowllzjVMT40RiEIn1En-DEQ/s320/WhatsApp+Image+2021-06-30+at+11.49.15.jpeg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXEgdfDDj5v3Al9zzT44LRnC7OxzmfughkPDUB3siZTWi7Ad18x2tBlNIeJu8R6GH_zIQ1SbWtcjr4Fwi7cJnpKXraMihDuHtZVWg-puOZ0fa9uobNqSm3n684dZHsYVBvNPZsRLnmx5A/s1032/WhatsApp+Image+2021-06-30+at+11.49.16%25281%2529.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="581" data-original-width="1032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXEgdfDDj5v3Al9zzT44LRnC7OxzmfughkPDUB3siZTWi7Ad18x2tBlNIeJu8R6GH_zIQ1SbWtcjr4Fwi7cJnpKXraMihDuHtZVWg-puOZ0fa9uobNqSm3n684dZHsYVBvNPZsRLnmx5A/s320/WhatsApp+Image+2021-06-30+at+11.49.16%25281%2529.jpeg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF6x6kpBBIRv_DXDrNLSdXSP0qhpigMYNlZGa23jEmjdtReFhPxKIsvaNzzc8DKyqkqMdT1jZhxgE_p6Tdtgi13olph5mSqH3BacURLm3EBLqpbYcdh4aTF6bHQOHwh3Od_UsDwzU4wjA/s1032/WhatsApp+Image+2021-06-30+at+11.49.16.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="581" data-original-width="1032" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhF6x6kpBBIRv_DXDrNLSdXSP0qhpigMYNlZGa23jEmjdtReFhPxKIsvaNzzc8DKyqkqMdT1jZhxgE_p6Tdtgi13olph5mSqH3BacURLm3EBLqpbYcdh4aTF6bHQOHwh3Od_UsDwzU4wjA/s320/WhatsApp+Image+2021-06-30+at+11.49.16.jpeg" width="320" /></a></div></span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><span style="font-family: georgia;">Pandemi atau tidak pandemi, Cura Personalis tetap coba dijalankan di Ruang Podjok. </span>Bagi saya pribadi, Cura Personalis ini merupakan cara yang sejalan dengan arahan Bapak Uskup Agung Semarang, yaitu untuk mencari dan menyelamatkan. Mencari karena selama pandemi, mungkin ada siswa-siswi yang menempuh jalan yang tidak seharusnya dilalui. Menyelamatkan karena Cura Personalis ini ingin menolong siswa-siswi untuk kembali menempuh jalan yang seharusnya. Meskipun demikian, Cura Personalis tetap memerlukan peran dua pihak, yaitu guru dan siswa. Guru harus tulus mencari dan menyelamatkan, sedangkan siswa juga harus mau dicari dan diselamatkan. Ibarat menolong orang yang jatuh ke jurang, orang yang ditolong harus mau menyambut tangan penolong yang sudah mengulurkan tangannya. Tanpa peran serta dua pihak ini, Cura Personalis tidak akan berhasil dengan baik. Semoga dengan demikian, siswa-siswi boleh mendapatkan bimbingan yang baik untuk menemukan kehendak Tuhan dalam dirinya.</span><br /></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-20575687043171706972021-03-16T10:34:00.000+07:002021-03-16T10:34:05.598+07:00Catatan Penjaga Podjok: Setahun Pembelajaran Jarak Jauh, Tetap Semangat atau Sudah Loyo?<p><span style="font-family: georgia;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: georgia;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi63gMD1JDZK-W2QvIJ-zp35T4YPgBy7KEy7C4NxWQeoVvg1e5NWTwiAZa11lzD7hBgcH_3JUrRbWCxgF-h8Tj0AgWVuyA6xYfRaXWJZvUUqw97RpjkaF2YNTsmvqsw2PhFC4Z5Iz1zoys/s1024/photo-of-woman-teaching-his-son-while-smiling-4145355.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="636" data-original-width="1024" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi63gMD1JDZK-W2QvIJ-zp35T4YPgBy7KEy7C4NxWQeoVvg1e5NWTwiAZa11lzD7hBgcH_3JUrRbWCxgF-h8Tj0AgWVuyA6xYfRaXWJZvUUqw97RpjkaF2YNTsmvqsw2PhFC4Z5Iz1zoys/s320/photo-of-woman-teaching-his-son-while-smiling-4145355.jpg" width="320" /></a></span></div><span style="font-family: georgia;"><br />Tepat hari ini, 16 Maret 2021, resmi sudah saya melakukan Pembelajaran Jarak Jauh selama setahun. Saya mencoba melihat catatan presensi saya setahun yang lalu. Dalam aplikasi yang saya gunakan, pada tanggal 16 Maret 2020 tercatat bahwa saya melakukan presensi pagi pukul 06.57 dan setelah itu tertulis keterangan FM (</span><span style="font-family: georgia;">Force Majeure).</span><span style="font-family: georgia;"> Force Majeure adalah keadaan memaksa yang terjadi di luar kemampuan manusia sehingga kerugian tidak dapat dihindari.</span><span style="font-family: georgia;"> Saat itu, keadaan tersebut terjadi karena merebaknya virus yang menyebabkan pandemi Covid-19. Saat itulah yang mengubah semua keadaan, termasuk dunia pendidikan. Sekolah yang menjadi salah satu tempat publik, terpaksa harus ditutup untuk mencegah penyebaran penyakit secara masif. Akhirnya, pembelajaran di sekolah pun harus dilakukan dengan cara jarak jauh yang membuat pembelajaran terjadi meskipun guru dan murid tidak saling bertatap muka, bahkan terpisahkan dengan jarak yang relatif jauh.</span><p></p><p><span style="font-family: georgia;">Berhadapan dengan kenyataan tersebut, dunia persekolahan pun dipaksa untuk berubah. Satu hal yang pasti: Berubah atau Punah. Dengan segera, saya pun juga mengubah paradigma yang selama ini bercokol dalam kepala saya. Tadinya, saya menganggap bahwa pembelajaran jarak jauh tidak akan banyak bermanfaat. Tadinya, saya menganggap bahwa soal esai adalah bentuk soal yang paling mengasah kemampuan siswa. Tadinya, saya menganggap bahwa teknologi hanya berperan sebagai pelengkap dalam pembelajaran. Dan pandemi Covid-19 memaksa saya untuk mengubah semuanya itu. Dengan cepat, saya pun mengadopsi perubahan. Awalnya saya ragu untuk membuat perubahan, tetapi sekali lagi semua harus dilakukan. </span></p><p><span style="font-family: georgia;">Tidak butuh waktu lama ternyata untuk berubah. Yang lebih diperlukan adalah kemauan untuk berubah. Nyatanya, dalam waktu enam minggu, pembelajaran yang tadinya dilakukan dengan tatap muka penuh bisa diubah menjadi pembelajaran daring. Kisah ini sudah saya coretkan melalui tulisan berikut: <a href="https://kerohaniankatolikskaga.blogspot.com/2020/04/catatan-penjaga-podjok-mengelola-kelas.html">Catatan Penjaga Podjok: Mengelola Kelas Daring #1</a> Perubahan yang harus dilakukan dengan segera ini terus diperbarui dari waktu ke waktu. Ada banyak gagasan yang kemudian membuat pembelajaran daring menjadi semakin matang dan cukup bisa dipertanggungjawabkan (meskipun masih harus diakui bahwa tatapmuka tetap menjadi pilihan utama). Pembelajaran daring pun kemudian terus berjalan dari waktu ke waktu sampai sekarang.</span></p><p><span style="font-family: georgia;">Di tengah kegamangan yang terjadi selama pembelajaran daring, sering muncul pertanyaan: kapan situasi ini akan berakhir? Dalam waktu dekat? Atau masih jauh dari selesai? Dalam proses yang belum selesai ini, ada banyak reaksi. Ada yang bertahan dalam pembelajaran daring. Ada yang curi-curi pembelajaran tatap muka. Untuk yang curi-curi pembelajaran tatap muka seringkali muncul lelucon seperti ini:</span></p><p><span style="font-family: georgia;">Orang Dewasa : <i>"Dik, mau kemana?"</i></span></p><p><span style="font-family: georgia;">Anak : <i>"Sekolah, Om..."</i> </span></p><p><span style="font-family: georgia;">Orang Dewasa : <i>"Lho, kok gak pakai seragam?"</i></span></p><p><span style="font-family: georgia;">Anak : <i>"Iya Om, biar Corona gak tau kalau kita sedang sekolah..."</i></span></p><p><span style="font-family: georgia;">Orang Dewasa : <i>&^%$#@$*!???</i></span></p><p><span style="font-family: georgia;">Memang situasi yang terjadi membuat banyak reaksi. Saya sendiri termasuk yang memilih reaksi bertahan. Ya mau bagaimana lagi? Virusnya menyebar ketika banyak orang berkumpul. Mana berani saya membuat kerumunan. Ini juga sekaligus supaya saya tidak termasuk golongan Covidiot. Covidiot merupakan istilah yang muncul selama pandemi ini. </span><span style="font-family: georgia;">Dilansir dari laman Health, covidiot adalah mereka yang tidak menganggap serius Covid-19 dan risikonya, terlepas dari apa yang dikatakan pejabat pemerintah dan komunitas kesehatan global. </span><span style="font-family: georgia;">Pada saat yang sama, mereka mungkin melakukan perilaku egois yang tidak mendukung upaya memperlambat dan menghentikan penyebaran virus corona. Saya sendiri menganggap bahwa dengan bertahan dalam pembelajaran daring, saya ikut terlibat menghambat penyebaran virus karena kita tidak tahu siapa yang membawa dan siapa yang menularkan. </span></p><p><span style="font-family: georgia;">Sampai hari ini saya memang masih memilih reaksi bertahan dalam pembelajaran daring. Efeknya apa? Banyak... Salah satunya adalah kelelahan dalam menjalani pembelajaran daring. Memang pembelajaran daring ini tidak memiliki banyak variasi. Ya cuma itu itu saja... Namun, saya sendiri merasakan bahwa pembelajaran daring ini membuat saya banyak belajar: belajar untuk setia dalam hal yang itu-itu saja, belajar untuk membuat persiapan jauh hari, belajar untuk merencanakan, belajar untuk melakukan yang sudah direncanakan, belajar untuk mengatasi kesulitan dan banyak lainnya... </span></p><p><span style="font-family: georgia;">Lalu kalau ditanya: Masih Semangat atau Sudah Loyo? Jawabannya pasti: Harus Terus Semangat... Mengapa? Ya karena bisanya cuma menjalani. Kalau saya kemudian menjadi kendor, pasti keadaan akan semakin buruk. Lalu siapa yang rugi? Banyak pihak: saya sendiri rugi, siswa-siswi saya rugi, bahkan masa depan pun dirugikan. Oleh karena itu jawabannya pasti... Harus Semangat... Saya menyadari bahwa pembelajaran jarak jauh bukanlah hal yang saya inginkan, tetapi kalau saya menyerah dengan keadaan, menjadi pasti bahwa saya sendirilah yang akan menanggung kerugian... Oleh karena itu, mari tetap semangat... Kata Abah Lala, "Rasah Aleman..." Semoga Anda sekalian yang membaca tulisan ini pun boleh menimba semangat yang sama... untuk tetap semangat... Berkah Dalem...</span></p>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-41571552925159755332021-02-17T12:17:00.000+07:002021-02-17T12:17:36.708+07:00Catatan Penjaga Podjok: Kita dan Asesmen Kompetensi Minimum<div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJuLmzg7BVbwdefksKD8j9rzTR3EagpjUvos6p3ChpTn6u0DMGkb293FSswiV8EqeShowy6kdxcekxAFB1X3IRcnzm4bHcAc-t0tRyylZEvUJxSsVu2cMeoXRftNY0A23JgEDhsxrZs8Q/s786/seri-akm.png" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="566" data-original-width="786" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJuLmzg7BVbwdefksKD8j9rzTR3EagpjUvos6p3ChpTn6u0DMGkb293FSswiV8EqeShowy6kdxcekxAFB1X3IRcnzm4bHcAc-t0tRyylZEvUJxSsVu2cMeoXRftNY0A23JgEDhsxrZs8Q/s320/seri-akm.png" width="320" /></a></div>Sudah lama terdengar bahwa Ujian Nasional akan digantikan dengan Asesmen Nasional? Benarkah seperti itu? Apakah Asesmen Nasional menjadi pengganti Ujian Nasional? Semoga tulisan berikut sedikit memberikan informasi kepada kita...</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Selama pandemi Covid-19, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan mengadakan pelatihan bagi guru yang diselenggarakan secara daring melalui program Guru Belajar. Salah satu seri dari program tersebut adalah Seri Asesmen Kompetensi Minimum atau AKM.</span></div><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">Asesmen Kompetensi Minimum adalah salah satu instrumen dari Asesmen Nasional. Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap satuan pendidikan dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Ada tiga instrumen utama Asesmen Nasional, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar. AKM menjadi alat ukur mutu pendidikan dari segi kompetensi literasi dan numerasi yang dimiliki peserta didik.Oleh karena itu, guru diajak untuk belajar mendalami AKM secara khusus agar dapat menyiapkan strategi pembelajaran yang akan diterapkan pada satuan pendidikan dimana dia bertugas.</div></span><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwfdPKCzja1dBbEih_FkhjOdeeo5XctGG3ZoL4I23DzxMDN99912Fbsj1osiv6XRruUN9QQaC0lSSWlkqVMxe6GCJCx13cc9BYlnWlxTMq7KDpLdFdgVD2tTMgSB7e28r2nOKskH4ZJpc/s960/Cover-Topik-3.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="960" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwfdPKCzja1dBbEih_FkhjOdeeo5XctGG3ZoL4I23DzxMDN99912Fbsj1osiv6XRruUN9QQaC0lSSWlkqVMxe6GCJCx13cc9BYlnWlxTMq7KDpLdFdgVD2tTMgSB7e28r2nOKskH4ZJpc/s320/Cover-Topik-3.jpg" width="320" /></a></div>Bimtek Seri AKM berlangsung dalam 11 angkatan (4 Januari - 27 Februari 2021). Tujuan Bimtek Seri AKM adalah 1) Memahami konsep Asesmen Nasional; 2) Memahami bentuk pelaksanaan Asesmen Nasional; 3) Menganalisis contoh soal literasi membaca pada Asesmen Kompetensi Minimum; 4) Menganalisis contoh soal literasi numerasi pada Asesmen Kompetensi Minimum; 5) Membaca dan menindaklanjuti laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum; 6) Mengajak rekan guru untuk mengikuti program Guru Belajar Seri AKM. Peserta Program Seri AKM adalah semua Guru SD, SMP dan SMA/SMK; Kepala Sekolah SD, SMP dan SMA/SMK; Pengawas SD, SMP dan SMA/SMK; semua Guru SDLB, SMPLB, dan SMALB; Kepala Sekolah SDLB, SMPLB, dan SMALB; Peserta yang berasal dari Pendidikan Kesetaraan Jenjang Dasar dan Menengah dan telah memiliki Akun SIMPKB.</div></span><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Asesmen Nasional mengukur mutu setiap satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Asesmen Nasional terdiri dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) untuk mengukur literasi membaca dan literasi matematika (numerasi) murid, 2) Survei Karakter untuk mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter murid; 3) Survei Lingkungan Belajar untuk mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat satuan pendidikan. Asesmen Nasional dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Asesmen Nasional dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar murid. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama satuan pendidikan, yakni pengembangan kompetensi dan karakter murid. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah satuan pendidikan yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut.</div></span><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">Asesmen Nasional tidak menentukan kelulusan dan tidak diberikan kepada murid yang ada di akhir jenjang satuan pendidikan. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menilai peserta didik yang menjadi peserta asesmen. Hasil Asesmen Nasional tidak akan memuat skor atau nilai peserta didik secara individual. Penilaian kelulusan peserta didik merupakan kewenangan pendidik dan satuan pendidikan. Melalui Asesmen Nasional, pemerintah melakukan evaluasi sistem pendidikan. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua murid menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi sampel dari setiap satuan pendidikan pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak menggantikan peran Ujian Nasional dalam mengevaluasi prestasi atau hasil belajar murid secara individual. Asesmen Nasional menggantikan peran Ujian Nasional sebagai sumber informasi untuk memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan. Sebagai alat evaluasi mutu sistem, Asesmen Nasional akan menghasilkan potret yang lebih utuh tentang kualitas hasil belajar dan proses pembelajaran di satuan pendidikan. </div></span><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">Laporan Hasil Asesmen Nasional akan dirancang untuk menjadi “cermin” atau umpan balik yang berguna bagi satuan pendidikan, Dinas Pendidikan, dan lembaga penyelenggara pendidikan dalam proses evaluasi diri dan perencanaan program penyelenggaraan pelayanan pendidikan.</div></span><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">Peserta Asesmen Nasional terdiri dari Murid, Guru, dan Kepala Sekolah. Murid akan dipilih secara acak oleh Kemdikbud. Satuan pendidikan mengirim daftar murid yang akan dijadikan sampel. Semua guru baik status kepegawaian tetap maupun pegawai lepas atau honorer boleh mengikuti Asesmen Nasional dan tidak ada batasan jumlah. Asesmen Nasional untuk murid akan dilaksanakan dua hari. Hari pertama untuk Asesmen Literasi Membaca dan Survei Karakter serta hari kedua untuk Asesmen Numerasi dan Survei Lingkungan Belajar.Bentuk Soal dalam AKM dapat dilihat melalui <a href="https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm/">https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm/</a> </div><div style="text-align: justify;">Berikut ini adalah beberapa infografis yang dapat disimak untuk lebih memahami Asesmen Kompetensi Minimum:</div></span><span style="font-family: georgia;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFoGn9OjHjabnyB-6P9tuLiqY1IeoC8JCzz4dJp2AvWlUoPl-YAAmtca-4xvRgfrb8S1b1B55CZnWFCKQqyAzOOGeKn6Ib3tKIHCQEtTI1vqRHwTaTt4iZk0LHvHRSYIBenB1DGAZJwho/s618/Perbedaan+AKM+dan+UN.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="471" data-original-width="618" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFoGn9OjHjabnyB-6P9tuLiqY1IeoC8JCzz4dJp2AvWlUoPl-YAAmtca-4xvRgfrb8S1b1B55CZnWFCKQqyAzOOGeKn6Ib3tKIHCQEtTI1vqRHwTaTt4iZk0LHvHRSYIBenB1DGAZJwho/s320/Perbedaan+AKM+dan+UN.png" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFv8cXUbCOzHunJadRmM0q5bri5tJsC-l6JtUe5NYikziHsdf5fj-AF-5TCi0_hMp7ME6l5ARDTF9fRYoGFJRP8AG5_s6QzhaYcfWfqvNBTZS5t42TOjn1_HS-evIah9AmBKGeyT7KxBE/s572/Aspek+Literasi+Membaca+dan+Numerasi.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="324" data-original-width="572" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhFv8cXUbCOzHunJadRmM0q5bri5tJsC-l6JtUe5NYikziHsdf5fj-AF-5TCi0_hMp7ME6l5ARDTF9fRYoGFJRP8AG5_s6QzhaYcfWfqvNBTZS5t42TOjn1_HS-evIah9AmBKGeyT7KxBE/s320/Aspek+Literasi+Membaca+dan+Numerasi.png" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC7UyjVH7Gu8RMVaHIyip0y0GuQvCRMz3wjtJwv2bLB9NSLNQm07YESma6cX5Hto1kBQcr3KfCMqwEwiHHb9HWhuVcNC-5PyH4JGx-cEhW6CC_viAE1Hlc8EU8_r0hKSzriL_G1NeZUOk/s589/Bentuk+Soal+Literasi+Membaca+dan+Numerasi.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="442" data-original-width="589" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjC7UyjVH7Gu8RMVaHIyip0y0GuQvCRMz3wjtJwv2bLB9NSLNQm07YESma6cX5Hto1kBQcr3KfCMqwEwiHHb9HWhuVcNC-5PyH4JGx-cEhW6CC_viAE1Hlc8EU8_r0hKSzriL_G1NeZUOk/s320/Bentuk+Soal+Literasi+Membaca+dan+Numerasi.png" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Apa kepentingan kita terhadap Asesmen Nasional, terutama Asesmen Kompetensin Minimum? Kita terlibat untuk menyiapkan peserta didik dalam menguasai kompetensi literasi dan numerasi serta karakter yang diukur melalui Asesmen Kompetensi Minimum. Oleh karena itu, kita berkepentingan untuk memahami Asesmen Kompetensi Minimum agar kita bisa menyiapkan generasi mendatang yang cakap, kompeten, dan berkarakter. </div><div style="text-align: justify;">Menurut informasi terbaru, Asesmen Kompetensi Minimum memang belum jadi dilaksanakan dalam waktu dekat ("Mendikbud: Pelaksanaan Asesmen Nasional Diundur Jadi September 2021" yang dapat diakses melalui <a href="https://setkab.go.id/mendikbud-pelaksanaan-asesmen-nasional-diundur-jadi-september-2021/">https://setkab.go.id/mendikbud-pelaksanaan-asesmen-nasional-diundur-jadi-september-2021/</a>). Namun, kapanpun dilaksanakan, satuan pendidikan tetap harus mempersiapkan diri untuk terlibat dalam penilaian tersebut. Mumpung masih ditunda, semoga waktu yang ada ini bisa menjadi saat yang baik dan memadai untuk menyiapkan diri. Semoga tulisan ini boleh menambah informasi bagi siapa saja yang ingin tahu tentang Asesmen Nasional, khususnya Asesmen Kompetensi Minimum...</div></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-39477166723752284412020-12-25T16:59:00.000+07:002020-12-25T16:59:36.616+07:00Gua (Kandang) Natal, Warisan Tradisi Iman untuk Diteruskan<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-xhEdWMEh8wDExjy-zGRqjRwn2djTp75z8xZ7842hwCg2A3PiutY2lOHaKa7Fn5kuUgDwDZ415HbqUtQ5_n7mGMfj-Pihq7SOFeiCfnaIrlJRRUI_F1UxiL2SS7GNr9WR4YdF14NNTP0/s1024/Gua+Natal.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1024" data-original-width="718" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-xhEdWMEh8wDExjy-zGRqjRwn2djTp75z8xZ7842hwCg2A3PiutY2lOHaKa7Fn5kuUgDwDZ415HbqUtQ5_n7mGMfj-Pihq7SOFeiCfnaIrlJRRUI_F1UxiL2SS7GNr9WR4YdF14NNTP0/s320/Gua+Natal.jpg" /></a></div>Foto yang disertakan dalam posting ini diambil tahun berapa saya lupa, tetapi foto ini menjadi bermakna sekarang karena foto ini menampakkan tradisi iman yang diwariskan oleh keluarga saya. Tradisi iman itu berkenaan dengan Natal, yaitu Gua atau Kandang Natal. Mengapa Gua atau Kandang Natal ini menarik bagi saya? Tradisi ini merupakan salah satu tradisi Katolik yang perlu dihayati dan diwariskan oleh keluarga-keluarga Katolik.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Setahun lalu, menjelang Natal, Paus Fransiskus menulis Surat Apostolik tentang makna dan pentingnya gambaran kelahiran Kristus atau yang sering kita kenal dengan Gua atau Kandang Natal. Dia menandatangani surat itu dalam kunjungannya </span><span style="font-family: georgia;">ke kota Greccio, Italia,</span><span style="font-family: georgia;"> pada Minggu, 1 Desember 2019. </span><span style="font-family: georgia;">Greccio adalah desa pegunungan tempat Santo Fransiskus Assisi menciptakan palungan dan Gua atau Kandang Natal pertama pada tahun 1223 untuk memperingati kelahiran Yesus. Paus Fransiskus kembali ke Vatikan untuk merilis Surat Apostolik yang diberi judul <i>Admirabile Signum</i> (Tanda yang Menakjubkan). </span></div><div style="text-align: left;"><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Judul berbahasa Latin dari surat itu merujuk pada “gambar yang mempesona” yang ditampakkan oleh gambaran Natal yang <i>“tidak pernah berhenti membangkitkan keheranan dan ketakjuban.”</i> Lebih lanjut, Paus menulis, <i>“Penggambaran kelahiran Yesus sendiri merupakan pewartaan yang sederhana dan menyenangkan atas misteri Inkarnasi Anak Allah.”</i> </span><span style="font-family: georgia;">Paus Fransiskus mengatakan bahwa <i>“gambaran kelahiran Yesus itu seperti sebuah Injil hidup yang muncul dari halaman-halaman Kitab Suci.”</i> Merenungkan kisah Natal itu bak memulai perjalanan rohani karena setiap orang beriman <i>“ditarik oleh kerendahan hati Allah yang menjadi manusia untuk menjumpai setiap orang.”</i> </span><span style="font-family: georgia;">Selanjutnya, karena begitu besar kasih-Nya bagi kita, Paus menulis, <i>“Ia menjadi salah satu dari kita, sehingga pada gilirannya kita menjadi satu dengan-Nya.”</i> </span><span style="font-family: georgia;">Paus berharap surat ini akan mendorong tradisi keluarga dalam mempersiapkan gambaran kelahiran Kristus, juga di tempat-tempat lain, antara lain <i>“di tempat kerja, di sekolah, rumah sakit, penjara dan alun-alun kota.”</i> Sambil memuji imajinasi dan kreativitas yang menjadi hasil karya-karya indah sederhana ini, Paus Fransiskus berharap agar kebiasaan ini tidak akan pernah hilang <i>“dan bahwa, di mana pun kebiasaan itu telah tidak digunakan, hendaknya dapat ditemukan kembali dan dihidupkan kembali.”</i></span></div><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Paus Fransiskus mengingat asal usul gua Natal seperti yang disebut dalam Injil, <i>“Datang ke dunia ini, Anak Allah dibaringkan di tempat binatang diberi makan. Jerami menjadi alas tidur pertama dari Dia yang akan menyatakan diri-Nya sebagai ‘roti yang telah turun dari surga’. Gambaran kelahiran Yesus membangkitkan sejumlah misteri hidup Yesus dan mendekatkan misteri itu kepada kehidupan kita sehari-hari.”</i> Paus Fransiskus membawa kita kembali ke kota Greccio, Italia, yang dikunjungi Santo Fransiskus pada tahun 1223. Gua-gua kecil yang dilihatnya di sana mengingatkannya akan wilayah pedesaan Betlehem. <i>“Pada 25 Desember para biarawan dan penduduk setempat datang bersama-sama, membawa bunga dan obor. Ketika Fransiskus tiba, dia menemukan palungan penuh jerami, seekor lembu dan seekor keledai,”</i> demikian tulis Paus. Seorang imam merayakan Ekaristi di atas palungan, dengan <i>“menunjukkan ikatan antara Inkarnasi Anak Allah dan Ekaristi.” </i></div></span><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Paus mengatakan bahwa tradisi Gua atau Kandang Natal ini berawal dengan sangat sederhana, <i>“Beginilah bagaimana tradisi kita dimulai: bersama semua orang berkumpul dengan gembira di sekitar gua, tanpa jarak antara peristiwa asli dan mereka yang berbagi dalam misterinya... Dengan kesederhanaan tanda itu, Santo Fransiskus melakukan karya penginjilan yang hebat"</i>. Ajarannya berlanjut hingga hari ini <i>“untuk menawarkan cara yang sederhana namun autentik untuk melukiskan keindahan iman kita.” </i>Selain itu, Paus Fransiskus menjelaskan bahwa gua Natal sangat menyentuh kita karena itu menunjukkan kasih Allah yang lembut. <i>"Gambaran kelahiran telah mengundang kita untuk ‘merasakan’ dan ‘menyentuh’ kemiskinan yang ditanggung Anak Allah sendiri dalam Inkarnasi...Gambaran itu memanggil kita untuk menjumpai-Nya dan melayani-Nya dengan menunjukkan belas kasihan kepada saudara-saudari kita yang sangat membutuhkan.”</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div></span><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;">Dalam surat itu, Paus merefleksikan makna di balik unsur-unsur yang membentuk gambaran kelahiran Yesus. Dia mulai dengan latar belakang <i>“langit berbintang yang diselimuti kegelapan dan kesunyian malam.”</i> Kita berpikir ketika kita telah mengalami kegelapan malam, katanya, namun ternyata, Tuhan tidak meninggalkan kita. <i>“Kedekatan-Nya membawa terang di mana ada kegelapan dan menunjukkan jalan kepada mereka yang tinggal dalam bayang-bayang penderitaan.” </i>Paus kemudian menulis tentang panorama alam yang sering berupa reruntuhan atau bangunan kuno. Dia menjelaskan bagaimana reruntuhan ini adalah <i>“tanda nyata dari runtuhnya kemanusiaan, dari segala sesuatu yang pasti mengalami kehancuran, kerusakan, dan kekecewaan.”</i> Latar belakang yang indah ini menyampaikan pada kita bahwa Yesus telah datang <i>“untuk menyembuhkan dan membangun kembali, untuk memulihkan dunia dan hidup kita pada kemuliaan aslinya." </i>Beralih ke para gembala, Paus Fransiskus menulis bahwa, <i>“tidak seperti banyak orang lain, yang sibuk dengan banyak hal, para gembala menjadi yang pertama melihat hal yang paling penting dari semuanya: karunia keselamatan. Orang yang rendah hati dan miskinlah yang menyambut peristiwa Inkarnasi.”</i> Para gembala menanggapi Allah <i>“yang datang untuk menjumpai kita dalam Bayi Yesus dengan pergi menemui Dia dengan kasih, rasa syukur dan kekaguman.”</i> Kehadiran orang miskin dan kaum, menurut Paus, adalah pengingat bahwa <i>“Allah menjadi manusia demi mereka yang paling membutuhkan kasih-Nya dan yang meminta-Nya mendekat kepada mereka.”</i> Dari palungan, <i>“Yesus mewartakan, dengan cara yang lemah lembut namun kuat, perlunya berbagi dengan orang-orang miskin sebagai jalan menuju dunia yang lebih manusiawi dan bersaudara di mana tidak ada yang dikecualikan atau dipinggirkan.” </i>Lalu ada juga figur-figur yang tidak memiliki hubungan jelas dengan kisah Injil. Paus Fransiskus menulis, <i>“dari gembala ke pandai besi, dari tukang roti ke para musisi, dari perempuan yang membawa kendi air kepada anak-anak yang bermain: semua ini berbicara tentang kekudusan sehari-hari, kegembiraan melakukan hal-hal biasa dengan cara yang luar biasa.” </i>Paus kemudian berfokus pada tokoh-tokoh Maria dan Yusuf. <i>“Maria adalah seorang ibu yang merenungkan Anaknya dan menunjukkan-Nya kepada mereka yang datang mengunjungi-Nya,”</i> tulisnya. <i>“Di dalam dirinya, kita melihat Bunda Allah yang tidak menyimpan Anaknya hanya bagi dirinya sendiri, tetapi mengundang semua orang untuk mematuhi Sabda-Nya dan melaksanakannya.”</i> Santo Yusuf berdiri di sampingnya, <i>“melindungi Anak dan ibu-Nya.”</i> Yusuf adalah penjaga, orang yang adil, yang <i>“mempercayakan dirinya pada kehendak Allah, dan melaksanakannya.” </i>Refleksi mendalam juga disampaikan Paus saat berbicara mengenai bayi Yesus. <i>“Pada waktu kita menempatkan patung Bayi Yesus di palungan, adegan Natal tiba-tiba menjadi hidup... Tampaknya mustahil, tetapi itu benar: di dalam Yesus, Allah adalah seorang anak, dan dengan cara ini Dia ingin menyatakan keagungan kasih-Nya: dengan tersenyum dan mengulurkan tangan-Nya kepada semua orang.”</i> Natal memungkinkan kita untuk melihat dan menyentuh peristiwa unik dan tak tertandingi ini yang mengubah arah sejarah, <i>“tetapi itu juga membuat kita merenungkan bagaimana hidup kita menjadi bagian dari hidup Allah sendiri.” </i>Ketika Hari Raya Epifani mendekat, pada gambaran Gua atau Kandang Natal ditambahkan Tiga Raja. Paus menulis, <i>"Kehadiran mereka mengingatkan kita akan tanggung jawab setiap orang Kristiani untuk menyebarkan Injil... Orang Majus mengajarkan kepada kita bahwa orang-orang dapat datang kepada Kristus melalui jalan yang sangat panjang,”</i> tetapi ketika kembali ke negara mereka, mereka menceritakan kepada orang lain tentang perjumpaan yang menakjubkan ini dengan Mesias, <i>“sehingga mulailah penyebaran Injil di antara bangsa-bangsa.”</i></div></span><span style="font-family: georgia;"><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1sO1ouHDpxc-NhwRGIg4kIZ2CtadEfnymbObjyarKXO-DsyqeWDx4ti-gBLosSnvhQ56fC3ogMU6vR-lOj9r9YMeF-xE7nUjYdum3dTr1eHd8F3HQoNxoad05q9cEmp8viIqaUNmpK-4/s448/393636_2930322460100_2070181545_n.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="336" data-original-width="448" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1sO1ouHDpxc-NhwRGIg4kIZ2CtadEfnymbObjyarKXO-DsyqeWDx4ti-gBLosSnvhQ56fC3ogMU6vR-lOj9r9YMeF-xE7nUjYdum3dTr1eHd8F3HQoNxoad05q9cEmp8viIqaUNmpK-4/s320/393636_2930322460100_2070181545_n.jpg" width="320" /></a></div>Gambaran Gua atau Kandang Natal ini merupakan warisan iman yang sudah diajarkan oleh orangtua saya kepada saya. Beberapa tahun setelah membangun keluarga, saya mulai memasang Gua atau Kandang Natal ini di rumah saya... Inilah gambaran Gua atau Kandang Natal yang pertama kali saya pasang di rumah saya... Gambaran ini selalu mengingatkan saya akan tradisi yang diwariskan oleh orangtua saya setiap Natal tiba. Sekarang, sudah menjadi kewajiban saya bersama istri saya - sebagai orangtua untuk meneruskan warisan tradisi iman ini kepada anak saya. Inilah warisan tradisi iman yang harus diteruskan. Paus Fransiskus meneguhkan hal ini, Kenangan-kenangan pada saat berdiri di depan gua Natal saat kita masih kanak-kanak mengingatkan kita <i>“tentang kewajiban kita untuk membagikan pengalaman sukacita yang sama kepada anak-anak dan cucu kita.”</i> Tidak masalah bagaimana gua Natal itu disusun, <i>“yang penting adalah bahwa gambaran kelahiran Yesus itu berbicara kepada hidup kita.” </i>Paus Fransiskus mengakhiri surat itu dengan mengatakan, <i>“Gua Natal adalah bagian dari proses yang berharga namun menuntut untuk meneruskan iman. Dimulai sejak masa kanak-kanak, dan pada setiap tahap kehidupan kita, hal itu mengajarkan kita untuk merenungkan Yesus, untuk mengalami kasih Allah bagi kita, untuk merasakan dan percaya bahwa Allah beserta kita dan bahwa kita bersama Dia.”</i></div><div style="text-align: justify;"><i><br /></i></div><div style="text-align: justify;">Terima kasih sudah mau menyimak kisah tentang Gua atau Kandang Natal ini... Semoga kita semakin boleh menghayati hidup sebagai orang Katolik dengan berbagai macam tradisi iman yang kita miliki...</div></span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-48888270257461750082020-12-24T19:10:00.000+07:002020-12-24T19:10:29.620+07:00Catatan Penjaga Podjok: Pembelajaran Daring dan Pembinaan Karakter<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><div class="separator" style="clear: both; font-style: italic; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipo_PNvWTHCh35sHbBwimCJOhdWBjZEFpl1Z84ZldvCEImx0sXVg1gAG_AZr3kibhn2k96aO94JmqXqi0JjmltjHlsqewhVLoN9cy03wqwOAdWC9k8jcygfcXVi2VX5MzCDYMHhg8nIdY/s880/owl-computer-headphones-funny-laptop-notebook-device-technical-device-equipment.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="585" data-original-width="880" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipo_PNvWTHCh35sHbBwimCJOhdWBjZEFpl1Z84ZldvCEImx0sXVg1gAG_AZr3kibhn2k96aO94JmqXqi0JjmltjHlsqewhVLoN9cy03wqwOAdWC9k8jcygfcXVi2VX5MzCDYMHhg8nIdY/s320/owl-computer-headphones-funny-laptop-notebook-device-technical-device-equipment.jpg" width="320" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia; font-style: italic;"><i>"Adakah hubungan antara pembelajaran daring dan pembinaan karakter?"</i> </span><span style="font-family: georgia;">Sudah lama sebenarnya saya mencoba menelisik tema ini. Ketika menyelami proses pembelajaran daring ini, saya bertanya apakah ada peluang untuk membina karakter selama proses pembelajaran daring?</span></div></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Saya mengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Menurut mereka yang ahli dalam bidang pendidikan, pendidikan agama itu erat kaitannya dengan pendidikan karakter. </span><span style="font-family: georgia;">T. Ramli (2003) pernah mengatakan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) - juga dari agama - yang disebut sebagai <i>golden rule</i>. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikologi, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil, dan punya integritas. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri. Inilah yang menjadi pembicaraan seputar pendidikan karakter...</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Penanaman karakter ini kiranya tidak akan menjadi masalah jika pendidikan terjadi secara langsung - dalam arti guru dan murid berjumpa dalam satu lokalitas yang sama, baik tempat maupun waktu. Nah, pandemi Covid-19 ini membuat batasan dimana orang-orang tidak mudah berjumpa, apalagi membuat kerumunan dalam jumlah besar seperti sekolah. Kalau sudah begini, apakah pendidikan karakter lalu tidak bisa dilakukan? </span><span style="font-family: georgia;">Nah, mari kita ngobrol sebentar tentang hal ini...</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: georgia;">Sebagai pengampu mata pelajaran yang "berbau" moral, menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk menyelipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran daring. Ada doktrin yang selama ini berlaku tentang pendidikan karakter yang sulit terbantahkan, yaitu bahwa "pendidikan karakter itu hanya bisa terjadi melalui keteladanan..." Doktrin ini membuat saya sempat berpikir bahwa pendidikan karakter tidak mungkin terjadi dalam pembelajaran daring karena pembelajaran daring tidak mengenal perjumpaan secara langsung. Namun, saya tidak menyerah begitu saja. Masih saja pikiran saya nekad berpikir apa yang bisa saya lakukan untuk menyelipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran daring. </span><span style="font-family: georgia; text-align: left;">Kementerian Pendidikan Nasional sejak tahun 2011 telah memperkenalkan 18 nilai pendidikan karakter yang meliputi nilai </span><span style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;">Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat atau Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab. Kedelapanbelas nilai ini ditanamkan dengan cara mengitegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam seluruh kegiatan di sekolah. Sebagai bagian dari kegiatan sekolah, pembelajaran daring pun perlu mengintegrasikan nilai-nilai ini. </span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;">Dalam perjalanan waktu, saya menemukan beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menyelipkan pendidikan karakter dalam pembelajaran daring mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Terus terang, saya tidak bisa menanamkan semua nilai dalam pembelajaran daring, namun ada beberapa nilai yang bisa diserempetkan sedikit untuk dihayati. Ini beberapa contohnya...</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><b><br /></b></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><b>Disiplin</b>. Bagaimana saya mencoba mengajak siswa-siswi saya untuk menghayati nilai ini? Saya memakai Daftar Hadir Online untuk menanamkan nilai ini. Untung saya mengajar di SMK. SMK katanya adalah terminal bagi mereka yang ingin langsung merasakan dunia kerja. Nah, Daftar Hadir Online ini saya gunakan untuk melatih siswa-siswi saya menghayati nilai disiplin. Besok, ketika bekerja, salah satu hal yang paling menentukan adalah kehadiran. Dalam pembelajaran daring, saya melatih murid-murid saya untuk disiplin dalam kehadiran. Mereka saya ajak untuk mengisi Daftar Hadir Online tepat waktu. Link Daftar Hadir Online pun saya bagikan saat jam pembelajaran berlangsung agar mereka terkondisikan untuk mengisi tepat waktu. Sejak awal tahun pelajaran, saya sudah mengatakan pada mereka bahwa nilai kehadiran meliputi 75 % dari seluruh proses. Artinya, dengan mengisi Daftar Hadir Online tepat waktu, mereka secara otomatis sudah meraih 75 % dari nilai mereka. Inilah penghargaan saya terhadap siswa-siswi saya yang disiplin...</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="text-align: left;"><span style="font-family: georgia;"><b>Mandiri</b>. Jelas bahwa pembelajaran daring sangat memerlukan sikap mandiri. Dalam proses pembelajaran jarak jauh, saya cenderung memberikan kebebasan kepada siswa-siswi saya. Kebanyakan, tugas saya berikan dalam jangka waktu tertentu, bisa seminggu atau dua minggu. Bahkan, ulangan, kalau bentuknya esai, saya juga akan memberikan waktu paling tidak lima hari. Saya berpikir bahwa kebebasan akan membuat seseorang menjadi lebih mandiri. </span></span><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Seorang kawan pernah menulis, </span><i style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Pada akhirnya, dalam setiap model pembelajaran jarak jauh, semakin banyak hal tergantung pada diri kita sendiri: apakah mau mendengarkan penjelasan dosen atau mengabaikannya. Apakah kita merasa butuh untuk mengerti materi itu atau tidak. Inilah kelemahan yang sekaligus menjadi kekuatan kelas daring. Kekuatan, karena ia memberi tantangan kepada kita untuk berani menentukan prioritas: mana yang penting, mana yang tidak. Kemampuan memilah seperti ini, menurut saya, merupakan keterampilan yang bakal semakin relevan di zaman banjir informasi ini."</i><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"> (Tri Joko Her Riadi. </span><a href="https://bukusakuwartawan.wordpress.com/2020/06/12/sebuah-surat-terbuka-tentang-kelas-kita-pandemi-harari-orang-orang-komunis-dan-hal-hal-lain-yang-akan-datang/?fbclid=IwAR0r3ah5pMZ4CWzauddsMsIf2fbuJpFN_oy4WLt_-6EhPgTB3nUjP5NuFLA" style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Sebuah Surat Terbuka Tentang Kelas Kita, Pandemi, Harari, Orang-orang ‘Komunis’, dan Hal-hal Lain yang Akan Datang"</a><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">). Dengan kebebasan yang ada selama pembelajaran daring, sebenarnya secara tidak langsung saya sudah menanamkan nilai kemandirian.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><b>Jujur</b>. Nilai kejujuran selama pembelajaran daring saya bangun dengan cara memberikan kesempatan kepada seluruh siswa-siswi saya untuk menggunakan berbagai alat dan media yang mereka miliki dalam mengerjakan ulangan. Setiap ulangan, bahkan sampai Penilaian Akhir Semester, selalu menggunakan metode pengerjaan soal open book. Saya tahu diri bahwa saya tidak bisa mengendalikan siswa-siswi saya sepenuhnya. Oleh karena itu, daripada mereka curi-curi kesempatan untuk berbuat curang, mending sekalian saja kanal saya buka agar mereka bisa berlaku jujur dalam mengerjakan soal. Hanya saja memang harus agak berpikir bagaimana membuat soal yang tingkat kesulitannya tidak hanya hapalan tetapi harus sampai kepada analisis ☺ </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><b>Kerja Keras</b>. Selama pembelajaran daring, saya mengajak siswa-siswi saya untuk bekerja keras. Ada sekitar 5 sampai 7 tugas yang harus dikumpulkan selama semester yang lalu. Batas waktu pengerjaan tugas ini bervariasi, antara satu sampai dua minggu. Jika tidak mau terbebani dan menumpuk di akhir, setiap siswa harus secara rutin mengerjakan tugas mereka. Ketekunan mengerjakan tugas dan mengumpulkan tepat waktu menjadi kunci. Bukankah untuk tekun dan tepat waktu butuh kerja keras bagi mereka yang tidak terbiasa?</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><b>Rasa Ingin Tahu dan Gemar Membaca</b>. Bagaimana saya berusaha membangkitkan rasa ingin tahu dan gemar membaca pada siswa-siswi saya? Selama pembelajaran daring, sudah saya sampaikan di postingan sebelumnya bahwa saya menggunakan Google Sites. Inilah media yang saya pakai untuk menanamkan nilai tersebut. Dengan materi yang saya posting di sana, siswa-siswi yang ingin maju saya paksa untuk membaca teks. Membaca teks panjang bagi anak sekarang memang tidak mudah. </span><span style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Berdasarkan laporan PISA yang baru rilis, Selasa 3 Desember 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara.</span></span><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"> Posisi Indonesia yang berada di ekor peringkat ini menunjukkan bahwa rasa ingin tahu dan gemar membaca masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi dunia pendidikan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><b>Komunikatif</b>. Nilai ini sebenarnya sangat mungkin ditanamkan dalam pembelajaran daring karena komunikasi dalam pembelajaran daring terjadi secara personal. Saya mencoba membangun penghayatan akan nilai ini melalui Catatan Pembelajaran yang saya buat pada tengah semester dan akhir semester. Catatan Pembelajaran merupakan lembar berisi data pembelajaran siswa mulai dari kehadiran, tugas, ulangan, dan saran masukan dari guru. Kehadiran Catatan Pembelajaran ini sangat istimewa bagi saya karena melalui catatan ini, saya semakin bisa melihat siswa-siswi saya secara unik, personal, dan tidak lagi secara klasikal. Dengan memberi Catatan Pembelajaran, saya berharap agar murid-murid saya bisa semakin maju dan berkembang dalam menghayati karakter baik yang ditawarkan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><b>Tanggung Jawab</b>. Nilai ini bagi saya menjadi muara dari pendidikan karakter. Tanggung jawab merupakan kemampuan untuk menerima segala konsekuensi atas segala tindakan yang telah diputuskan dan dilakukan. Tanggung jawab merupakan konsekuensi sekaligus kontrol dari kebebasan. Bagi saya, nilai ini yang menjadi tujuan akhir pendidikan karakter, yaitu membentuk manusia yang bertanggungjawab. Segala macam nilai yang ditanamkan itu akhirnya akan membangun rasa tanggung jawab. Tanggung jawab ini merupakan tanda bahwa seorang manusia sudah beranjak menjadi dewasa. Dalam diri murid saya, nilai tanggung jawab ini saya lihat melalui proses dan tidak instan. Saya sendiri meyakini bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil. </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;"><br /></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Saya menyadari bahwa perjuangan untuk membina karakter tidak akan bisa langsung dirasakan manfaatnya. Sama seperti pendidikan, karakter tidak akan langsung terlihat hasilnya. Selama pembelajaran daring, saya sendiri cenderung mencoba menghayati apa yang dikatakan oleh Pak Nadiem Makarim dengan istilah merdeka belajar. Mengapa begitu? Saya sadar bahwa saya tidak bisa sepenuhnya mengontrol dan mengendalikan siswa-siswi saya. Kendali saya hanya sebatas jam pembelajaran yang diberikan kepada saya. Oleh karena itu, saya memanfaatkan jam pembelajaran itu sebagai wahana untuk menanamkan karakter baik kepada siswa-siswi saya. Di luar itu, saya hanya bisa menghimbau. Satu yang menjadi pegangan saya, yaitu sabda Yesus yang mengatakan, <i>"Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka"</i> (Mat 7:17-20). Inilah yang saya nasehatkan kepada siswa-siswi saya di akhir semester gasal kemarin. <i>"Ibarat mengelola tanaman, ini adalah masa panen. Hasil panen merupakan cerminan bagaimana selama ini kita mengelola dan merawat tanaman kita. Oleh karena itu, apa yang kalian dapatkan ini merupakan cerminan dari usaha kalian. Fungsi saya adalah membantu kalian merawat tanaman yang dipercayakan kepada kalian. Semoga ke depan kalian semakin bisa mengusahakan tanaman yang dipercayakan kepada kalian dengan semakin baik."</i> Terima kasih sudah mau berproses menghidupi nilai-nilai karakter selama pembelajaran daring... Berkah Dalem.</span></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-78933448196342989532020-08-01T05:27:00.002+07:002020-08-01T05:31:51.643+07:00Catatan Penjaga Podjok: Mengelola Kelas Daring #3<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRRws_x7DfLckogAu2IpSO5F76xidkfrYDX9om3iCjCKEggC95hyphenhyphenoCiie3JZXTAPbBntO2r1vxADMMbcwABGUMLlN9-y_yYQgyklQvQ1TqBkiiXxZYRIfLxNvG_kxgl7DevxGOsu_GZIA/s1600/boy-girl-children-computer-learning-education-laptop-collaboration-thumbnail.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="253" data-original-width="338" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRRws_x7DfLckogAu2IpSO5F76xidkfrYDX9om3iCjCKEggC95hyphenhyphenoCiie3JZXTAPbBntO2r1vxADMMbcwABGUMLlN9-y_yYQgyklQvQ1TqBkiiXxZYRIfLxNvG_kxgl7DevxGOsu_GZIA/s320/boy-girl-children-computer-learning-education-laptop-collaboration-thumbnail.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tahun pelajaran yang baru telah dimulai dan tampaknya kebijakan Belajar dari Rumah masih akan dilakukan untuk waktu yang agak lama. Dilansir dari KOMPAS.com, pemerintah telah memutuskan untuk kembali membuka sekolah di kabupaten/kota yang termasuk dalam golongan zona hijau Covid-19. Nadiem menyebut bahwa tahun ajaran baru 2020/2021 akan dimulai sekitar pertengahan Juli 2020. Zona hijau, kuning, oranye, dan merah Hingga 15 Juni 2020, pihaknya mengatakan bahwa ada 94 persen peserta didik yang tinggal di 429 kabupaten/kota zona kuning, oranye, dan merah. Para peserta didik di dalam tiga zona ini tetap wajib mengikuti pembelajaran namun melalui metode jarak jauh (PJJ). Adapun 6 persen peserta didik yang berada di 85 kabupaten/kota yang masuk dalam zona hijau Covid-19 bisa melakukan pembelajaran tatap muka. Namun untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran tatap muka di zona hijau, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Pertama, lokasi sekolah tersebut harus berada di zona hijau. Kemudian, mengantongi izin dari Pemerintah Daerah dan kantor wilayah/kantor Kementerian Agama setempat. Ketiga, pemenuhan oleh satuan pendidikan terhadap seluruh daftar protokol kesehatan dan siap melakukan pembelajaran tatap muka. Terakhir, orang tua/wali murid menyetujui anaknya untuk melakukan pembelajaran tatap muka. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Melansir Keputusan Bersama dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri, berikut adalah tahapan pembukaan kembali sekolah: Tahap I: SMA, SMK, MA, MAK, SMTK, SMAK, Paket C, SMP, MTs, Paket B Tahap II dilaksanakan dua bulan setelah tahap I: SD, MI, Paket A, dan SLB Tahap III dilaksanakan dua bulan setelah tahap II: PAUD formal (TK, RA, TKLB) dan non formal Namun, ditambahkan pula catatan, begitu ada penambahan kasus atau level risiko daerah naik, maka satuan pendidikan diwajibkan untuk menutup kembali pembelajaran tatap muka tersebut. Adapun pembelajaran tatap muka di zona hijau sendiri terdiri atas dua fase, yaitu fase transisi dan normal baru. Mengutip Harian Kompas, 16 Juni 2020, waktu paling cepat untuk memenuhi kesiapan di jenjang SMA, SMP, dan sederajat untuk fase transisi adalah Juli 2020 dan fase normal baru pada September 2020. Sedangkan waktu paling cepat untuk memenuhi kesiapan fase transisi jenjang SD, MI, Paket A, dan SLB adalah September 2020 dan normal baru pada November 2020. Kemudian, waktu paling cepat untuk memenuhi kesiapan fase transisi pada jenjang PAUD formal dan non formal adalah November 2020 dan normal baru pada Januari 2021.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Menghadapi kenyataan bahwa sekolah masih harus tutup, namun pembelajaran tetap harus berjalan, Penjaga Podjok pun menyiapkan sebuah alat bantu yang semoga bisa digunakan oleh siswa-siwi untuk melakukan pembelajaran mandiri terbimbing. Dan inilah alat bantu yang disiapkan oleh Penjaga Podjok untuk melaksanakan kelas daring, yaitu tiga situs </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">berisi materi pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tingkat SMA dan SMK dengan rincian:</span></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<ol><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">
<li><span style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;">
Situs berjudul "Aku dan Imanku seturut Ajaran Gereja Katolik" bisa diakses melalui link <a href="https://sites.google.com/view/kelasxdaringruangpodjokskaga">https://sites.google.com/view/kelasxdaringruangpodjokskaga</a></div>
</span></li>
<li><div style="text-align: justify;">
Situs berjudul "Hidup dalam Gereja Katolik" bisa diakses melalui link <a href="https://sites.google.com/view/kelasxidaringruangpodjokskaga">https://sites.google.com/view/kelasxidaringruangpodjokskaga</a> </div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Situs berjudul "Hidup dalam Masyarakat" bisa diakses melalui link <a href="https://sites.google.com/view/kelasxiidaringruangpodjokskaga">https://sites.google.com/view/kelasxiidaringruangpodjokskaga</a> </div>
</li>
</span></ol>
</div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: justify;">
</span>
<div style="text-align: justify;">
<span style="text-align: justify;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Alat bantu berisi materi pembelajaran ini diharapkan dapat diakses oleh siswa-siswi di manapun dan kapanpun mereka sempat belajar. Situs yang difasilitasi oleh </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Google ini ingin mengajak </span></span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">siswa-siswi Katolik SMK Negeri 3 Surakarta untuk</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> mengembangkan kemampuan literasi mereka. Sesuai yang digaungkan oleh pemerintah melalui program "Belajar dari Rumah" yang ditayangkan oleh TVRI, Penjaga Podjok juga ingin agar pembelajaran yang dilakukan oleh siswa-siswi dari rumah akan semakin meningkatkan kemampuan literasi, numerasi dan karakter peserta didik. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selain digunakan oleh siswa-siswi SMK Negeri 3 Surakarta, link situs ini juga dibagikan oleh Penjaga Podjok melalui grup WhatsApp MGMP Pendidikan Agama Katolik SMK Cabang Dinas Wilayah VII Propinsi Jawa Tengah. Harapannya, semakin banyak guru Agama Katolik dan siswa-siswi Katolik SMK yang terbantu dalam melakukan pembelajaran Agama Katolik dari rumah. Inilah yang bisa dilakukan oleh Penjaga Podjok untuk tetap mendampingi siswa-siswi untuk belajar dari rumah... Semoga ada sedikit manfaatnya, tidak hanya bagi Penjaga Podjok dan siswa-siswinya, tetapi juga guru-guru Agama Katolik yang lain beserta siswa-siswi yang mereka layani... Salam... Berkah Dalem</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Daftar Pustaka:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Vina Fadhrotul Mukaromah. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">"Sekolah Akan Kembali Dibuka, Simak Waktu dan Tahapan dari Kemendikbud" dalam https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/16/113000365/sekolah-akan-kembali-dibuka-simak-waktu-dan-tahapan-dari-kemendikbud?page=all.</span></div>
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-6172136325615996192020-06-19T12:44:00.005+07:002020-06-19T12:49:34.458+07:00Menyelami Liturgi yang Mengubah Kehidupan<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdXZFh_aapS6xGfT50R5y1MQsnSqPdPeWHTbYGBstPcAvfIRLCGjHIE5KT1cR9OSaTrdosXWtlWBtjvnTysMkDNGltBIUXNcwT0WBY-ZLDfd5HtjO6SAWhjL4nqGDu6KOwLS_hk2BTHJY/s1600/bkl-hari-2.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="914" data-original-width="1280" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdXZFh_aapS6xGfT50R5y1MQsnSqPdPeWHTbYGBstPcAvfIRLCGjHIE5KT1cR9OSaTrdosXWtlWBtjvnTysMkDNGltBIUXNcwT0WBY-ZLDfd5HtjO6SAWhjL4nqGDu6KOwLS_hk2BTHJY/s320/bkl-hari-2.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ini merupakan hal baru yang sangat pantas disyukuri. Baru kali ini rasanya Ruang Podjok mengalami Pendalaman Bulan Katekese Liturgi. Pandemi Covid-19 malah memungkinkan pendalaman itu terjadi. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selama hampir 9 tahun berjaga di Ruang Podjok, Penjaga Podjok merasa belum pernah mengadakan pendalaman Bulan Katekese Liturgi karena biasanya bulan Mei sudah masuk bulan-bulan akhir pembelajaran sehingga tidak dimungkinkan untuk diadakan pertemuan siswa. Tahun ini, karena wabah, pendalaman malah bisa dilakukan. Pendalaman Bulan Katekese Liturgi kali ini dilakukan secara daring melalui wadah Whatsapp Grup Kerohanian Katolik SMK Negeri 3 Surakarta. Pendalaman kali ini menjadi selingan di antara pembelajaran daring yang dilakukan. Seminggu sekali, siswa-siswi diajak untuk menyelami bahan pendalaman yang ditawarkan. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tema Bulan Katekese Liturgi tahun ini adalah Ekaristi, Sumber Transformasi Hidup. Tema ini sebenarnya ingin menyiapkan umat untuk menyongsong Kongres Ekaristi Keuskupan Agung Semarang dan Kongres Ekaristi Internasional yang sedianya dilaksanakan pada tahun ini. Namun, karena situasi pandemi, tampaknya acara tersebut akan dijadwalkan ulang. Selama 31 hari di bulan Mei, seluruh umat Keuskupan Agung Semarang diajak untuk mendalami berbagai hal seputar liturgi, terutama Ekaristi. Inilah ringkasan bahan pendalaman yang bisa disajikan.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 1:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Renungan hari ini mau mengatakan bahwa Ekaristi yang diikuti oleh umat beriman seharusnya berdampak pada hidup sehari-hari. Seperti apa yang dilakukan keluarga Pak Tarjo itu merupakan buah-buah dari Ekaristi yang diikutinya. Salah satu ajaran Gereja Katolik menyatakan, <i>"Apa yang diterima umat dengan iman dan secara sakramental dalam Perayaan Ekaristi harus memberikan dampak nyata dalam tingkah laku mereka...Dengan demikian, setiap orang yang mengambil bagian dalam Perayaan Ekaristi haruslah penuh gairah ingin berbuat baik, menyenangkan Allah dan hidup pantas sambil membaktikan diri kepada Gereja, melaksanakan apa yang diajarkan kepadanya,dan bertumbuh dalam kesalehan.."</i> (Dokumen <i>Eucharistium Mysterium</i> no. 13. 25 Mei 1967)</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 2:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Renungan hari ini mengajak kita mendalami berbagai macam devosi Ekaristi: Adorasi, Prosesi dan Kongres. <b>Adorasi Ekaristi</b> itu yang biasa kita ikuti setelah Misa Jumat Pertama pas pentahtaan Sakramen Mahakudus. <b>Prosesi Sakramen Mahakudus</b> itu perarakan Sakramen Mahakudus dari satu tempat ke tempat lain dalam rangka pemberkatan. <b>Kongres Ekaristi</b> itu adalah pertemuan para klerus (mereka yang menerima Tahbisan) dan awam dalam Gereja Katolik untuk mendalami, menghidupi dan menghayati Ekaristi melalui devosi, ajaran-ajaran, ceramah dan diskusi. Kongres Ekaristi ini bisa dalam skala internasional, nasional atau keuskupan. Dalam skala internasional, utusannya dari negara-negara. Kalau skala Nasional, utusannya dari keuskupan-keuskupan. Kalau skalanya Keuskupan, utusannya dari paroki-paroki.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 3:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita merayakan Hari Minggu Panggilan yang dirayakan pada Minggu Paskah IV. Hari Minggu Panggilan ini dicetuskan oleh Paus Paulus VI pada tahun 1963. Pada Hari Minggu ini, kita diajak untuk berdoa bagi suburnya panggilan pelayan Gereja, terutama imam,bruder dan suster. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Renungan hari ini mau mengatakan bahwa semua panggilan itu pada dasarnya adalah jalan menuju kekudusan. Maka, apapun panggilan yang dipilih (menjadi imam, bruder, suster, atau bapak ibu keluarga) adalah panggilan yang suci. Konsili Vatikan II mengajarkan, <i>"...bahwa semua orang Kristiani,bagaimanapun status dan corak hidup.mereka,dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani dan kesempurnaan cinta kasih... Kekudusan itu dengan aneka cara terungkapkan pada masing-masing orang, yang dalam corak hidupnya menuju kesempurnaan cinta kasih dengan memberi teladan baik kepada sesama."</i> (Dokumen <i>Lumen Gentium</i> no. 39-40)</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 4:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk merenungkan Ekaristi yang menumbuhkan semangat persaudaraan di antara kita. Ekaristi membangun kebersamaan di antara kita karena Ekaristi pertama-tama menunjukkan dimensi persekutuan umat beriman. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Lalu bagaimana Ekaristi menampakkan kebersamaan di tengah wabah seperti ini dimana saat ini kita kan tidak boleh berkumpul? Pada dasarnya, Ekaristi itu menyatukan umat apapun kondisinya. Dalam situasi seperti ini, kebersamaan umat dihayati dalam keluarga masing-masing. Keluarga seringkali disebut Gereja Mini atau <i>ecclesia domestica</i>. Keluarga sebagai Gereja Mini menghadirkan seluruh Gereja di dunia dalam bentuknya yang paling konkret dan sederhana. Dalam keluarga yang merayakan Ekaristi secara online atau lewat tayangan, dimensi kebersamaan ini tetap tampak dalam keluarga. Selain itu, kebersamaan juga dihayati dalam kesatuan bersama keluarga-keluarga lain yang juga ikut merayakan Ekaristi secara online.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 5:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk merenungkan hubungan Ekaristi dan Evangelisasi.Evangelisasi adalah tindakan mewartakan kabar gembira.Ekaristi dihayati sebagai peristiwa yang menggerakan dan memberi semangat kepada umat untuk mewartakan kabar gembira. Setelah dikuatkan dengan sabda dan roti dalam Ekaristi, kita pun diutus untuk mewartakan kabar gembira.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 6:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak bercermin dari apa yang dialami para rasul. <i>"Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan"</i> (Kis 2:42-47). Ekaristi membawa sukacita, kepedulian dan semangat berbagi.Kepedulian dan semangat berbagi ini kita lakukan secara konkret melalui kolekte. Sebagian dari kolekte kita setiap Minggu dikhususkan untuk membantu orang miskin yang disebut Dana Papa Miskin atau Danpamis.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 7:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk merenungkan Liturgi sebagai peristiwa yang membawa semangat dalam hidup. Artinya,Liturgi itu harus memberikan kekuatan dalam hidup kita. Dokumen <i>Sacrosanctum Concillium</i> no. 10 menyatakan bahwa Liturgi itu merupakan puncak dan sumber kehidupan dan kegiatan Gereja. Oleh karena itu, kita sebagai umat beriman diajak mengarahkan hidup dan menimba kekuatan hidup dari liturgi. Inilah mengapa kita selalu diundang untuk merayakan Ekaristi Hari Minggu. Ekaristi Hari Minggu menjadi saat untuk mempersembahkan seluruh jerih payah kehidupan dari hari Senin-Sabtu serta saat untuk memohon berkat untuk hari Senin-Sabtu berikutnya. Kalau kita tidak mengikuti Ekaristi di Hari Minggu bagaimana kita mempersembahkan dan menimba kekuatan untuk hidup kita?</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 8:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk bersyukur atas Lingkungan yang menjadi bagian hidup kita. Lingkungan merupakan persekutuan yang dibentuk oleh keluarga-keluarga yang tinggal di lokasi yang berdekatan. Lingkungan merupakan perwujudan yang paling nyata Gereja sebagai satu Tubuh. Keluarga merupakan Gereja Mini. Gereja-gereja Mini itu membentuk persekutuan paguyuban yang mewujud nyata dalam Lingkungan. Semoga Lingkungan kita semakin guyub dan dijiwai oleh Ekaristi yang kita ikuti setiap kali.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 9:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk belajar bagaimana Liturgi membantu kita untuk memiliki hidup rohani yang semakin baik. Prosesnya memang tidak bisa instan. Harus sedikit demi sedikit.Maka Gereja Katolik itu sangat menghargai proses. Lihat saja bahwa setiap pertumbuhan rohani umat selalu mengutamakan proses. Mau menikah ya harus pacaran,kursus perkawinan dan penyelidikan kanonik. Mau menerima sakramen-sakramen ya harus ada persiapan dulu. Inilah yang diajarkan Gereja bahwa semua itu ada prosesnya.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 10 dan 11</b>:</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Dua hari ini kita diajak menyelami Kongres Ekaristi. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pada hari ke-10, kita diajak mendalami tema Kongres Ekaristi Internasional Tahun 2020 yang sedianya akan dilaksanakan di Budapest. Namun,berita terakhir menyatakan bahwa Tahta Suci telah memutuskan untuk menunda pelaksanaan kongres itu karena wabah Covid-19. Tema kongres itu ingin mengajak kita kembali menyadari bahwa Ekaristi adalah sumber hidup dan kekuatan untuk menjalankan misi atau perutusan bagi orang Katolik. Jadi, dalam Ekaristi,kita diajak untuk menimba kekuatan hidup dan perutusan. Kongres Ekaristi Internasional sudah diadakan sejak tahun 1881. Kongres Ekaristi pertama diadakan di Perancis dan digagas oleh seorang awam perempuan bernama Emile Tamisier. Kongres itu awalnya diadakan setahun sekali. Namun, dalam perkembangan waktu menjadi 2 tahun sekali, 3 tahun sekali dan akhirnya menjadi 4 tahun sekali sampai sekarang.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pada hari ke-11, kita diajak mendalami Kongres Ekaristi Keuskupan. Kongres Ekaristi Keuskupan diadakan pada tahun 2008 di Ambarawa dan digagas oleh Romo Pujasumarta yang saat itu menjadi Vikjen KAS. Kongres Ekaristi Keuskupan memang diadakan untuk memeriahkan gema Kongres Ekaristi Internasional yang juga diadakan pada tahun yang sama.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Inilah salah satu hal yang bagi saya membuat bangga sebagai orang Katolik. Orang Katolik itu jaringannya internasional di bawah satu komando. Untunglah kita punya Petrus dan para pengganti-penggantinya...</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 12:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita masih diajak untuk mendalami sejarah Kongres Ekaristi Keuskupan. Sampai saat ini, Keuskupan Agung Semarang sudah pernah mengadakan 3 kali kongres: 2008, 2012, dan 2016. Rencananya tahun ini akan ada kongres lagi. Namun,karena wabah ini, sejauh saya dengar belum ada keputusan lagi. Semoga Kongres Ekaristi yang sudah dan akan berlangsung boleh membuat kita, umat Keuskupan Agung Semarang, semakin mencintai Ekaristi.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 13:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak merenungkan tema Kongres Ekaristi Keuskupan IV yang menyatakan bahwa Roh Kudus yang satu dan sama itu memberi karunia yang berbeda-beda tetapi itu semua demi kepentingan Gereja. Syukur karena kita boleh menyadari bahwa perbedaan itu justru akan membawa kepada kebaikan.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 14:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk belajar dua hal yang agak sulit,yaitu Gnostisisme dan Pelagianisme. Ini adalah paham yang pernah berkembang melawan Gereja saat Gereja Katolik masih muda pada abad-abad pertama. Sekarang, berkembang paham yang baru tentang dua hal itu. Gnostisisme baru merupakan sikap dan pandangan bahwa keselamatan dan kesucian dapat dicapai melalui ilmu yang dipelajari oleh diri sendiri dan tidak memerlukan praktek kasih kepada sesama. Pelagianisme baru merupakan pandangan bahwa keselamatan dapat dicapai dengan perbuatan baik dari manusia saja tanpa bantuan rahmat Allah. Dua hal ini merupakan gejala masyarakat modern yang dilihat oleh Paus Fransiskus. Dua hal ini disampaikan dalam dokumen <i>Gaudete et Exultate</i>.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 15:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk merenungkan istilah <i>Ars Celebrandi</i>. Istilah ini digunakan untuk menerangkan bagaimana kita seharusnya merayakan liturgi. Dengan istilah ini,kita disadarkan bahwa liturgi tidak sama dengan aktivitas biasa yang lain. Liturgi merupakan aktivitas yang berhubungan dengan Allah. Maka,perlu penghayatan yang khusus. Kita diarahkan dengan istilah Ars Celebrandi ini. Contoh penghayatan yang mengikuti <i>Ars Celebrandi</i> itu termasuk tidak membuka aplikasi hape saat Ekaristi berlangsung atau membuka aplikasi lain saat Misa Online. Saya sendiri sering merasa terganggu dan risih melihat orang yang membuka aplikasi di ponsel saat Misa di Gereja. Harus disadari bahwa kita memang senang membuka hape - apalagi WA - tapi semoga kita bisa belajar menahan diri. Bukan berarti saya lebih baik, tapi ini merupakan usaha untuk menghayati Perayaan Liturgi dengan baik.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 16:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak merenungkan bagaimana kita mengembangkan musik liturgi. Bagi siswa-i yang aktif dalam kelompok koor, perlu diperhatikan bahwa jangan sampai lagu yang dipilih dan dinyanyikan menyulitkan umat untuk ikut bernyanyi. Seperti kata Paus Fransiskus, koor itu melayani umat dalam berliturgi. Silakan melihat link berikut: <a href="https://penakatolik.com/2018/11/26/paus-minta-koor-membantu-umat-bernyanyi-bukan-mengganti-suara-umat/">Paus minta koor membantu umat bernyanyi, bukan mengganti suara umat</a> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 17:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita masih diajak untuk merenungkan tentang musik liturgi. Yang dibahas kali ini adalah nyanyian Liturgi. Kita diajak untuk sadar bahwa ada 4 hal penting dalam memilih nyanyian liturgi. Ini penting juga bagi kalian yang tergabung dalam kelompok paduan suara. Semoga dengan renungan malam ini kita boleh semakin sadar bahwa perayaan liturgi merupakan ajang pelayanan kelompok paduan suara dan bukan ajang untuk mencari popularitas atau pujian.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 18:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita masih diajak untuk merenungkan bahwa Perayaan Ekaristi bukan pertunjukan. Dasarnya adalah <i>Ars Celebrandi</i> atau Seni Merayakan Liturgi.Ekaristi bukan One Man Show atau A Group Show. Ekaristi adalah perayaan seluruh umat, bahkan seluruh Gereja. Semoga kita boleh terus menyadari hal ini.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 19:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk merenungkan Ekaristi sebagai ungkapan Syukur. Jadi,inti dari Ekaristi adalah syukur. Maka,Gereja Katolik memandang Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan umat beriman. Dalam Ekaristi, umat diajak untuk mensyukuri segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya sekalipun kadangkala ada yang tidak menyenangkan. Dalam Ekaristi,kita satukan segala hal yang terjadi dalam hidup kita dan kita syukuri.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 20:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk merenungkan Busana dan Ruang Liturgi. Busana Liturgi merupakan pakaian khusus yang dipakai untuk merayakan liturgi, sedangkan Ruang Liturgi adalah tempat khusus untuk merayakan liturgi. Saya masih ingat bahwa dulu busana liturgi tidak boleh digunakan sembarangan, sekalipun oleh mereka yang sedang menjadi calon imam. Kasula dan stola seorang imam tidak boleh dikenakan oleh para frater yang belum menerima tahbisan. Ruang Liturgi juga menjadi tempat yang dikhususkan untuk kegiatan liturgi. Oleh karena itu,selama wabah Corona ini, setiap kali kita merayakan Ekaristi di rumah, kita diajak untuk mengikuti dari tempat yang pantas supaya Ruang Liturgi bisa tercipta.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 21:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk merenungkan salah satu bagian dari Perayaan Ekaristi, yaitu Pengantar. Dalam buku disebutkan bahwa pengantar Ekaristi itu harus singkat dan tidak boleh panjang-panjang. Fungsinya memang hanya mengantar umat untuk masuk dalam inti perayaan. Maka, tidak boleh mendominasi. Semoga para pemuka jemaat juga belajar agar kalau memberi pengantar juga tidak usah panjang-panjang,secukupnya saja.</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> Sejalan dengan pendalaman hari ke-21 itu, Paus Fransiskus pernah juga mengatakan agar homili juga tidak bertele-tele. Silakan melihat link berikut: <a href="https://www.hidupkatolik.com/2019/02/16/32124/pesan-paus-kepada-para-imam-jaga-homili-singkat-tidak-lebih-dari-10-menit/">Pesan Paus kepada Para Imam "Jaga Homili Singkat, Tidak Lebih dari 10 Menit!"</a> </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kalau pengantarnya saja sudah panjang,bisa jadi homilinya akan lebih panjang lagi.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 22:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita masih diajak merenungkan hakikat Perayaan Ekaristi.Ekaristi merupakan perayaan kurban Kristus untuk keselamatan manusia. Oleh karena itu,tidak boleh ada tujuan lain yang "menggeser" makna Ekaristi. Jika memang ada "tujuan khusus," harus dilakukan dengan cara yang sesuai dengan tatacara yang digariskan oleh Gereja Katolik. Kalau misalnya ada Misa untuk Penggalangan Dana, tujuan itu harus disampaikan secara pantas dan elegan, misalnya diumumkan Minggu sebelumnya supaya tidak "mengganggu" hakikat Ekaristi.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 23:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk belajar tentang bentuk pewartaan verbal yang termasuk pewartaan mimbar, yaitu Homili dan Kotbah. Dalam Buku Panduan Bulan Katekese Liturgi, sudah dipaparkan perbedaan antara Homili dan Kotbah. Semoga kita terbantu untuk lebih menghayati iman kita, terutama dalam kegiatan liturgi.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 24:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk merenungkan penggunaan teknologi dalam Ekaristi. Hal ini sangat lazim kita lakukan saat wabah ini terutama ketika kita mengikuti Misa Online atau Live Streaming.yang jelas, ketika ikut Misa Online, sikap harus seperti ikut Misa Langsung, tidak boleh "nyambi" WA-nan, Youtube-an, ngobrol, gojek dan sebagainya. Dalam wabah ini, kita diajak untuk semakin dewasa dalam beriman. Karena kalau tidak mengikuti Perayaan liturgi, tidak ada orang lain yang menegur. Kontrolnya adalah diri sendiri. Yang ingin tahu bagaimana menghayati Misa Online bisa membuka kembali link ini: <a href="http://kerohaniankatolikskaga.blogspot.com/2020/04/misa-online-cara-baru-menghayati.html?m=1">Misa Online Cara Baru Menghayati Warisan Tradisi?</a> </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Saya ingin membagikan apa yang pernah saya tulis. Sekedar berbagi penghayatan Misa Online.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 25:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Renungan Bulan Katekese Liturgi hari ini berbicara mengenai bagaimana Ekaristi mempererat persaudaraan. Bicara mengenai persaudaraan,memang secara nyata terlihat saat kita bisa berkumpul. Kardinal Darmoyuwono pernah mengatakan seperti yang disampaikan dalam renungan hari. Pertanyaan kemudian adalah bagaimana kita mempererat persaudaraan kita saat kita tidak mungkin berkumpul seperti waktu terjadi wabah ini? Semoga kita boleh semakin menyadari betapa berarti dan berharganya perjumpaan dengan orang lain.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 26:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita masih diajak merenungkan Ekaristi sebagai sumber persaudaraan. Kisah inspiratif yang disajikan bercerita tentang persaudaraan yang dibangun oleh Angelo Roncalli (yang akhirnya terpilih menjadi Paus Yohanes XXIII). Ia berhasil membangun relasi yang baik antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodox. Gereja Katolik Roma itu ya Gereja Katolik yang kita ikuti ini, yaitu Gereja yang mengakui kepemimpinan Paus di Roma.Gereja Katolik Roma mengaku diri sebagai Gereja yang asali yang didirikan oleh Yesus dan dipercayakan di bawah kepemimpinan Petrus. Gereja Katolik Ortodox adalah "sempalan" pertama Gereja Katolik Roma.Gereja Ortodox ini mulai berdiri pada tahun 1054 di wilayah Eropa Timur. Saat itu,wilayah Gereja Katolik itu sangat luas,meliputi Eropa Barat dan Eropa Timur. Dalam perkembangan waktu,tata liturgi dan ajaran antara Barat dan Timur agak berbeda. Inilah yang membuat hubungan antara wilayah Barat dan Timur merenggang. Gereja bagian Timur kemudian sedikit demi sedikit melepaskan diri sampai akhirnya benar-benar lepas pada tahun 1054. Gereja Ortodox tidak mengakui kepemimpinan Paus serta memiliki hirarki kepemimpinan yang berbeda dan lepas dari Gereja Katolik. Pemimpin Gereja Katolik Ortodox disebut Batrik atau Patriark. Ada beberapa Patriark dalam Gereja Katolik Ortodox. Sampai sekarang,Gereja Katolik Roma dan Gereja Katolik Ortodox merupakan lembaga yang berbeda dengan tata kepemimpinan sendiri-sendiri. Gereja Katolik Roma dan Gereja Katolik Ortodox pernah tidak saling menyapa selama 900 tahun. Baru pada zaman Paus Paulus VI,komunikasi antara keduanya dijalin kembali. Sampai sekarang Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodox belum bisa bersatu sepenuhnya. Masih ada beberapa unsur yang belum bisa disatukan. Salah satu tokoh yang merintis perbaikan relasi antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodox adalah Angelo Roncalli yang dikisahkak dalam Buku Pendalaman Katekese Liturgi pada hari ke-26 itu.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 27:</b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak merenungkan Ekaristi sebagai sumber kekudusan. Paham ini berkaitan erat dengan Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan umat beriman. Ekaristi menjadi saat kita untuk menimba kesucian dari Yesus Kristus melalui Sakramen Mahakudus. Di tengah wabah ini, kita tetap bisa menimba kekudusan dalam Ekaristi melalui Komuni Batin atau Komuni Spiritual. Jika dihayati secara benar, Komuni Batin membuat Kristus benar-benar hadir dalam diri kita. Semoga kita boleh menimba kekudusan dari Ekaristi meskipun sedang berada dalam masa sulit ini.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 28:</b> </span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita masih diajak merenungkan Ekaristi sebagai sumber kekudusan. Dikisahkan bahwa ada pasangan suami istri yang diangkat sebagai orang kudus karena berhasil membangun keluarganya sebagai persekutuan yang kudus. Diyakini bahwa Ekaristi menjadi sumber kekudusan bagi keluarga tersebut. Semoga kisah tersebut menginspirasi kita untuk semakin mencintai Ekaristi.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 29: </b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak belajar dari Maria yang disebut sebagai Wanita Ekaristi. Maria digambarkan sebagai perempuan yang memiliki hubungan erat dengan Ekaristi. Dalam beberapa film yang berkisah tentang Yesus, Maria digambarkan sebagai perempuan yang menyertai Sang Putra dalam mewartakan Kerajaan Allah. Bahkan, saat Yesus menetapkan Ekaristi dalam Perjamuan Terakhir, Maria juga digambarkan ada disana. Oleh karena itu, sangat tepatlah Maria disebut Wanita Ekaristi. Kisah Para Rasul juga menceritakan bagaimana Maria hadir saat para rasul menantikan Roh Kudus dan saat terjadi peristiwa Pentakosta. Semoga kita boleh belajar mencintai Ekaristi dari Maria.</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 30: </b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak untuk merenungkan peran para kudus dalam kehidupan iman kita. Orang kudus adalah orang-orang yang pernah hidup dunia dan setelah meninggal dinyatakan sebagai orang suci serta pantas diteladani hidupnya oleh umat beriman. Orang kudus yang paling dekat dengan kita adalah santo atau santa pelindung kita. Sudahkah kita mengenal dengan baik kisah santo atau santa pelindung kita?</span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Hari 31: </b></span></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini kita diajak merenungkan perutusan kita untuk menjadi Gereja yang Misioner. Roh Kudus yang hari ini dicurahkan kepada kita setelah kita mohon selama 9 hari melalui Novena diharapkan menjadi kekuatan kita untuk bersaksi dengan cara mempraktekkan apa yang kita Imani dalam hidup sehari-hari. Nah,setelah kita diajak belajar tentang Liturgi selama sebulan ini, kita diutus untuk menghayati Perayaan Liturgi dengan lebih baik lagi. Tentu tidak boleh dilupakan bahwa kita tidak boleh berhenti hanya menghayati liturgi saja, tetapi juga harus berbuat nyata dalam hidup sehari-hari demi kesejahteraan umum dan kebaikan bersama.</span></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVXybUCGkd6_aHB08MRUlWJbrXNF4YCVWVWP_xMvkAiqODlN_S5UatN7MtD06K6HkqaGI1NJvBshP_ER-UQtyfe5yBo3bPEPUbxGqTnIVQSiarNCBoVJX8IOv34UF0KIuQA5V_KoTnYto/s1600/bkl-hari-24.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="914" data-original-width="1280" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVXybUCGkd6_aHB08MRUlWJbrXNF4YCVWVWP_xMvkAiqODlN_S5UatN7MtD06K6HkqaGI1NJvBshP_ER-UQtyfe5yBo3bPEPUbxGqTnIVQSiarNCBoVJX8IOv34UF0KIuQA5V_KoTnYto/s320/bkl-hari-24.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Demikianlah selama 31 hari Penjaga Podjok sudah mengajak seluruh warga Ruang Podjok untuk menyelami liturgi. Harapannya, semoga liturgi yang sudah didalami ini mengubah kehidupan setiap orang yang sudah terlibat mendalaminya.</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-71167088131615186382020-05-29T11:40:00.000+07:002020-05-29T20:17:36.612+07:00Catatan Penjaga Podjok: Mengelola Kelas Daring #2<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcpDTvwrXs7nU08ZV5GIqhrAkchMLQtEmw49ohDqAlGf2ZqOMs2N2TZXaJdJ0uWeo-g1ZDkMti9AMAjbq9HRYZ3BwaJG2jN8VKmzskzCvbM6D9srs_s1150NF9edWGtDMTQTz2g8aHGfU/s1600/FB_IMG_1590240546647_1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="578" data-original-width="720" height="256" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcpDTvwrXs7nU08ZV5GIqhrAkchMLQtEmw49ohDqAlGf2ZqOMs2N2TZXaJdJ0uWeo-g1ZDkMti9AMAjbq9HRYZ3BwaJG2jN8VKmzskzCvbM6D9srs_s1150NF9edWGtDMTQTz2g8aHGfU/s320/FB_IMG_1590240546647_1.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Minggu ini adalah minggu terakhir untuk seluruh proses pembelajaran di tahun pelajaran ini. Minggu ini menjadi minggu untuk menyelesaikan seluruh bahan yang akan digunakan untuk Ulangan Kenaikan Kelas. Penjaga Podjok pun melakukan hal yang sama meskipun pada saat ini semua harus dilakukan secara daring. Minggu ini, Penjaga Podjok kembali akan menorehkan catatan yang sudah dilakukan selama kurang lebih lima minggu sebagai pertanggungjawaban kinerja selama mengelola kelas daring, tentunya dari rumah saja... Dalam catatan <a href="https://kerohaniankatolikskaga.blogspot.com/2020/04/catatan-penjaga-podjok-mengelola-kelas.html">Mengelola Kelas Daring #1</a>, Penjaga Podjok sudah bercerita mengenai bagaimana kelas daring Ruang Podjok diampu selama kurang lebih enam minggu. Dalam catatan kali ini, akan dilanjutkan cerita untuk mengelola kelas daring sampai minggu ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Menyelenggarakan Kelas Whatsapp</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Setelah enam minggu mengelola kelas daring dengan berbagai dinamikanya, Penjaga Podjok merasakan ada sesuatu yang kurang dalam kelasnya. Entah mengapa, selama enam minggu itu, serasa ada yang kurang dalam proses pembelajaran daring ini. Setelah dicari dan direnung-renungkan, ternyata ketemu yang membuat kurang. Kekurangan kelas daring yang selama ini dijalankan adalah interaksi dengan siswa-siswi. Selama enam minggu, dinamika yang dibangun adalah penugasan. Relasi yang dibangun selama itu adalah guru memberikan tugas dan murid merespon dengan mengerjakan tugas. Kalau relasi semacam itu yang dilakukan lagi, kemungkinan guru dan siswa akan mengalami kebosanan. Oleh karena itu, di akhir minggu keenam, Penjaga Podjok mulai berpikir bagaimana membangun dinamika baru di kelas daring yang dikelolanya. Akhirnya, diputuskan bahwa akan diadakan sesi pembahasan materi. Prinsip penyelenggaraan sesi pembahasan materi ini masih sama, yaitu 1) harus terjangkau oleh semua siswa, 2) mudah, 3) murah, serta 4) tidak terlalu menyulitkan bagi siswa maupun orangtua. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Cara yang dipilih kemudian adalah Kelas Whatsapp. Inspirasi dari Kelas Whatsapp ini adalah Kulwap. Apa itu Kulwap? Menurut pengertian yang didapat dari <a href="https://kursusku.id/blogs/Kulwap">https://kursusku.id/blogs/Kulwap</a>, Kulwap adalah singkatan dari Kuliah Whatssap yang dibuat oleh suatu grup untuk melakukan sharing materi yang bermanfaat. Jadi narasumber akan memberikan sharing materi di grup Whatsapp yang sudah dibuat kepada anggota yang bergabung dalam grup tersebut. Ada banyak orang yang sudah memulai Kulwap ini, bahkan ada yang bisa meraup penghasilan tambahan dari sana. Nah, belajar dari pengalaman itu, Penjaga Podjok pun menginisiasi Kelas Whatsapp sebagai model baru pembelajaran di Ruang Podjok. Kelas Whatsapp ini memungkinkan guru dan siswa untuk berinteraksi meskipun hanya lewat aplikasi Whatsapp, tapi paling tidak ada dialog yang dijalin di sana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Lalu bagaimana teknis pembahasan materi yang dilakukan? Setiap minggu, akan diambil waktu 3 x 45 menit atau 135 menit seperti pembelajaran reguler per minggu sebagai kesempatan pembahasan tentang materi yang sudah dicatat. Sesi pembahasan materi dibagi dalam dua hari per minggu; di hari pertama 2 x 45 menit dan di hari kedua 1 x 45 menit. Jamnya pun selalu sama. Pembahasan materi untuk kelas X selalu dimulai pukul 08.30 sedangkan untuk kelas XI selalu dimulai pukul 10.30. Mengapa itu dilakukan? Supaya suasana pembahasan materi tidak terlalu melelahkan sekaligus menjaga ritme. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pembahasan materi lewat Kelas Whatsapp ini memang tidak sangat ideal. Penjaga Podjok kadangkala mengalami bahwa yang diajar adalah kelas kosong. Artinya, tidak ada atau belum ada siswa yang join tetapi pembahasan sudah dimulai (Bisa dicek lewat siapa yang sudah membaca pesan Whatsapp saat itu juga). Tapi ya sudahlah... paling tidak sudah mencoba... Meskipun banyak hal yang dirasakan sebagai kekurangan, Kelas Whatsapp ini dirasakan cukup membantu dalam membangun relasi antara guru dan siswa. Sebenarnya, Penjaga Podjok sesekali ingin mengadakan tatapmuka melalui konferensi video, entah itu Zoom atau Google Meet. Namun, Penjaga Podjok sadar bahwa siswa-siswi yang dilayaninya tidak semua berasal dari kalangan yang mampu, bahkan kuota internet pun mungkin harus dibeli harian atau mingguan. Oleh karena itu, tampaknya untuk konferensi video belum bisa dilakukan. Mungkin besok kalau sekolah mampu menanggung seluruh pembiayaan pembelajaran daring, termasuk untuk siswa, kesempatan tatapmuka ini bisa diselenggarakan.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kesempatan untuk menjalankan Kelas Whatsapp ini dilakukan Penjaga Podjok selama beberapa minggu: minggu ketujuh (28-30 April 2020), minggu kedelapan (4-8 Mei 2020), minggu kesembilan (11-15 Mei 2020), dan minggu kesepuluh (18-20 Mei 2020). Kelas Whatsapp minggu ketujuh sampai kesembilan diisi dengan pembahasan materi yang sudah ada dalam silabus, sedangkan minggu kesepuluh diisi dengan pembahasan kisi-kisi Ulangan Kenaikan Kelas.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Meskipun Daring, Tetap Ada Ulangan</b></span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pembelajaran daring di Ruang Podjok memang tidak sempurna, tetapi Penjaga Podjok terus berusaha untuk membangun dinamika yang hidup. Semoga bisa terus begitu... Nah, satu hal yang tetap dilakukan di Ruang Podjok selama kelas daring ini adalah Ulangan. Ada pepatah Latin yang mengatakan, <i>"Repetitio est mater studiorum - Pengulangan adalah induk dari proses pembelajaran."</i> Inilah yang sangat disadari oleh Penjaga Podjok. Kalau ada siswa yang bertanya: mengapa tetap ada ulangan selama pembelajaran daring, inilah jawaban yang akan diberikan. Pengulangan itu merupakan induk dari proses belajar. Belajar itu butuh pengulangan. Jika orang belajar sesuatu tetapi tidak pernah diulangi, pembelajaran itu akan sirna. Proses pengulangan menjadi sebuah latihan dari proses pembelajaran. Salah satu pepatah Inggris menyatakan, <i>"Practice makes perfect - Latihan itu menyempurnakan."</i> Oleh karena itu, logikanya jelas: pengulangan itu akan menyempurnakan proses pembelajaran. Maka dari itu, di Kelas Daring Ruang Podjok, tetap ada ulangan selama pembelajaran daring ini. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ulangan di Kelas Daring Ruang Podjok terjadi antara minggu kesepuluh </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">(18-20 Mei 2020)</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> dan kesebelas (26-29 Mei 2020). Ulangan untuk kelas X terjadi satu kali dan Ulangan untuk kelas XI terjadi dua kali. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selain alasan yang sudah dikemukakan di atas, ulangan di Kelas Daring Ruang Podjok bisa menjadi alat untuk mendeteksi karakter siswa. Dari ulangan yang diikuti, akan tampak mana siswa yang sungguh-sungguh dan mana siswa yang seenaknya sendiri. Sebenarnya, karakter siswa ini tidak hanya bisa dideteksi dari ulangan saja. Penjaga Podjok sebenarnya malah bersyukur dengan adanya wabah virus Corona ini. Wabah virus Corona yang membuat sekolah dipaksa berevolusi melalui pembelajaran daring ini dengan sendirinya akan menunjukkan karakter siswa yang sebenarnya: mana yang penuh perhatian, mana yang tidak perhatian, mana yang rajin, mana yang malas, mana yang belajar sungguh-sungguh, mana yang hanya rebahan, mana yang hanya main game, mana yang malas-malasan, mana yang suka </span><i style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">sambat</i><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">, mana yang gigih, mana yang hatinya baik, dan banyak lagi. Semuanya menjadi terungkap. Saya sudah pernah menulis bahwa belajar di rumah menjadi saat manusia untuk kembali menyadari jati diri sebagai manusia pembelajar. Di tengah wabah ini, saya juga semakin belajar untuk memahami karakter siswa-siswi saya melalui pembelajaran daring yang saya kelola.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Mengembangkan Administrasi Pembelajaran</b></span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Cerita lain yang mewarnai perjalanan minggu-minggu ini adalah pembuatan administrasi pembelajaran. Sudah menjadi kebiasaan bagi para guru untuk mulai menyusun perangkat adminitrasi pembelajaran ketika suatu tahun pelajaran hampir usai. Penjaga Podjok pun demikian. Di sela-sela kelas daring, Penjaga Podjok pun mengisi waktu untuk menyiapkan perangkat pembelajaran untuk tahun pelajaran baru. Tahun ini formatnya bebas... RPPnya satu lembar... sesuai dengan konsep yang diusung yaitu Merdeka Belajar. Konsep ini memang konsep yang baru sama sekali... Entah bagaimana konsep ini diimplementasikan... Namun, kebebasan yang diberikan di awal tampaknya ingin memberikan tekanan bahwa belajar itu harus dilandasi dengan sikap merdeka dan tidak terkekang. Dengan memegang penuh kebebasan dan kemerdekaan (tentu dilandasi dengan tanggung jawab), seseorang diajak untuk belajar secara maksimal. Inilah konsep yang sekilas ditangkap.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sejalan dengan konsep Merdeka Belajar itu, Penjaga Podjok sedang menyiapkan sebuah alat bantu baru bagi siswa-siswi yang akan bergabung di Ruang Podjok. Alat bantu yang berisi materi pembelajaran ini semoga nantinya bisa membantu siswa-siswi belajar dengan merdeka, tanpa rasa terkekang, bahkan diharapkan mampu mengembangkan apa yang dipelajarinya agar bisa diterapkan dan menjadi inspirasi bagi hidup sehari-hari. Apa alat bantu itu? Tunggu saja nanti... pasti akan ditulis.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Inilah cerita Penjaga Podjok dalam mengelola kelas daring dari minggu ketujuh sampai kesebelas. Cerita apalagi yang nanti bisa dikisahkan, kita sambung di tulisan berikutnya...</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-10066024084862474892020-05-04T22:31:00.000+07:002020-05-04T22:39:23.165+07:00Bukan Pejuang Garis Depan, Tidak Ingin Populer, dan Hanya Melakukan yang Bisa Dilakukan<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ini, ketika membuka Facebook, saya menemukan posting yang menyentuh hati... Posting ini bukan milik saya. Saya melihatnya di alamat https://www.facebook.com/Roy.Lo81/posts/10158456323937074</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Melihat posting itu, izinkan saya membagikannya di laman ini...</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmOg_PQ21m9jiLY7M9q_1O_ITbr1x05IunaiYGGrepnesljdUz4de0GcuUUWRrGkt-0XTztBUuRUzyd07igJdsPKrcl_JbrXw9b38THl8VHpa2CTkc3aZChXb18gvXDrFWakvSV5uIe8s/s1600/95734373_10158456323167074_8879795269017796608_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmOg_PQ21m9jiLY7M9q_1O_ITbr1x05IunaiYGGrepnesljdUz4de0GcuUUWRrGkt-0XTztBUuRUzyd07igJdsPKrcl_JbrXw9b38THl8VHpa2CTkc3aZChXb18gvXDrFWakvSV5uIe8s/s320/95734373_10158456323167074_8879795269017796608_n.jpg" width="256" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVi-37ExQ_eCnfg2xU0Xa2Z8ia9VZySP73qCsQx-w0cQXOvKXE0Is1gNpSpfQrz3vGOTtHCwGM_1uy984Ldsukeq97aojU4-tS1bR8cVOIG4EPkI8JAMuksm3fCpOmzr_dMWtwRe-Ph10/s1600/95730457_10158456323217074_6395870696529985536_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVi-37ExQ_eCnfg2xU0Xa2Z8ia9VZySP73qCsQx-w0cQXOvKXE0Is1gNpSpfQrz3vGOTtHCwGM_1uy984Ldsukeq97aojU4-tS1bR8cVOIG4EPkI8JAMuksm3fCpOmzr_dMWtwRe-Ph10/s320/95730457_10158456323217074_6395870696529985536_n.jpg" width="256" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOWS3W1sW1Tjiwi1u6orOD-uPl_kghr57OYuKzu6EJ1iYKtOw1K6nEMj1yUhHYgoJgyoppbJ1NyJT6N_x0w9kQUh7xj5uEK1Hbz5o1X745AuV7X15vmvzRSSibS5sxIseasacDLyBJNDc/s1600/95576325_10158456323292074_3115148902299336704_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOWS3W1sW1Tjiwi1u6orOD-uPl_kghr57OYuKzu6EJ1iYKtOw1K6nEMj1yUhHYgoJgyoppbJ1NyJT6N_x0w9kQUh7xj5uEK1Hbz5o1X745AuV7X15vmvzRSSibS5sxIseasacDLyBJNDc/s320/95576325_10158456323292074_3115148902299336704_n.jpg" width="256" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ3xMIEaVJYpL1k8Z_eCqztXX5CR72T8H1eXoT3C_2tsYWoz-Dy0Tz52gkmKtB9IuPqPLbiwA9-BhHg-iY5bd3VTDQT1as2aP5KUGQOmCFz2GT5b67Q9xGW6Uo_hp64WAW5900Hffodtw/s1600/95443728_10158456323342074_8149135093319860224_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ3xMIEaVJYpL1k8Z_eCqztXX5CR72T8H1eXoT3C_2tsYWoz-Dy0Tz52gkmKtB9IuPqPLbiwA9-BhHg-iY5bd3VTDQT1as2aP5KUGQOmCFz2GT5b67Q9xGW6Uo_hp64WAW5900Hffodtw/s320/95443728_10158456323342074_8149135093319860224_n.jpg" width="256" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1Jd5wGokLSPcF22RGVK5T1-M9yx3n0b1jqQ4nRt4H4fng5AlnPSHRgEetReqr5bjq-apLNhuOFCN9Gk2Wth4imr2m8Z7cL2S6Y3TbCRtagb_p-3wsn64cR98rJ0DM-lJ8uAsApTFFQWE/s1600/92475159_10158456323442074_1793681151441764352_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1Jd5wGokLSPcF22RGVK5T1-M9yx3n0b1jqQ4nRt4H4fng5AlnPSHRgEetReqr5bjq-apLNhuOFCN9Gk2Wth4imr2m8Z7cL2S6Y3TbCRtagb_p-3wsn64cR98rJ0DM-lJ8uAsApTFFQWE/s320/92475159_10158456323442074_1793681151441764352_n.jpg" width="256" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXaLint7c1-ZXLy5xYQoqQgLN_OJHxvW0_nin7rb7NEeEVpI6iWFLRktU-7DkkSQFd5OXcTWCiSvzxCQEV7IHSNjbzLdsLFxeLtKSaqCS1KFbtCYEWIXFdYWiwZyN6xp4bkkbkM3ekh7Q/s1600/95452294_10158456323492074_4584332166288113664_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXaLint7c1-ZXLy5xYQoqQgLN_OJHxvW0_nin7rb7NEeEVpI6iWFLRktU-7DkkSQFd5OXcTWCiSvzxCQEV7IHSNjbzLdsLFxeLtKSaqCS1KFbtCYEWIXFdYWiwZyN6xp4bkkbkM3ekh7Q/s320/95452294_10158456323492074_4584332166288113664_n.jpg" width="256" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtM1aWBvHRfMfnZoFJKmK-0rfVkqrPoOJmOR_C88tj8sBH5r64-v_0ieLknhLd3pgNT9CZtb0xRXiaJyxFDe5BV4aykhth95drUpR6HhQjoJerjxHbFbUm4Gslh7NaywhQcnHDNJUGZFk/s1600/95283808_10158456323567074_3165461493529444352_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtM1aWBvHRfMfnZoFJKmK-0rfVkqrPoOJmOR_C88tj8sBH5r64-v_0ieLknhLd3pgNT9CZtb0xRXiaJyxFDe5BV4aykhth95drUpR6HhQjoJerjxHbFbUm4Gslh7NaywhQcnHDNJUGZFk/s320/95283808_10158456323567074_3165461493529444352_n.jpg" width="256" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimUCtueCDTfFiDFIdOPZpYT_Q8sgwArpzuEVE5vIJKnchDH5Q74UsgxhVWnGMAw7uwpKZMbdHlyrrlmhNcexsBPn4qFQWVRQ-hwKngSlvvSlVO6Rn-0VUymRqTIBSYa4ElmBBQ9VORGM4/s1600/95493865_10158456323652074_6114231909766660096_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimUCtueCDTfFiDFIdOPZpYT_Q8sgwArpzuEVE5vIJKnchDH5Q74UsgxhVWnGMAw7uwpKZMbdHlyrrlmhNcexsBPn4qFQWVRQ-hwKngSlvvSlVO6Rn-0VUymRqTIBSYa4ElmBBQ9VORGM4/s320/95493865_10158456323652074_6114231909766660096_n.jpg" width="256" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQhRNCXA6gQsxfTzhK8t_gghhawVdF-vbvEnv1U9eChsvFY0gjC9rmBEtXCDSsY_pb1zRs06PegGWQi-PAHNsN8TZ4KOS1lJTfwdmA7LbDvC5L5l9Vd2xNbDWEH-fwcqhXCUYVoInc2tM/s1600/95178780_10158456323757074_7009926367022153728_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQhRNCXA6gQsxfTzhK8t_gghhawVdF-vbvEnv1U9eChsvFY0gjC9rmBEtXCDSsY_pb1zRs06PegGWQi-PAHNsN8TZ4KOS1lJTfwdmA7LbDvC5L5l9Vd2xNbDWEH-fwcqhXCUYVoInc2tM/s320/95178780_10158456323757074_7009926367022153728_n.jpg" width="256" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMDzmhi7XtnFpD8vH5c5lEq97cXS4emoSybH5cUddP3WhMI8UmjN3119Aa7672dyXRokBpaaIcnvokoxh6KIwu5n1VQG6__haI5Lm1sUwraDwk9JbkBPqM8zCV8Ea8JAM5tQlRg6WqUKQ/s1600/95854811_10158456323837074_8730629401265307648_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="768" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMDzmhi7XtnFpD8vH5c5lEq97cXS4emoSybH5cUddP3WhMI8UmjN3119Aa7672dyXRokBpaaIcnvokoxh6KIwu5n1VQG6__haI5Lm1sUwraDwk9JbkBPqM8zCV8Ea8JAM5tQlRg6WqUKQ/s320/95854811_10158456323837074_8730629401265307648_n.jpg" width="256" /></span></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sungguh ini adalah posting sederhana, tetapi posting ini menyuarakan apa yang ada dalam hati saya sebagai seorang guru...</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kami memang tidak berada di garis depan untuk membantu masyarakat selama pandemi ini. Kami hanya melakukan yang kami bisa lakukan, tidak untuk mencari popularitas tetapi semata-mata supaya anak-anak yang kami layani boleh mencapai tujuan hidupnya dengan baik meskipun saat ini tidak bisa berjumpa secara fisik</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Terima kasih karena boleh merasa terwakili melalui posting ini...</span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-84654713144516643762020-05-03T23:39:00.001+07:002020-05-04T22:38:04.535+07:00Catatan Penjaga Podjok: Pendidikan dalam Keluarga dengan Kolaborasi antara Orangtua, Guru, dan Teknologi<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_P0T2ovy6lg2yppiZ7AinrBGnmuyc6M06rhTVVMal_Rjo0pCPP3sKtx2pa-ry33lTaePx87CK2pImQ8O2QVUjRZduoDS2HvJHt5TnBx1URPFGamieQafy4CmcZORzGWAmKx89neKTRaU/s1600/Mendampingi-Anak-Belajar-di-Rumah.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="408" data-original-width="897" height="145" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_P0T2ovy6lg2yppiZ7AinrBGnmuyc6M06rhTVVMal_Rjo0pCPP3sKtx2pa-ry33lTaePx87CK2pImQ8O2QVUjRZduoDS2HvJHt5TnBx1URPFGamieQafy4CmcZORzGWAmKx89neKTRaU/s320/Mendampingi-Anak-Belajar-di-Rumah.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/09/16.12.28-Mendampingi-Anak-Belajar-di-Rumah.pdf</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kemarin kita baru saja memperingati Hari Pendidikan Nasional. Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini dirayakan dalam saat yang sangat istimewa dimana pendidikan dipaksa untuk berubah karena wabah virus Corona yang sedang melanda. Wabah ini memang memaksa manusia untuk berubah secara cepat. Yang termasuk harus cepat menyesuaikan adalah sektor pendidikan. Semoga refleksi ini boleh memberikan wawasan yang baru tentang pendidikan yang sedang dipaksa untuk berubah itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Beberapa hari sebelum peringatan Hari Pendidikan Nasional, beredar link Youtube yang berjudul <i>“#Covid19 Masa Depan Dunia Pendidikan & Keluarga Akibat Pandemi dari kacamata Akademis & Rohaniwan.”</i> Link ini menampilkan perbincangan antara Vidion Widyantara, Bapak B. Danang Setianto (Wakil Rektor Unika Soegijapranata Semarang), dan Romo P. Sunu Hardianto, SJ (Provinsial Serikat Yesus Indonesia). Dalam perbincangan tersebut, didiskusikan bagaimana nasib dunia pendidikan dan keluarga akibat pandemi Covid-19. Harus diakui bahwa pandemi ini mengubah proses pembelajaran. Proses pembelajaran online mengubah wajah pendidikan. Pendidikan yang selama ini terkesan tidak mau berubah dipaksa untuk berubah. Selama ini, pendidikan selalu punya alasan untuk mempertahankan sistem yang dipakainya. Pendidikan tidak mau online dengan alasan pengajaran nilai-nilai. Wabah ini memporakporandakan semua alasan yang ingin mempertahankan sistem itu. Situasi yang tidak memungkinkan perjumpaan membuat pendidikan harus membuat formula yang baru untuk mengajarkan nilai-nilai yang selama ini diusungnya. Demikian pula keluarga. Keluarga yang selama ini sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri sekarang dipaksa untuk bertemu dan saling berinteraksi. Pandemi ini telah mengubah wajah keluarga karena keluarga dipaksa menjadi tempat berlangsungnya pendidikan. Sebenarnya ini mengembalikan pendidikan dalam bentuknya yang paling asli. Pendidikan yang paling asli itu terjadi dalam keluarga. Yang penting dalam pendidikan itu adalah Kedalaman Spiritualitas, Kedalaman Intelektual, dan Kedalaman Sosial. Pandemi Covid ini menjadi kesempatan bagi keluarga untuk bergerak lebih mendalam karena kedalaman ini berasal dari keluarga. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Senada dengan gerak diskusi itu, peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini juga menyatakan hal yang kurang lebih sama. Dikutip dari pemberitaan KOMPAS, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menyatakan bahwa dampak terkecil pandemi ini dimulai dari keluarga. <i>“Dampak mikro ialah di dalam keluarga. Karena keluarga itu luar biasa sebagai unit terpenting kita,”</i> ujar Nadiem Makarim saat berdiskusi dengan Najwa Shihab dalam tayangan live streaming di kanal Youtube Kemdikbud RI, Sabtu (2/5/2020) malam. Sedangkan yang kedua, lanjut Nadiem, adalah kemampuan orang untuk bisa beroperasi dari manapun. Potensi untuk bekerja menjadi lebih efektif dari manapun juga menjadi pembelajaran. Dampak ketiga ialah masyarakat semakin sadar begitu pentingnya kesehatan. Tak heran jika sekarang masyarakat mulai kembali menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Ini jadi salah satu dampak positif bagi masyarakat. Pada diskusi dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2020 bertema “Belajar dari Covid-19” tersebut, Nadiem juga menyinggung persoalan pendidikan di masa wabah virus corona. Mas Menteri, begitu sapaan Nadiem Makarim menjelaskan bahwa pembelajaran daring yang saat ini diterapkan menjadikan orang tua sadar betapa sulitnya mendidik anak. <i>“Kini, empati orang tua terhadap guru jadi meningkat. Tapi, guru juga menyadari tanpa adanya peran orang tua maka pendidikan itu tidak akan selesai,”</i> kata Mas Menteri. <i>“Krisis ini antara kolaborasi orang tua dan guru. Itulah dimana pembelajaran terjadi,”</i> imbuhnya. <i>“Mau secanggih apapun teknologi, tapi ujung-ujungnya yang melakukan perubahan ialah guru. Kini guru dan orang tua yang melakukan perubahan itu,”</i> tegas Nadiem. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pembicaraan demi pembicaraan yang berkembang tentang pendidikan pada saat wabah ini seakan ingin menggali kembali kebijaksanaan yang telah dimiliki oleh para pendahulu seputar pendidikan. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Adalah Ki Hadjar Dewantara yang tanggal lahirnya dipakai sebagai tanggal peringatan Hari Pendidikan Nasional. Dalam buku berjudul <i>Karja I (Pendidikan)</i> yang diterbitkan oleh Pertjetakan Taman Siswa Jogjakarta pada tahun 1962, Ki Hadjar Dewantara menulis bahwa </span><b style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya</b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">. Jika dicermati, pertama-tama yang menjadi fokus dalam pendidikan adalah budi pekerti, baru kemudian rasio, dan yang terakhir fisik. Oleh karena itu, dalam pendidikan, budi pekerti ini seharusnya mendapatkan perhatian yang sangat besar. Dan sekarang lazim dipahami bahwa budi pekerti salah satunya merupakan pokok yang diajarkan dalam agama sehingga mata pelajaran agama dalam Kurikulum 2013 selalu ditambah dengan frasa “Budi Pekerti” seperti “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,” “Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti,” dan sebagainya. Selain itu, jauh hari sebelum terjadi fenomena “sekolah di rumah,” beliau sudah pernah mengatakan pernyataan yang kurang lebihnya seperti ini, “Setiap orang menjadi guru dan setiap rumah menjadi sekolah.” Menjelang Hari Pendidikan Nasional kemarin, inilah yang menjadi status saya di media sosial. Konsep pendidikan yang dimiliki oleh beliau ini sebenarnya ingin menekankan bahwa pendidikan itu bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, tidak tergantung apakah ada sekolah atau lembaga pendidikan. Jika setiap rumah menjadi sekolah, orang yang lebih tualah yang harus menjadi guru di sana.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sejalan dengan pendapat Ki Hadjar Dewantara, Gereja Katolik juga memiliki pendapat tentang pendidikan. Pendapat itu berbunyi seperti ini, <i>“Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak- anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik anak mereka. Maka <b>orang tualah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama</b>. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi. Sebab <b>merupakan kewajiban orang tua: menciptakan lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama</b> sedemikian rupa, sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka <b>keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaan-keutamaan sosial, yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat</b>.”</i> (<i>Gravissimum Educationis</i> nomor 3). Dari sini, para orangtua harus terus menyadari bahwa mereka adalah pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga dari segi iman dan moral. Melanjutkan pendapat itu, Gereja juga menyatakan, <i>“<b>Hak maupun kewajiban orangtua untuk mendidik bersifat hakiki</b>, karena berkaitan dengan penyaluran hidup manusiawi. Selain itu <b>bersifat asali dan utama</b> terhadap peranserta orang-orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan hubungan cinta kasih antara orangtua dan anak-nak. Lagi pula <b>tidak tergantikan dan tidak dapat diambil-alih</b>, dan karena itu <b>tidak dapat diserahkan sepenuhnya kepada orang-orang lain</b> atau direbut oleh mereka”</i> (<i>Familiaris Consortio</i> nomor 36). Sejalan dengan tanggung jawab orangtua terhadap pendidikan, Gereja Katolik memberikan catatan mengenai kerjasama antara orangtua, negara dan Gereja dalam mendidik anak, <i>“<b>Negara dan Gereja wajib sedapat mungkin membantu keluarga-keluarga, supaya mereka mampu menjalankan peranan mereka sebagai pendidik seperti layaknya</b>. Maka dari itu baik <b>Gereja maupun negara wajib menciptakan dan mendukung lembaga-lembaga serta kegiatan-kegiatan, yang secara wajar diminta oleh keluarga-keluarga, dan bantuan itu harus sepadan dengan kebutuhan keluarga-keluarga</b>. Akan tetapi dalam masyarakat <b>mereka yang diserahi pengelolaan sekolah-sekolah jangan pernah lupa, bahwa para orangtua telah ditetapkan oleh Allah sendiri sebagai pendidik-pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anak mereka, dan bahwa hak mereka sama sekali tidak boleh diganggu gugat</b>. Akan tetapi selaras dengan hak mereka <b>para orangtua mempunyai kewajiban serius, untuk sepenuhnya menyanggupkan diri memelihara hubungan yang akrab dan aktif dengan para guru serta para pemimpin sekolah</b>”</i> (<i>Familiaris Consortio</i> nomor 40).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Dalam situasi pandemi seperti ini, berbagai pendapat yang pernah diungkap di atas menjadi sangat relevan. Saya sendiri mencoba melihat bahwa pandemi ini menjadi saat untuk kembali. Keluarga kembali menjadi tempat pendidikan yang pertama dan utama. Pendidikan kembali dalam bentuk yang paling asli, yaitu di dalam keluarga. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bapak Ibu yang putra-putrinya sedang belajar di rumah sebenarnya kembali mengalami apa yang disabdakan oleh Kitab Suci. Kitab Amsal sudah jauh hari mengajarkan bahwa orangtualah yang wajib membimbing dan mendidik anak-anak, <i>"</i></span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>Hai anakku, dengarkanlah didikan ayahmu, dan jangan menyia-nyiakan ajaran ibumu"</i> (Ams 1:8). Kitab Amsal menyatakan bahwa tugas ayah ibu merupakan tugas yang sangat mulia karena dari merekalah anak-anak mendapat didikan yang pertama kalinya. Meskipun demikian, sungguh tidak mudah bagi orangtua yang kemudian hari-hari ini dipaksa untuk mendampingi anak-anak dalam pendidikan di rumah karena mereka sudah tidak terbiasa lagi mendidik anak-anak secara penuh. Urusan pendidikan kemudian sebagian besar diserahkan kepada sekolah. Pandemi ini mengembalikan urusan pendidikan kepada orangtua. Sekolah dan guru menjadi pendukung. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bagi orangtua yang ingin menemukan gagasan bagaimana mendampingi anak belajar di rumah, silakan klik link ini: </span><a href="https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/09/16.12.28-Mendampingi-Anak-Belajar-di-Rumah.pdf" style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/09/16.12.28-Mendampingi-Anak-Belajar-di-Rumah.pdf</a><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Yang terakhir, berkaitan dengan pendidikan dan keluarga di tengah pandemi ini, satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah kehadiran teknologi. Untunglah ada teknologi yang memudahkan orangtua berkolaborasi dengan sekolah dan guru meskipun kehadirannya belum merata. Perlu disadari bahwa teknologi itu pedang bermata dua. Kalau digunakan secara baik, buahnya positif. Kalau digunakan secara tidak baik, hasilnya negatif. Teknologi yang berdampak negatif terlihat saat seluruh anggota keluarga: ayah, ibu, dan anak lengkap tampak berkumpul tetapi masing-masing memegang smartphone dan sibuk dengan smartphone masing-masing. Mereka asyik dengan “screen time” mereka masing-masing dan tak peduli satu sama lain. Tak jarang mereka senyum-senyum sendiri sambil mata tak bisa lepas dari screen. Mereka <i>highly-connected</i> (sangat terhubung) dengan jagad internet, tapi celakanya <i>highly-disconnected</i> (sangat terlepas) dengan sesama anggota keluarga. Di sisi lain, teknologi yang berdampak terlihat saat orangtua bisa memanfaatkan teknologi untuk membantu anak-anak mereka menemukan hal-hal baik. Teknologi menjadi jalan untuk belajar hal-hal untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik. Pandemi Covid-19 ini sebenarnya memberi peluang bagi orangtua (dan guru) untuk menemukan dampak positif dari teknologi. Teknologi yang sebelumnya hanya dipakai untuk eksis dan narsis, sekarang berubah menjadi alat yang sangat efektif untuk mengembangkan diri. Media sosial yang tadinya hanya dipakai untuk update status dan haha hihi sekarang berubah peran menjadi ruang diskusi. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Di Hari Pendidikan Nasional tahun ini, saya bersyukur karena boleh merayakan pendidikan dalam bentuk aslinya, yaitu keluarga. Situasi pendidikan yang berlangsung dalam kelarga ini ternyata memerlukan kerjasama antara orangtua dan guru. Kerjasama itu semakin efektif bila masing-masing pihak sadar dalam memanfaatkan teknologi sejauh ada. Ternyata, pandemi ini juga ada sisi positifnya ya... Selamat merayakan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2020... Selamat menempuh bentuk baru pendidikan Indonesia... </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Sumber Pustaka:</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Albertus Adit. “Diskusi Mendikbud dan Najwa Shihab, Ini Dampak Positif-Negatif Corona di Dunia Pendidikan” dalam https://www.kompas.com/edu/read/2020/05/03/092749071/diskusi-mendikbud-dan-najwa-shihab-ini-dampak-positif-negatif-corona-di?page=all. Diakses 3 Mei 2020.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bartolomeus Samho dan Oscar Yasunari. <i>Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Tantangan-tantangan Implementasinya di Indonesia Dewasa ini</i>. Bandung: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik Parahyangan. 2010.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. <i>Dokumen Konsili Vatikan II</i>. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. 1993.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. <i>Familiaris Consortio (Keluarga), Seri Dokumen Gerejawi No. 30</i>. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. 2019.</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-18062310397134675452020-04-26T22:31:00.000+07:002020-05-27T21:41:50.354+07:00Catatan Penjaga Podjok: Mengelola Kelas Daring #1<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjewxVUvpVMU1SqLADiCuCx39n2l-NAU-d5Jcd5VXt1dFUu_tusVgNGobQs4axoSiG-kwF0CBVeN8m2Xh2NJUEkqrwi0U2mxoNH6dnUIz2fCAMr1gc4lCHpNww4PUnhz3g6nsadNfJGtFo/s1600/post1331.png" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="467" data-original-width="656" height="227" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjewxVUvpVMU1SqLADiCuCx39n2l-NAU-d5Jcd5VXt1dFUu_tusVgNGobQs4axoSiG-kwF0CBVeN8m2Xh2NJUEkqrwi0U2mxoNH6dnUIz2fCAMr1gc4lCHpNww4PUnhz3g6nsadNfJGtFo/s320/post1331.png" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><a href="https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/pengembang-teknologi-pendidikan-untuk-pembelajaran-daring">https://itjen.kemdikbud.go.id/public/post/detail/pengembang-teknologi-pendidikan-untuk-pembelajaran-daring</a></td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sudah enam minggu Ruang Podjok ikut ditutup karena sekolah tutup. Tutupnya Ruang Podjok tidak berarti berhenti aktivitas. Aktivitas belajar tetap berlangsung meskipun tidak bertemu. Inilah yang disebut Kelas Daring Ruang Podjok. Waktu enam minggu bukan waktu yang singkat. Selama empat minggu, tugas demi tugas diberikan kepada para anggota Ruang Podjok. Di minggu kelima, Penjaga Podjok mengajak semua anggota Ruang Podjok untuk merefleksikan seluruh aktivitas yang terjadi di Kelas Daring Ruang Podjok. Minggu ini, sebagai pertanggungjawaban kinerja, Penjaga Podjok berusaha untuk menyusun sebuah laporan yang memuat aktivitas <i>Work From Home</i>. Semoga ini memberi gambaran tentang apa saja yang sudah terjadi selama mengelola Kelas Daring Ruang Podjok dari rumah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Memulai Pembelajaran Online Mengikuti Instruksi Dinas</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Berdasarkan Surat dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah nomor 0522/KADIN/III/2020 tertanggal 17 Maret 2020, ditetapkan bahwa sekolah-sekolah yang berada di bawah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah wajib mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar secara online (menggunakan WA atau medsos lainnya). Instruksi yang disampaikan kepada Kepala Sekolah ini kemudian ditindaklanjuti dengan perintah agar para guru menjalankan kegiatan belajar secara online. Selain itu, pada tanggal 16 Maret 2020, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyatakan bahwa seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) diperintahkan untuk bekerja dari rumah untuk meminimalisasi penyebaran virus Corona. Hal ini merupakan tindak lanjut dari himbauan Presiden Joko Widodo pada konferensi pers di Istana Bogor Jawa Barat pada tanggal 15 Maret 2020. Presiden mengimbau untuk meminimalisasi penyebaran virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19, masyarakat diminta untuk bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah, yang salah satunya dilakukan melalui sistem bekerja dari rumah. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pun mengeluarkan Surat Edaran nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara dalam Upaya Pencegahan Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah. Isinya, ASN dapat bekerja di rumah/tempat tinggal, tetapi dipastikan ada dua level pejabat struktural tertinggi yang bekerja di kantor. Selain itu, ada larangan kegiatan tatap muka yang menghadirkan banyak peserta untuk ditunda atau dibatalkan. Penjaga Podjok sebagai bagian dari sekolah pun segera menindaklanjuti perintah tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Bekerja dan Belajar dari Rumah</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>Work From Home</i> atau Bekerja dari Rumah merupakan istilah untuk menggambarkan aktivitas bekerja dari jarak jauh, lebih tepatnya bekerja dari rumah. Jadi, pekerja tidak perlu datang ke kantor tatap muka dengan para pekerja lainnya. <i>Work From Home</i> ini sebenarnya sudah tidak asing bagi para pekerja lepas atau <i>freelance</i>. Namun, mereka lebih sering menyebutnya dengan istilah <i>Remote Working</i>. <i>Work From Home</i> dan <i>Remote Working</i> sebenarnya tidak ada bedanya. Hanya beda istilah saja. Yang membedakan hanyalah peraturan perusahaan yang mengatur pekerjaan. T Crosbie dan J Moore menyebut bahwa bekerja dari rumah berarti pekerjaan berbayar yang dilakukan terutama dari rumah (minimal 20 jam per minggu). </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Begitu pula Belajar dari Rumah atau <i>Learn From Home</i> atau <i>Study From Home</i>. Pengertiannya hampir sama dengan <i>Work From Home</i>, tetapi aktivitas bekerja yang dilakukan adalah belajar karena yang menjalani pekerjaan itu adalah pelajar. Oleh karena itu, berkenaan dengan <i>Work From Home</i>, guru tetap bekerja mengelola kelas dari rumah sedangkan siswa tetap belajar dari rumah dalam kelas yang dikelola oleh guru. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Berbagai tulisan sudah mencoba mengulas kelebihan dan kekurangan <i>Work From Home</i>. Kelebihannya antara lain adalah 1) Biaya operasional kantor menurun, 2) Lebih fleksibel, 3) Produktivitas meningkat, 4) Kepuasan kerja meningkat, 5) Keseimbangan kerja dan hidup meningkat, 6) Terhindar dari gangguan lingkungan kerja, dan 7) Lebih dekat dengan keluarga. Namun, ada kelemahan juga, antara lain: 1) Sulit melakukan monitoring pekerja, 2) Hilangnya motivasi kerja, 3) Banyak gangguan kerja, 4) Miskomunikasi, 5) Masalah keamanan data, 6) Biaya operasional rumah meningkat, dan 7) Tidak semua pekerjaan bisa dilakukan dari rumah. Tetapi, apapun kelebihan dan kelemahannya, <i>Work From Home</i> harus dilakukan untuk memutus rantai penyebaran wabah.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Persiapan Kelas Daring Ruang Podjok</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Begitu mendengar bahwa setiap sekolah harus mengadakan kelas daring, Penjaga Podjok pun segera menyiapkan sistem pendukung. Yang pertama disiapkan adalah anggota Ruang Podjok. Hari-hari pertama, Penjaga Podjok menggunakan waktu untuk menyiapkan siswa dan siswi untuk mengikuti kelas daring. Yang terpenting adalah bahwa siswa dan siswi sadar bahwa pertemuan di kelas diubah menjadi pertemuan yang bisa diikuti darimana saja. Saat itu, Penjaga Podjok juga mulai berpikir aplikasi apa yang dapat digunakan untuk mengelola kelas daring ini. Yang terpikir untuk menyelenggarakan kelas daring ini adalah 1) harus terjangkau oleh semua siswa, 2) mudah, 3) murah, serta 4) tidak terlalu menyulitkan bagi siswa maupun orangtua. Akhirnya, yang dipilih oleh Penjaga Podjok adalah memberdayakan Whatsapp Grup Mata Pelajaran Agama Katolik dan Budi Pekerti per tingkat. Inilah cara yang menurut Penjaga Podjok cukup efektif untuk menyelenggarakan kelas daring karena sebelum diadakan kelas daring, grup Mata Pelajaran ini sudah diaktifkan untuk penyebarluasan informasi dalam pembelajaran reguler.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Mengelola Kelas Daring</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Enam minggu sudah Penjaga Podjok mencoba mengelola Kelas Daring. Inilah kisah Kelas Daring Ruang Podjok dari minggu ke minggu. Pada minggu pertama (16-20 Maret 2020), kelas daring yang dikelola masih bersifat pendampingan awal dan pemantauan. Pada minggu itu, Penjaga Podjok menggunakan kelas daringnya untuk menyadarkan para siswa tentang bahaya virus Corona dan bagaimana seluruh anggota Ruang Podjok bisa terlibat mengatasi pandemi ini. Selain itu, materi kelas daring minggu pertama sangat terbantu dengan tugas yang sebelumnya sudah disampaikan kepada para siswa. Sudah menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun bahwa siswa-siswi Katolik Kelas X dan XI akan mendapatkan tugas tertentu ketika mereka belajar di rumah karena kakak kelasnya sedang menjalani Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. Nah, untuk materi minggu pertama, Penjaga Podjok terbantu dengan tugas yang sudah diberikan itu. Oleh karena itu, Penjaga Podjok di minggu pertama itu hanya memantau pelaksanaan tugas yang sudah diberikan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pada minggu kedua (23-27 Maret 2020), barulah Kelas Daring Ruang Podjok dikelola secara agak serius. Pada minggu itu, Penjaga Podjok mengenalkan suatu cara belajar yang baru. Prinsipnya sederhana: Menjaga ritme. Apa itu? Menjaga ritme artinya melakukan hal-hal yang dilakukan seperti sewaktu kegiatan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu, di awal minggu kedua, Penjaga Podjok memulai kelas daring dengan ajakan berikut melalui grup, <i>“Untuk pembelajaran online, saya hanya menyarankan kepada kalian untuk meluangkan waktu selama 135 menit atau 3 x 45 menit sesuai dengan jam pelajaran saya di sekolah untuk mengerjakan tugas yang saya berikan. Di luar itu, waktu silakan diatur sendiri.”</i> Tulisan ini sangatlah penting. Mengapa penting? Supaya orang tahu batas. Saat pembelajaran reguler, aktivitas di Ruang Podjok untuk setiap siswa hanya dibatasi selama 135 menit atau 3 x 45 menit per minggu. Patokan itulah yang digunakan juga untuk menyelenggarakan kelas daring. Selain itu, tujuannya adalah supaya siswa-siswi juga memberikan perhatian pada mata pelajaran yang lain – kalau memang gurunya juga mengadakan kelas daring. Pembatasan waktu juga penting agar orang tidak egois. Kadangkala seseorang ingin menguasai seluruh waktu dan menjadikan dirinya pusat perhatian. Ini tidak sehat. Oleh karena itu, perlu dibatasi supaya orang menjadi sehat. Ritme inilah yang terus dijaga sampai minggu keempat. Prinsipnya, waktu belajar yang digunakan Kelas Daring Ruang Podjok adalah 135 menit. Selebihnya, itu urusan siswa-siswi sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Di minggu kedua itu, model tugas yang diberikan kepada siswa kelas X dan XI sama, yaitu membuat catatan. Mengapa membuat catatan? Tugas ini didasari pada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa <i>“menulis di kertas ternyata memperkuat daya ingat dan kemampuan memahami konsep.”</i> Penelitian terbaru yang dimuat di Jurnal <i>Psychological Science</i> mencatat dengan pulpen dan kertas lebih meningkatkan kualitas belajar dibandingkan menggunakan laptop. Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa menulis merupakan strategi yang lebih baik untuk menyimpan ide dalam waktu yang panjang. Selain itu, para peneliti mendapati bahwa menulis dapat menguatkan proses belajar yang tak dapat disamai dengan mengetik. Penelitian tersebut dilakukan oleh </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pam Mueller dan Daniel Oppenheimer yang merupakan</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> psikolog dari Princeton dan Universitas California, Los Angeles. Mereka menguji efek menulis catatan pada mahasiswa dalam dua seri percobaan. Dua kelompok mahasiswa diminta mendengarkan materi kuliah dari dosen yang sama. Mereka diperbolehkan menggunakan semua strategi untuk menyimpan hal-hal penting di perkuliahan. Satu setengah jam kemudian, partisipan diuji soal materi kuliah itu. Hasil studi menunjukkan bahwa mahasiswa yang menulis dengan tangan jauh lebih baik dalam kualitas belajar. Penelitian itu menunjukkan bahwa menulis merupakan strategi yang lebih baik untuk menyimpan dan mengendapkan ide dalam kurun waktu lama dibandingkan dengan mengetik. Studi sejenis yang dipublikasikan <i>Intech</i> menemukan bahwa menulis dengan tangan memberikan kesempatan kepada otak untuk menerima umpan balik. Hal tersebut tidak terjadi jika orang menggunakan papan ketik (keyboard). Pergerakan saat menulis dengan tangan "meninggalkan memori atau daya ingat pada bagian sensormotorik otak." Aktivitas ini membantu orang mengenal huruf dan membangun hubungan antara membaca dan menulis. Inilah dasar mengapa tugas di minggu kedua itu adalah mencatat. Seorang kawan pernah mengatakan, <i>“Tubuh itu merekam.”</i> Dalam hal ini, Penjaga Podjok meyakininya. Keyakinan inilah yang kemudian ingin ditularkan kepada para siswa. Tugas membuat catatan ini masih dilanjutkan di minggu ketiga untuk siswa-siswi kelas XI dan di minggu keempat untuk para siswi kelas X.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Di minggu ketiga (30 Maret – 3 April 2020) Kelas Daring Ruang Podjok, aktivitas untuk siswa-siswi kelas X dan XI berbeda. Siswa-siswi kelas XI masih melanjutkan tugas membuat catatan, sedangkan para siswi kelas X mengerjakan tugas Ulangan 2 dan Ulangan 3. Ulangan 2 dan Ulangan 3 untuk kelas X ini merupakan tugas Take Home Exam yang sudah diberikan sejak tanggal 12 Maret 2020. Ada serangkaian pertanyaan yang harus dijawab untuk mendapatkan nilai. Begitu pula di minggu keempat (6-9 April 2020), ada aktivitas yang berbeda untuk kelas X dan XI. Para siswi kelas X diberi tugas membuat catatan, sedangkan siswa-siswi kelas XI diminta menyusun Struktur Kepengurusan Dewan Paroki yang ada di parokinya masing-masing. Siswa-siswi kelas XI juga sudah mendapatkan tugas ini sejak 12 Maret 2020. Di penghujung minggu keempat Kelas Daring Ruang Podjok, seluruh anggota Ruang Podjok diajak untuk mengalami perayaan liturgi Paskah yang tentunya dirayakan dari rumah saja.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Setelah Paskah, Penjaga Podjok mendapat jatah untuk piket di sekolah. Hari itu, mulai berpikir apa yang akan dilakukan di minggu kelima (13-17 April 2020). Pada minggu keempat, sudah terpikir untuk mengadakan refleksi dan evaluasi. Hari itu, gagasan tersebut semakin dimatangkan. Mengapa dipilih Refleksi? Refleksi merupakan sebuah cara yang dipakai untuk mengembangkan pembelajaran. Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan filosofi pendidikan: <i>“Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani – Di depan memberi teladan, di tengah membangun niat, di belakang memberi daya.”</i> Filosofi itu mensyaratkan bahwa pendidik harus mampu menjadi teladan, pelayanan, pengayoman, dan inspirator bagi peserta didik. Untuk dapat menerapkan filosofi tersebut terutama pada bagian pelayanan, perlulah tindakan yang dapat memuaskan peserta didik berupa kegiatan dimana kedua belah pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar diberikan ruang untuk saling menilai. Kalau pendidik menilai peserta didik, itu biasa. Namun, peserta didik menilai pendidik, itu hal yang luar biasa dan istimewa. Refleksi menjadi kegiatan yang sangat penting untuk memberikan informasi positif tentang bagaimana pendidik melakukan tugasnya sekaligus sebagai bahan observasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan pendidikan itu tercapai. Refleksi juga akan mengungkap tingkat kepuasan peserta didik dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan wahana untuk menjalin komunikasi yang baik antara pendidik dengan peserta didik. Inilah refleksi dalam pendidikan. Refleksi semacam inilah yang kemudian dibuat di minggu kelima. Tujuannya satu: semoga Kelas Daring Ruang Podjok bisa menjadi semakin baik dari hari ke hari. Proses refleksi dibantu dengan alat teknologi modern yang disebut Google Forms. Inilah alat yang kemudian banyak membantu proses pembelajaran di Kelas Daring Ruang Podjok. Kisah tentang Minggu Refleksi ini sudah dimuat dalam postingan sebelumnya (Lihat posting <a href="https://kerohaniankatolikskaga.blogspot.com/2020/04/berhenti-sejenak-untuk-berefleksi.html">Berhenti Sejenak untuk Berefleksi tentang Pembelajaran dari Rumah</a>).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Akhirnya, tibalah minggu keenam (20-22 April 2020). Minggu keenam di Kelas Daring Ruang Podjok diisi dengan Ulangan Tengah Semester. Lho kok kelas daringnya cuma 3 hari? Tenang Bro... Kelas Daring Ruang Podjok mengikuti aturan pemerintah. Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah nomor 443.2/09004 tertanggal 13 April 2020 menyatakan bahwa tanggal 23, 24 dan 27 April 2020 ditetapkan sebagai libur awal puasa Ramadhan. Karena aturannya begitu, ya Kelas Daring Ruang Podjok hanya beraktivitas sampai tanggal 22 April 2020 saja ya... Sekali lagi, ini untuk menjaga ritme. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Waktu belajar yang hanya 3 hari ini akhirnya diisi dengan aktivitas yang sedikit sajalah: Ulangan Tengah Semester. Beberapa siswa sempat kebingungan dan bertanya apakah Ulangan Tengah Semester ini untuk semua mata pelajaran? Ini yang menjadi jawaban saya: “Tidak. Setiap guru diberi kebebasan untuk mengelola pembelajaran daring termasuk pertemuan, tugas, Ulangan dan sebagainya selama proses Pembelajaran dari Rumah. Saya memilih untuk tetap mempertahankan ritme yang berjalan ketika sekolah biasa, termasuk mengadakan tugas, Ulangan, UTS...” Sekali lagi, hanya ingin mempertahankan ritme... Lagi-lagi, Ulangan ini pakai Google Forms... Open Book lagi... Itulah yang dijalani sampai di minggu keenam...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ke depan apalagi ya yang mau dilakukan? Entahlah... Tapi yang jelas perlu terus berinovasi dari minggu ke minggu... Sampai kapan Kelas Daring Ruang Podjok ini akan berjalan? Penjaga Podjok pun tidak tahu... Yang jelas, sampai saat ini sekolah masih menetapkan untuk belajar secara daring sampai tanggal 30 April 2020... Kelanjutannya, tunggu informasi terbaru dari sekolah...</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-64962968432767606752020-04-18T05:47:00.000+07:002020-04-23T22:00:08.029+07:00Berhenti Sejenak untuk Berefleksi tentang Pengalaman Pembelajaran dari Rumah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>"Tanpa refleksi, kita seperti orang buta dalam menempuh perjalanan, menciptakan banyak hal yang terduga dan akan menemui kegagalan untuk mencapai hal-hal yang berguna"</i></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">(Margaret J. Wheatley)</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pengalaman belajar daring atau online secara masif merupakan pengalaman baru bagi persekolahan di tingkat dasar dan menengah di Indonesia. Empat minggu setelah pembelajaran daring berjalan, saya merasa disadarkan bahwa pembelajaran daring ini perlu dilihat lebih dalam sebagai bagian dari pengalaman perjalanan Ruang Pojok. Ungkapan </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; text-align: center;">Margaret J. Wheatley yang dikutip di awal tulisan ini memberi inspirasi untuk menyadari pentingnya refleksi.</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> Akhirnya, minggu ini pun menjadi Minggu Refleksi bagi Ruang Pojok. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Senin, 13 April 2020, saat menjalani jadwal piket di sekolah, saya mulai berpikir bagaimana bisa memfasilitasi anggota Ruang Pojok untuk melakukan refleksi. Sore harinya, secara tidak terduga, seorang teman menyentil soal pemanfaatan Google Forms. Malam itu pun saya belajar mengenai Google Forms dan pemanfaatannya sampai akhirnya jadilah sebuah alat bantu bagi anggota Ruang Pojok untuk melakukan refleksi.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selasa, 14 April 2020, memulai pembelajaran daring hari itu, saya memposting dalam grup Whatsapp Kelas X dan XI bahwa yang menjadi tugas Mingguan adalah membuat refleksi yang akan dibantu oleh Google Forms. Sebelum mengajak anggota Ruang Pojok melakukan refleksi, ditampilkanlah pengantar tentang refleksi yang akan dibuat. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Mengutip dari <a href="https://www.inirumahpintar.com/2016/10/pengertian-tujuan-manfaat-refleksi-dalam-pembelajaran.html">https://www.inirumahpintar.com/2016/10/pengertian-tujuan-manfaat-refleksi-dalam-pembelajaran.html</a>, didapatlah pengertian refleksi. <i>"</i></span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>Refleksi adalah aktivitas pembelajaran yang berupa umpan balik dari peserta didik kepada guru setelah mengikuti serangkaian proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Di sini, peserta didik dengan jujur mengungkapkan perasaan,pesan dan kesan atas pembelajaran yang telah diikuti. Peserta didik tidak boleh berada di bawah intimidasi guru serta dipastikan benar-benar jujur dan terbuka agar beban pikirannya dapat tersalurkan." </i></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Masih mengutip dari laman yang sama, didapat juga tujuan dan mafaat refleksi. <i>"</i></span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>Tujuan refleksi adalah 1) mengetahui sejauh mana minat peserta didik mengikuti pembelajaran; 2) mengetahui tingkat keberhasilan strategi, model, metode, pendekatan dan teknik pembelajaran yang diterapkan; 3) mengetahui keinginan dan kebutuhan siswa secara terperinsi sehingga dapat merancang pembelajaran dengan lebih baik; dan 4) mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan guru dalam proses pembelajaran. Sedangkan </i></span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>manfaat refleksi adalah 1) bagi peserta didik, refleksi menjadi ruang ekspresi positif terhadap guru dan proses pembelajaran yang dialami dan 2) bagi guru, refleksi bermanfaat sebagai ajang pengamatan tindakan kelas dalam rangka memetakan karakter dan daya saing peserta didik sehingga memudahkan untuk membagi kelompok, menetapkan bobot materi, menyelenggarakan pengajaran dan melakukan evaluasi."</i> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sadar akan pengertian, tujuan dan manfaat refleksi, di akhir Google Forms yang dibuat, Penjaga Pojok menulis seperti ini, <i>"</i></span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>Refleksi tentang Belajar dari Rumah ini tidak akan mempengaruhi nilai kalian. Nilai yang akan kalian terima saya dasarkan pada tugas-tugas dan ulangan yang sudah dan akan saya sampaikan. Refleksi ini tidak akan masuk dalam penilaian. Oleh karena itu, silakan mengisi Lembar Refleksi ini dengan jujur. 'Kejujuran itu lebih dari sekedar tidak berbohong. Kejujuran berarti mengatakan yang sebenarnya, berbicara tentang hal-hal benar, menghidupi kebenaran, dan mencintai kebenaran' (James Esdras Faust)." </i></span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Berbekal Google Forms dan sedikit ilmu tentang refleksi ini, diluncurkanlah Refleksi Pembelajaran dari Rumah yang menjadi tema utama pembelajaran daring Ruang Pojok minggu ini. Terima kasih kepada semua yang sudah berpartisipasi dalam refleksi ini. </span></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBa9zDY0IcbzMes23smBVC2QJqR6Nj0WmacoI0Ql-q79w1p1VqBfngxufBNG5O2D5dAK1SrAJ6jlWHHS8zkBQoOjIk5485pPC4wdidHjX0mjpmcutXnd1sBdMq4OL1pJrMhMyVAifCHQY/s1600/john-dewey-reflection-quote-16vbfv9.png" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="800" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBa9zDY0IcbzMes23smBVC2QJqR6Nj0WmacoI0Ql-q79w1p1VqBfngxufBNG5O2D5dAK1SrAJ6jlWHHS8zkBQoOjIk5485pPC4wdidHjX0mjpmcutXnd1sBdMq4OL1pJrMhMyVAifCHQY/s320/john-dewey-reflection-quote-16vbfv9.png" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">http://blogs.leeward.hawaii.edu/teach/2016/04/26/learning-through-reflection/</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Refleksi ini kembali menyadarkan saya tentang arti pengalaman. Pengalaman hanya berarti atau berguna jika manusia mau merefleksikannya. Inilah yang - menurut saya - menjadi arti yang sesungguhnya ketika seseorang berkata bahwa dia mau belajar dari pengalaman. John Dewey - salah satu ahli filsafat pendidikan dari Amerika yang saya kagumi - pernah mengatakan, </span><i style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">"Kita tidak belajar dari pengalaman. Kita belajar dari merefleksikan pengalaman."</i><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> Jika tidak pernah direfleksikan, pengalaman akan lewat begitu saja dan kita tidak pernah mengambil manfaat apapun darinya. Namun, dengan merefleksikan pengalaman, kita berhenti sejenak untuk melihat pengalaman itu. Dalam proses itu, kita mengendapkan pengalaman, menyelam lebih dalam, dan menemukan hal-hal yang berharga dari pengalaman itu. Di situlah arti belajar dari pengalaman. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Aktivitas refleksi yang dilakukan Ruang Pojok minggu ini juga membuat saya belajar tentang kerendahan hati. Refleksi adalah proses merendahkan diri. Melalui refleksi, saya menjadi sadar bahwa apa yang saya lakukan tidaklah sempurna. Saya masih perlu banyak belajar. Saya semakin menemukan bahwa hakikat manusia itu adalah menjadi manusia pembelajar. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menemukan apa yang kita pikirkan, katakan, dan lakukan dalam banyak hal lalu membuat diri menjadi lebih baik. Inilah mengapa </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">John C. Maxwell pernah berkata, <i>"Milikilah kerendahan hati untuk belajar dari siapapun dan apapun di sekitarmu." </i>Semoga minggu ini boleh membuat hidup saya dan apa yang saya lakukan bersama orang-orang yang saya layani dalam kegiatan belajar menjadi lebih baik.</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-55864428914867036352020-04-12T06:17:00.000+07:002020-04-12T15:40:36.395+07:00Gereja Berada dalam Mode Tersebar Karena Wabah, Bukan Kali Pertama Gereja Mengalaminya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTVDx-FR-0KTte0OCj4v76vQCDuHH_OQIr5UH2Q8sG_fAvctgI2W3Au70FMVwLzxCI0IHq5fkneWd0A8HC1YpugCm7o5MHWWPcqqy7DPF84BaBE-YSWqaDLpzW4JRTAuIai7oz7U93tts/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-11+at+8.44.46+PM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1394" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjTVDx-FR-0KTte0OCj4v76vQCDuHH_OQIr5UH2Q8sG_fAvctgI2W3Au70FMVwLzxCI0IHq5fkneWd0A8HC1YpugCm7o5MHWWPcqqy7DPF84BaBE-YSWqaDLpzW4JRTAuIai7oz7U93tts/s320/WhatsApp+Image+2020-04-11+at+8.44.46+PM.jpeg" width="165" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selamat Paskah... Paskah 2020 dirayakan oleh umat Katolik secara istimewa. Paskah kali ini tentu akan meninggalkan kesan yang amat mendalam dalam diri umat beriman. Umat diberi kesempatan untuk membangun persekutuan iman bersama di dalam hakikat Gereja yang paling kecil, yaitu keluarga. Saya sendiri menghayati Paskah kali ini secara amat istimewa dan itu saya abadikan dalam status yang saya buat di media sosial. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jutaan umat Katolik mengalami Paska yang unik tahun ini. Pembatasan sosial secara fisik yang diberlakukan oleh pemerintah dalam berbagai versi tidak memungkinkan terjadinya perayaan-perayaan liturgi yang diikuti oleh banyak orang. Menyikapi situasi ini, hirarki Gereja Katolik cepat bertindak dengan mengeluarkan pernyataan yang mengatur jalannya liturgi selama pandemi Covid 19 ini. Kondisi seperti ini bukan pertama kalinya dialami oleh Gereja. Para paus dan uskup pernah mengambil kebijakan yang sama berabad-abad lalu untuk mencegah penularan wabah. Dua contoh diantaranya adalah wabah di Milan pada tahun 1576 dan wabah di Roma pada tahun 1656. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Di Italia, kebijakan untuk meniadakan perayaan liturgi ini dipahami dengan cepat. Pengalaman Gereja Katolik hidup di tengah wabah yang sedang berjangkit membantu umat untuk memahami bagaimana dramatisnya peristiwa yang sedang terjadi. Italia pernah mengalami dua wabah yang membunuh ribuan orang sehingga diadakanlah pengekangan aktivitas kehidupan beriman dan pembatasan perayaan gerejawi. Berikut ini akan dipaparkan kisah singkat bagaimana Gereja Katolik hidup di tengah dua wabah yang pernah terjadi pada tahun 1656 dan 1576.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selama terjadinya wabah tahun 1656, Paus Alexander VII mengambil keputusan besar untuk mencegah penularan yang bisa mengakibatkan jutaan kematian di seluruh Semenanjung Italia. Dalam laporan sejarah, ditulis demikian, <i>“Descrizione del contagio che da Napoli si comunicò a Roma nell'anno 1656" (Rome, 1837), kita membaca: ‘Tidak hanya perkumpulan secara sipil [...] tetapi perkumpulan secara rohani dilarang, seperti perayaan di kapel kepausan, prosesi umum, perkumpulan kesalehan, perayaan-perayaan kudus di gereja; juga menutup acara-acara perayaan luar biasa yang sangat dicintai oleh banyak orang.’”</i> Paus juga mempromulgasikan yubileum universal tanpa prosesi atau kunjungan ke beberapa basilika tertentu untuk mencegah berkerumunnya orang-orang. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Marco Rapetti Arrigoni – seorang wartawan Italia, penulis beberapa artikel mengenai pandemi dalam sejarah serta sikap otoritas religius – menulis dalam blognya bahwa “Dewan Kesehatan” [yang berada di kota Roma dan berurusan langsung dengan wabah] memiliki sistem karantina yang didasarkan pada pemisahan yang ketat atas mereka yang sedang dirawat di rumah sakit yang tersebar di beberapa bagian kota. Ada pengaturan terpisah bagi mereka yang sakit, yang terduga sakit, dan yang sembuh. “Tujuannya adalah isolasi secara cepat dan memindahkan mereka yang terjangkit, dengan kewajiban mengarantina siapa saja yang pernah mengadakan kontak dengan mereka.” Sebagai tambahan, Arrigoni mencatat, “Dewan Kesehatan, atas perintah Tahta Suci, juga ikut campur mengatur kehidupan religius dengan mempertimbangkan pembatasan-pembatasan yang perlu. “Adorasi Ekaristi Umat 40 Jam ditunda. Prosesi dan kotbah di jalanan dilarang. Perayaan dan upacara diadakan dalam ruangan. Otoritas Gerejawi diwajibkan untuk melaksanakan devosi dan doa pribadi dan tertutup.” Meskipun demikian, orang-orang Roma tetap mengunjungi Gereja Santa Maria di Portico, yang menjadi tempat bertahta ikon Perawan Terberkati dari Portico, pelindung kota dari bawah penyakit. Karena ditakutkan bahwa berkerumunnya orang-orang akan membuah wabah semakin mudah tersebut, Dewan Kesehatan memerintahkan agar gereja tersebut ditutup.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Saat terjadi wabah tahun 1576, sama seperti Paus yang memberikan perhatian pada keselamatan jiwa-jiwa dan juga kesehatan umat beriman, otoritas Gereja pengikut Santo Ambrosius di Milan pernah melakukan hal yang sama. Ketika Milan terserang wabah pada tahun 1576, Gubernur Kota Milan, Antonio de Guzman y Zuñiga, menetapkan pembatasan bagi para peziarah. Arrigoni mencatat bahwa untuk memasuki kota, para peziarah harus berada dalam kelompok kecil. Kelompok kecil itu harus memiliki surat atau dokumen yang dikeluarkan oleh otoritas kesehatan kota asal dan menyatakan bahwa kelompok tersebut tidak memiliki gejala penyakit sampar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Carolus Borromeus, Uskup Agung Milan, mendorong para imam untuk menolong mereka yang sedang sakit. Ia sendiri pun melakukan hal yang sama. Arrigoni mencatat beberapa fakta menarik tentang kardinal ini. Waspada atas resiko penularan dan untuk mencegah dirinya sebagai pembawa wabah, sang kardinal menjaga jarak aman saat berinteraksi dengan lawan bicaranya. Ia sangat sering berganti pakaian dan mencucinya dalam air mendidih. Ia mensterilkan segala yang dipegangnya dengan api atau dengan busa yang selalu direndam dalam cuka yang selalu dibawanya serta. Ketika mengunjungi wilayah keuskupannya, Kardinal Borromeus menyimpan uang-uang logam untuk derma dalam bejana yang diisi cuka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Dalam rangka memohon kepada Tuhan untuk mengentikan wabah, Uskup Agung Milan tersebut melakukan empat prosesi. Prosesi tersebut hanya boleh dihadiri oleh para pria dewasa yang dibagi dalam dua baris dengan jarak 3 meter satu satu sama lain. Mereka yang terjangkit dan terduga sakit dilarang menghadiri acara tersebut. Dengan bertelanjang kaki dan tali bergantung di lehernya, Kardinal Carolus Borromeus sendiri yang memimpin prosesi pertama dari Katedral Milan sampai Basilika Santo Ambrosius. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ia juga mengajukan permohonan agar seluruh warga kota untuk tetap tinggal dalam rumah selama 40 hari. Sebuah laporan kuni juga menyebutkan bahwa sang kardinal melakukan segala yang ia bisa untuk membantu mereka yang miskin dan sakit. Pada 15 Oktober 1576, Pengadilan menerima permohonan Kardinal Borromeus dan mengeluarkan pernyataan umum tentang karantina seluruh pendidik Milan. Pada 18 Oktober 1576, sang kardinal juga mengeluarkan keputusan yang sama bagi para klerus dan religius yang memerintahkan mereka untuk “tinggal di rumah” kecuali bagi mereka yang memberikan pendampingan spiritual maupun material kepada para warga. Warga Milan yang berada dalam karantina tidak dapat pergi ke gereja untuk berdoa atau menghadiri Ekaristi. Santo Carolus Borromeus memastikan bahwa setiap perempatan jalan kota harus diberi salib dan altar yang dapat digunakan untuk merayakan Ekaristi sehingga umat beriman bisa berpartisipasi dari jauh melalui jendela rumahnya. Sejak pertengahan Desember 1576, penyebaran wabah tampak melambat. Meskipun ada perkembangan situasi, pejabat yang berwenang tetap memutuskan untuk memperpanjang karantina. Meskipun menyetujui pepanjangan ini, sang kardinal menyesalkan bahwa umat tidak dapat pergi ke gereja, bahkan untuk merayakan Natal.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpCilUv5zhsqdZthaOP3wmUqB-kDubRimYDjoqDEYSbwZhJEs4yDYzOv9PvkLlICMnI2o4DUgPp-S1hax3b_C66BM2rz90R-ieGZRIgN-7OmsNfqyfsSttM9bFOHl7p7btS_ywITPASy8/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-11+at+9.15.33+PM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="960" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpCilUv5zhsqdZthaOP3wmUqB-kDubRimYDjoqDEYSbwZhJEs4yDYzOv9PvkLlICMnI2o4DUgPp-S1hax3b_C66BM2rz90R-ieGZRIgN-7OmsNfqyfsSttM9bFOHl7p7btS_ywITPASy8/s320/WhatsApp+Image+2020-04-11+at+9.15.33+PM.jpeg" width="240" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pengalaman Gereja menghadapi wabah sepanjang sejarah telah membuat Gereja Katolik bisa mengambil sikap yang tepat. Gereja memang tidak lepas dari dunia. Pengalaman berinteraksi dengan dunia membuat Gereja bisa bertindak secara bijaksana. Semoga kita juga boleh belajar sesuatu dari pengalaman sepanjang sejarah hidup kita. Selamat Paskah. Berkah Dalem.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">#banggamenjadiorangkatolik #merayakanpaskahdarirumah</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><b>Sumber Pustaka:</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">https://www.vaticannews.va/en/vatican-city/news/2020-04/epidemics-quarantines-empty-churches-history-tornielli.html Diakses 12 April 2020.</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-91692063099471780342020-04-11T06:34:00.000+07:002020-04-11T06:42:25.415+07:00Belajar Di Rumah, Saat untuk Kembali<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnmv-mH1Lgsl3am7H9XFpdFm1aTiNnj4IfZl7CdMq73aQ-gIUXteL-oMG1ZaIUwNaDcAV5PiZ2Pzp61g-HwbeJ6oWO7j52nngc5R11G3LBATzhRlO3mB7nGaHdsLxqGbp6C2-AUrLDZu4/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-11+at+4.37.42+AM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1082" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnmv-mH1Lgsl3am7H9XFpdFm1aTiNnj4IfZl7CdMq73aQ-gIUXteL-oMG1ZaIUwNaDcAV5PiZ2Pzp61g-HwbeJ6oWO7j52nngc5R11G3LBATzhRlO3mB7nGaHdsLxqGbp6C2-AUrLDZu4/s320/WhatsApp+Image+2020-04-11+at+4.37.42+AM.jpeg" width="212" /></a></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>Saat Kembali</i></span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>Kelas daring adalah saat kembali.</i></span></div>
<div style="text-align: right;">
<i style="color: #1d2129; font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Momentum “learn how to learn.”</i></div>
<div style="text-align: right;">
<i style="color: #1d2129; font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Pembelajar kembali menjadi figur sentral dalam pengajaran.</i></div>
<div style="text-align: right;">
<i style="color: #1d2129; font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Pengajar kembali pada karakter sentralnya sebagai pembelajar.</i></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div style="text-align: right;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>Patrisius Mutiara Andalas, 4 April 2020</i></span></div>
<div style="text-align: right;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Seorang kawan menulis demikian di laman Facebooknya. Membaca tulisan itu, saya mengamininya. Pandemi Corona yang tengah melanda dunia telah mengubah hidup manusia. Banyak sisi kehidupan yang terdampak oleh pandemi ini. Sektor pendidikan pun tidak luput dari pengaruh wabah ini. Setelah kasus Corona terdeteksi, pemerintah setempat segera mengumumkan agar seluruh kegiatan publik yang mengumpulkan banyak orang dihentikan. Salah satu kegiatan publik yang juga harus berhenti karena mengumpulkan banyak orang adalah sekolah. Imbasnya, kegiatan belajar di sekolah berganti dengan belajar di rumah. Tulisan kawan itu menggerakkan saya untuk mengajak kita semua menyadari bahwa kegiatan belajar di rumah menjadi saat berharga untuk kembali merenungkan hakikat belajar seumur hidup.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kata belajar sangat identik dengan sekolah. Saat masih sekolah, seorang manusia memiliki tugas untuk belajar. Namun, apakah benar kata belajar hanya identik dengan sekolah? Kalau sekolah dihentikan kegiatannya seperti sekarang ini, apakah manusia yang sedang sekolah berhenti belajar? Lagipula, kalau seorang manusia sudah tidak menempuh pendidikan di sekolah, apakah ia juga berhenti belajar? Inilah yang perlu dipikirkan kembali. Pandemi Corona ini – bagi saya – telah memberi banyak waktu untuk kembali. Salah satunya merenungkan kembali arti belajar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJrCJkjQa8Lh5RKg4FN6Y0WY7UK4rMVOJ8iayuLwOz_1QjReJFC-VQ6heF65FAbB3MFae-anmL0n4NoviRZMg-YQ7ZsJJLF6BkNOO7vter1gxgKKGeswM_IQJhvgljta1ECDJvFTQLk2o/s1600/IMG_20200410_062051_563.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1080" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJrCJkjQa8Lh5RKg4FN6Y0WY7UK4rMVOJ8iayuLwOz_1QjReJFC-VQ6heF65FAbB3MFae-anmL0n4NoviRZMg-YQ7ZsJJLF6BkNOO7vter1gxgKKGeswM_IQJhvgljta1ECDJvFTQLk2o/s320/IMG_20200410_062051_563.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Seorang filsuf dan pujangga Romawi bernama Lucius Annaeus Seneca sudah jauh hari berpikir mengenai hakikat belajar. Ia menulis, <i>“Non scholae sed vitae discimus – Kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup.”</i> Pada hakikatnya, belajar memang bukan hanya untuk kepentingan sekolah, tetapi untuk menjalani hidup dengan baik. Sadar akan hal tersebut, Seneca, yang hidup pada abad pertama Masehi, mewariskan pandangan ini sampai berabad-abad kemudian. Konsep Seneca tentang hakikat belajar kemudian dikembangkan oleh para ahli melalui konsep belajar seumur hidup. Belajar itu berlangsung sejak kecil sampai mati, kapanpun dan dimanapun. Pendidikan seumur hidup ini tidak dibatasi oleh tembok sekolah dan fasilitas yang ada. Dimanapun dan kapanpun, manusia bisa belajar. Inilah konsep belajar tampaknya sedang dikembalikan saat pandemi Corona ini. Sekolah tutup sementara. Siswa belajar di rumah. Dalam situasi ini, kesadaran belajar seumur hidup perlu ditanamkan kembali.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kesadaran belajar seumur hidup berawal dari kesadaran sebagai manusia pembelajar. Andrias Harefa dalam bukunya <i>Menjadi Manusia Pembelajar</i> menuliskan bahwa <b>tugas pertama manusia dalam proses menjadi dirinya yang sebenarnya adalah menerima tanggung jawab untuk menjadi pembelajar, bukan hanya di gedung sekolah dan perguruan tinggi tetapi terlebih lagi dalam konteks kehidupan</b>. Apa yang dimaksud dengan Manusia Pembelajar? Andrias Harefa mendefinisikan secara panjang lebar mengenai manusia pembelajar seperti berikut ini:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><i>“Setiap orang (manusia) bersedia menerima tanggung jawab untuk melakukan dua hal penting, yaitu <b>1) berusaha mengenal hakikat dirinya, potensi dan bakat-bakat terbaiknya dengan selalu berusaha mencari jawaban yang lebih baik tentang beberapa jawaban eksistensial seperti : “siapakah aku?”, “darimanakah aku datang?”, “kemanakah aku akan pergi?”, “apakah yang menjadi tanggung jawabku dalam hidup ini?”, dan “kepada siapa aku harus percaya?”</b>; serta <b>2) berusaha sekuat tenaga untuk mengaktualisasikan segenap potensinya itu, mengekspresikan dan menyatakan dirinya sepenuh-penuhnya, seutuh-utuhnya, dengan cara menjadi dirinya sendiri dan menolak untuk dibanding-bandingkan dengan segala sesuatu yang “bukan dirinya”</b>.</i></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa belajar menjadi sangat penting dan perlu terus-menerus dilakukan hingga akhir hayat karena dapat membentuk pemahaman mengenai diri dan dunianya, membentuk kecakapan menghadapi hidup dan kehidupannya, serta mendorong seseorang untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan segenap potensi dirinya untuk mencapai kesejahteraan diri dan melaksanakan fungsi-fungsi dirinya di masyarakat.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjmkZlb-F4BcC-yYmK0CbZNYT2ENo-lPCKm-41lF0omda8DNzyHoC-YQWXBxJCH4zslx6bk3Pif0MtI8dTQgUKQFOrmBE7aDtJ6s8dAveGwNDs2HhOJx4zr3gE8Xgef7keeg8qD7KYDyk/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-09+at+10.07.20+AM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="585" data-original-width="1040" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjmkZlb-F4BcC-yYmK0CbZNYT2ENo-lPCKm-41lF0omda8DNzyHoC-YQWXBxJCH4zslx6bk3Pif0MtI8dTQgUKQFOrmBE7aDtJ6s8dAveGwNDs2HhOJx4zr3gE8Xgef7keeg8qD7KYDyk/s320/WhatsApp+Image+2020-04-09+at+10.07.20+AM.jpeg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Konsep belajar seumur hidup seakan menjadi aktual kembali saat pandemi Corona ini karena guru dan siswa mengalami langsung ciri belajar seumur hidup. Umar Tirtarahardja dan S.L. La Sulo memaparkan empat ciri pembelajaran seumur hidup sebagai berikut: 1) tembok pemisah antara sekolah dan lingkungan kehidupan nyata di luar sekolah dihilangkan; 2) kegiatan belajar ditempatkan sebagai kegiatan integral dari proses hidup yang berkesinambungan dan sekolah hanya merupakan sebagian kecil dari proses belajar yang dialami seseorang semasa hidupnya; 3) pembekalan sikap dan metode belajar lebih diutamakan daripada isi pembelajaran; dan 4) peserta didik ditempatkan sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan yang mengarah pada pendidikan diri sendiri, autodidak yang aktif kreatif, tekun, bebas, dan bertanggungjawab. Ciri pembelajaran seumur hidup ini menuntut para guru dan siswa memiliki karakteristik sebagai manusia pembelajar seumur hidup, yaitu: 1) sadar bahwa dirinya harus belajar sepanjang hayat; 2) memiliki pandangan bahwa belajar hal-hal baru merupakan cara logis untuk mengatasi masalah; 3) bersemangat tinggi untuk belajar pada semua level; 4) menyambut baik perubahan; dan 5) percaya bahwa tantangan yang terjadi sepanjang hidup adalah peluang untuk belajar hal baru.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLDDQ36Qol0jjiLF50ndI6Cxj1PiCGS0ocCwZupBby_LE108V22znffUJnvbcGAgXvN4UT3ZB64vlT5OEDk3ZMzcJCMKy8kFlfgRcj5NHAPg4Z-qXqHIxvKAIbQODORDlfMsrYLI3EiMQ/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-08+at+8.37.03+PM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1000" data-original-width="500" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLDDQ36Qol0jjiLF50ndI6Cxj1PiCGS0ocCwZupBby_LE108V22znffUJnvbcGAgXvN4UT3ZB64vlT5OEDk3ZMzcJCMKy8kFlfgRcj5NHAPg4Z-qXqHIxvKAIbQODORDlfMsrYLI3EiMQ/s320/WhatsApp+Image+2020-04-08+at+8.37.03+PM.jpeg" width="160" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Inilah mengapa saya mengamini tulisan kawan saya di awal bahwa pembelajaran di rumah – yang salah satunya dilakukan melalui kelas daring – adalah saat untuk kembali. Semua komponen yang ada di sekolah baik guru maupun siswa kembali belajar bagaimana untuk belajar. Siswa menjadi pusat dalam pembelajaran karena siswalah yang kemudian aktif untuk belajar. Siswa ditempatkan sebagai pribadi yang melakukan proses belajar. Guru pun juga kembali pada karakteristik aslinya sebagai pembelajar karena guru kemudian belajar berbagai macam metode untuk tetap menjalankan perannya. Guru – selain orangtua – hadir menjadi pendidik dan pendamping belajar bagi para siswa yang dipercayakan kepadanya meskipun tidak bertatap muka. Pandemi ini bagi saya membawa berkah tersendiri, terutama kesadaran untuk mau belajar seumur hidup. Semoga kesadaran ini pun juga menular...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #1d2129; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-7576593354639410962020-04-04T21:44:00.000+07:002020-04-04T21:46:54.554+07:00Misa Online: Cara Baru Menghayati Warisan Tradisi?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicbKKMhgtl_5CfMDPLRBZ3De8o-Tn3IpChYxmzv4yn3q_7NDOfGB_ido_vOiYc_J0-srA9a0ArLi9-OO3pU01J3krtemwLNiRs8OZxidx57Tkwdfd7HQjrWJnKyN2KvGAnO36ORa74sro/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-04+at+5.22.58+PM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="588" data-original-width="1040" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicbKKMhgtl_5CfMDPLRBZ3De8o-Tn3IpChYxmzv4yn3q_7NDOfGB_ido_vOiYc_J0-srA9a0ArLi9-OO3pU01J3krtemwLNiRs8OZxidx57Tkwdfd7HQjrWJnKyN2KvGAnO36ORa74sro/s320/WhatsApp+Image+2020-04-04+at+5.22.58+PM.jpeg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Merebaknya penyebaran virus Corona telah mengubah berbagai sendi kehidupan manusia. Berbagai sektor telah terdampak oleh penyakit yang ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health Organization ini. Gereja Katolik juga tidak luput dari dampak pandemi ini. Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah ditiadakannya kegiatan yang melibatkan banyak orang di sutu tempat, termasuk Perayaan Ekaristi. Peniadaan ini sempat menimbulkan pro dan kontra. Meskipun demikian, Gereja Katolik tampaknya harus belajar untuk menyesuaikan diri karena salah satu cara yang diyakini manjur untuk memutus penyebaran virus ini adalah dengan membatasi perjumpaan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pembatasan perjumpaan umat di satu tempat ini mau tidak mau membuat Gereja Katolik kreatif untuk tetap menghayati kehidupan imannya. Yang kemudian menjadi tren di tengah umat yang tidak bisa bersekutu ini adalah Perayaan Ekaristi Jarak Jauh yang lazim disebut Perayaan Ekaristi Live Streaming atau Misa Online. Apa dasar dari Misa Online ini? Apakah Misa Online ini menjadi cara baru menghayati warisan tradisi? Bagaimana seharusnya umat menghayati Misa Online? Semoga tulisan ini boleh sedikit membantu menjawab.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Mengapa Misa Online?</span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCm56aamNwXfKTSSkrEMel9rzZAaEjX21DV5QgzTldMmrhBc7EEIwquW8TkKoor2UUsAS-f65OqGLqzBtkzyvyIal6AQMC1k9erWN4cxtv2c1HBZXyMdn616p1sht1IUGKuYBLU_3oDRI/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-04+at+6.26.43+PM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="588" data-original-width="1040" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCm56aamNwXfKTSSkrEMel9rzZAaEjX21DV5QgzTldMmrhBc7EEIwquW8TkKoor2UUsAS-f65OqGLqzBtkzyvyIal6AQMC1k9erWN4cxtv2c1HBZXyMdn616p1sht1IUGKuYBLU_3oDRI/s320/WhatsApp+Image+2020-04-04+at+6.26.43+PM.jpeg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Misa Online merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyebut tindakan umat mengikuti Perayaan Ekaristi jarak jauh melalui berbagai media komunikasi secara online atau daring. Dalam kesempatan itu, dilakukanlah penayangan aktivitas imam yang sedang merayakan Ekaristi di suatu tempat sehingga dapat diikuti oleh umat beriman yang berada di tempat lain. Karena kebanyakan media yang dipakai untuk menayangkan berada dalam jaringan internet, perayaan itu kemudian disebut Misa Online.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Barangkali ada yang bertanya mengapa Gereja Katolik memberikan perhatian besar pada pengaturan liturgi, terutama Perayaan Ekaristi, selama pandemi Corona ini. Kiranya ada tiga jawaban yang dapat diberikan. Pertama, Perayaan Ekaristi (dan kegiatan liturgi lain) sangat berhubungan dengan tindakan mengumpulkan orang dalam jumlah banyak padahal cara untuk memutus pandemi Corona ini adalah membatasi orang agar tidak berkumpul dalam jumlah banyak dan saling berdekatan. Dalam kehidupan masyarakat, cara ini lazim disebut social distancing atau physical distancing. Oleh karena itu, Gereja Katolik kemudian mengambil langkah untuk membatasi perjumpaan yang dihadiri oleh banyak orang untuk memutus rantai penyebaran wabah. Kedua, Gereja Katolik mengajarkan kewajiban merayakan Ekaristi Hari Minggu melalui salah satu dari Lima Perintah Gereja. Perintah nomor dua menyatakan, <i>“Ikutlah Perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan hari raya yang diwajibkan, dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.”</i> Perintah ini ditegaskan kembali oleh Konsili Vatikan II, <i>“Pada hari itu (Minggu) umat beriman wajib berkumpul untuk mendengarkan sabda Allah dan ikut serta dalam Perayaan Ekaristi”</i> (<i>Sacrosanctum Concillium</i> 106). Kebiasaan untuk berkumpul dan mengikuti Ekaristi ini sudah menjadi tradisi sejak zaman para rasul. Oleh karena itu sangat betul bahwa orang Katolik memiliki kewajiban untuk mengikuri Ekaristi pada hari Minggu. Ketiga, Konsili Vatikan II mengajarkan bahwa Ekaristi adalah <i>“sumber dan puncak kehidupan umat kristiani”</i> (<i>Lumen Gentium</i> 11). Artinya, hidup dan seluruh acara-kegiatan-pekerjaan maupun pelayanan Gereja menemukan sumbernya dari Ekaristi dan diarahkan kepada Ekaristi. Dalam arti tertentu, kita dapat tetap gembira, sabar, tabah dan tahan banting dalam mengarungi perjalanan hidup kita yang tidak mudah ini hanya karena kekuatan Allah yang ditimba dari Ekaristi. Begitu pula rencana, cita-cita dan kegiatan kita diarahkan kepada kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa kita yang puncaknya dirayakan dalam Perayaan Ekaristi. Rasanya, ketiga pertimbangan ini menjadi dasar bagi hirarki Gereja Katolik untuk memberikan pengaturan terhadap Perayaan Ekaristi (dan kegiatan liturgi lainnya).</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Secara resmi, keputusan Tahta Suci atas izin pengadaan Misa Online ini terbit pada 25 Maret 2020. Kongregasi untuk Ibadah Ilahi dan Tata Tertib Sakramen mengemukakan sebuah dekrit yang hanya berlaku dalam kurun waktu Covid-19. Terjemahan bebas isi dekrit yang mengatur Misa Online adalah sebagai berikut: </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">“Mempertimbangkan situasi pandemi Covid-19 yang berkembang dengan cepat, dan mempertimbangkan pula pengamatan dari Konferensi Waligereja, Kongregasi ini membarui petunjuk-petunjuk dan saran yang telah diberikan kepada para Uskup pada tanggal 19 Maret 2020. Mengingat bahwa tanggal Paskah tidak dapat dipindahkan di negara-negara yang telah terinfeksi penyakit dan pembatasan atas pertemuan publik dan pergerakan orang banyak telah diterapkan, para Uskup dan imam boleh merayakan ritus Pekan Suci tanpa kehadiran umat di tempat yang sesuai, sambil menghindari konselebrasi dan salam damai. </span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Umat beriman harus diberitahu mengenai waktu perayaan tersebut sehingga mereka dapat bersatu dalam doa di rumah mereka. Sarana-sarana siaran telematis langsung (bukan rekaman) sungguh bermanfaat. Dalam hal apapun tetaplah penting untuk meluangkan waktu yang memadai untuk berdoa, sembari memberikan prioritas kepada Liturgia Horarum (Ibadat Harian). </span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Konferensi Waligereja hendaknya memastikan bahwa materi-materi disediakan untuk mendukung doa pribadi dan keluarga.”</span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Dekrit yang ditandatangani oleh Kardinal Robert Sarah sebagai Prefek dan Uskup Agung Arthur Roche sebagai Sekretaris ini menjadi pijakan bagi para Uskup di berbagai negara untuk mengatur pelaksanaan Misa Online selama pandemi Corona.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Cara Baru?</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Dalam sejarah Gereja Katolik, pengalaman Ekaristi jarak jauh ini sebenarnya bukan hal yang baru. Adalah Santa Klara dari Asisi (1194-1253) yang pernah punya pengalaman mengikuti Ekaristi jarak jauh. Suatu kali, pada suatu Malam Natal, Klara menderita sakit berat dan tidak dapat pergi keluar bahkan tidak dapat mengikuti Ekaristi. Saat para suster lain menempuh perjalanan mengikuti Ekaristi, dia berada di atas tempat tidurnya dan berdoa agar diperbolehkan ikut ambil bagian dalam Ekaristi. Tidak lama kemudian, Tuhan menganugerahkan kepadanya penglihatan yang ajaib. Ia dapat melihat Ekaristi yang sedang berlangsung seolah-olah perayaan itu terjadi di kamar tidurnya sendiri. Pada tahun 1958, Paus Pius XII mengangkat kembali kisah hidup Santa Klara ini sehingga ia dijadikan pelindung televisi karena istilah “televisi” yang berasal dari bahasa Yunani berarti “melihat dari jauh.” </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Seiring perkembangan zaman, Gereja Katolik menggunakan berbagai kemajuan teknologi untuk menyiarkan kegiatan liturgi. Barangkali kita masih ingat ada salah satu stasiun televisi yang dengan rajin menyiarkan Misa Natal dan Paskah dari Vatikan secara langsung sehingga umat di Indonesia bisa mengambil bagian dalam perayaan itu. Bahkan, pada tahun 2005, umat di Indonesia dimanja dengan siaran langsung Misa Requiem Sri Paus Yohanes Paulus II. Ada juga yang mungkin masih mengalami siaran gelombang radio atas Perayaan Ekaristi dari suatu paroki yang dipancarkan oleh Radio Republik Indonesia. Berkenaan dengan penggunaan media untuk menyiarkan Perayaan Ekaristi, Konferensi Para Uskup Amerika Serikat sejak tahun 1996 telah memiliki panduan resmi untuk memfasilitasi penyelenggaraan Misa jarak jauh ini. Pengalaman demi pengalaman Gereja Katolik ini menunjukkan bahwa Misa Online ternyata bukanlah hal yang sangat baru dalam Gereja Katolik. Kalau memang mau dianggap sebagai hal baru, kebaruan itu terletak pada semakin beragamnya media yang dapat digunakan untuk mengikuti Misa Online ini. Kalau dulu Misa Online hanya dapat diikuti melalui televisi dan radio, sekarang Misa Online bisa diikuti dari berbagai gawai seperti ponsel, tablet, dan komputer. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Memusatkan Diri pada Komuni Batin</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Misa Online yang baru tren ini sebenarnya menggali kembali warisan tradisi kuno yang disebut Komuni Batin. Komuni Batin adalah tindakan orang-orang Kristiani yang mengungkapkan kerinduan untuk bersatu dengan Yesus dalam Ekaristi Kudus. Cara ini sering digunakan sebagai langkah persiapan mengikuti Perayaan Ekaristi atau kebaktian bagi mereka yang tidak dapat menerima Komuni Suci. Praktek ini sudah dimulai sejak zaman Gereja Perdana, terutama saat uma tidak bisa merayakan Ekaristi akibat penganiayaan yang dilakukan para penguasa saat itu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Praktek Komuni Batin telah dihayati oleh orang-orang kudus sepanjang zaman. Santo Thomas Aquinas menyatakan Komuni Batin sebagai hasrat membara untuk menerima Yesus dalam Sakramen Kudus dan dekapan penuh kasih meskipun kita telah menerimaNya. Dalam ensiklik Ecclesia de Eucharistia, Santo Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa praksis Komuni Batin telah dilakukan oleh Gereja selama berabad-abad dan dianjurkan oleh para kudus yang sudah mahir dalam hidup rohani. Santo Padre Pio menggambarkan betapa hatinya seakan-akan ditarik oleh kuasa ilahi setiap ia akan menerima Komuni Kudus. Santo Yohanes Maria Vianney membandingkan Komuni Batin sebagai bara yang siap mengobarkan api dalam kehidupan. Bahkan, tidak sedikit orang kudus yang memiliki rumusan doa khas saat melakukan Komuni Batin. Salah satunya adalah doa yang kita pakai dalam kondisi pandemi Corona ini, yaitu doa dari Santo Alfonsus de Liguori.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Mempertimbangkan betapa agungnya tradisi Komuni Batin, pada tahun 1983, Kongregasi Ajaran Iman mengeluarkan aturan yang menyatakan bahwa Komuni Batin dapat menimbulkan efek yang sama seperti Komuni Kudus dalam Ekaristi bagi orang-orang yang berada dalam situasi sebagai berikut: 1) mereka yang tinggal di paroki namun tidak ada imam yang memberikan pelayanan sakramen; 2) mereka yang tidak diperbolehkan untuk menghadiri Perayaan Ekaristi; 3) mereka yang bercerai dan menikah kembali; dan 4) mereka yang berada dalam kesatuan iman akan Perjamuan Tuhan seperti yang dihayati oleh Gereja Kristen Protestan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Menghayati Misa Online</span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJHJWDn75EqmfVmoDs6xWRwzu6EqHCbSzvfgFf9ezJWakDXKtAQXnSwmjcDjRD0boCwEf4gzeG1u7PwAHAJMOfHlGcqSJaHSLooqweZsVcLqDluo5bLRRdoQol4LQLLibTVE53QIheBLo/s1600/WhatsApp+Image+2020-04-04+at+5.22.59+PM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="588" data-original-width="1040" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJHJWDn75EqmfVmoDs6xWRwzu6EqHCbSzvfgFf9ezJWakDXKtAQXnSwmjcDjRD0boCwEf4gzeG1u7PwAHAJMOfHlGcqSJaHSLooqweZsVcLqDluo5bLRRdoQol4LQLLibTVE53QIheBLo/s320/WhatsApp+Image+2020-04-04+at+5.22.59+PM.jpeg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Berhadapan dengan Misa Online dalam kurun zaktu pandemi Corona ini, apa yang dapat dilakukan oleh umat beriman? Ada beberapa hal yang diusulkan. Pertama, umat diajak mempersiapkan diri dengan baik saat mengikuti Misa Online. Konsili Vatikan II mengharapkan agar <i>“umat beriman perlu datang menghadiri liturgi suci dengan sikap-sikap batin yang serasi”</i> (<i>Sacrosanctum Concillium</i> 11). Dalam Misa Online, mengingat lokasi yang dipakai bukanlah bangunan yang biasanya dijadikan tempat perayaan liturgi, persiapan menduduki tempat yang cukup penting. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk melakukan persiapan dengan baik. Kedua, umat diajak untuk tetap terlibat secara sadar dan aktif dalam liturgi yang sedang dialami. Umat tetap diajak untuk menciptakan suasana seperti yang dialami dalam Perayaan Ekaristi langsung. Sadar dalam liturgi berarti kita tahu, mengerti, dan paham mengenai tatacara dan maksud perayaan yang sedang dilakukan. Tindakan yang seharusnya tidak dilakukan saat mengikuti Perayaan Ekaristi langsung juga tidak boleh dilakukan dalam Misa Online. Aktif dalam liturgi berarti kita ikut ambil bagian dalam perayaan. Umat diajak untuk aktif memberikan berbagai sikap, jawaban, dan tanggapan yang seharusnya dilakukan dalam Perayaan Ekaristi langsung. Ketiga, umat perlu belajar menghayati Komuni Batin. Komuni Batin menjadi cara untuk menyatukan diri dengan kurban Kristus yang sedang dirayakan dalam Perayaan Ekaristi. Dengan mendasarkan Doa Komuni Batin secara khusuk, umat diajak untuk benar-benar bersatu dengan Tubuh dan Darah Kristus yang saat itu belum dapat diterimanya secara langsung. Keempat, umat diajak untuk sadar akan perutusan yang diberikan setelah Misa Online. Di akhir Perayaan Ekaristi, imam selalu menyatakan perutusan kepada umat beriman. Perutusan ini memiliki makna bahwa kita diutus untuk mewartakan dan menghadirkan apa yang telah kita terima dan alami dalam Perayaan Ekaristi. Setelah menerima Sabda dan kehadiran Yesus sendiri, kita diajak untuk melaksanakan sabda dan melakukan apa yang diteladankan oleh Yesus sendiri dalam kehidupan sehari-hari. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Inilah beberapa catatan berkenaan dengan Misa Online yang sedang dihayati oleh umat Katolik selama pandemi ini. Semoga boleh membantu penghayatan iman bersama.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Daftar Pustaka:</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Anonim. “Spiritual Communion”. https://en.wikipedia.org/wiki/Spiritual_Communion. Diakses 1 April 2020.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Carlos Ferreira. “Saint Clare of Assisi: Patroness of television”. August 10, 2012. https://saltandlighttv.org/blogfeed/ getpost.php?id=39301. Diakses 1 April 2020.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Cornelius. “[Update] Dekrit mengenai Perayaan Pekan Suci dalam Situasi Pandemi COVID-19.” https://luxveritatis7.wordpress.com/2020/03/21/dekrit-mengenai-perayaan-pekan-suci-dalam-situasi-pandemi-covid-19/ Diakses 1 April 2020.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Phillip Kosloski. “Can’t receive the Eucharist? Here’s how to make a spiritual communion.” https://aleteia.org/2018/09/20/cant-receive-the-eucharist-heres-how-to-make-a-spiritual-communion/ Diakses 1 April 2020.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">E. Martasudjita, Pr dkk. “Terlibat secara Aktif: Liturgi yang Sadar dan Aktif” dalam Habitus Baru dalam Liturgi, Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi. Yogyakarta: Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang. 2006. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">_____. “Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak Hidup Beriman” dalam Devosi Ekaristi dan Ragam Devosi, Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi. Yogyakarta: Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang. 2011.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">_____. “Kewajiban Merayakan Ekaristi Hari Minggu” dalam Devosi Ekaristi dan Ragam Devosi, Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi. Yogyakarta: Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang. 2011.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">_____. “Ite Missa Est: Pergilah, Kita Diutus!”” dalam Ekaristi: Tinggal dalam Kristus dan Berbuah, Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi. Yogyakarta: Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang. 2012.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">_____. “Pentingnya Persiapan Pribadi” dalam Mendalami Liturgi sebagai Pangkal Tolak Pembaruan Gereja, Renungan Bulan Maria dan Bulan Katekese Liturgi. Yogyakarta: Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang. 2013.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">United States Conference of Catholic Bishops. Guidelines for Televising The Liturgy. www.usccb.org/prayer-and-worship/the-mass/frequently-asked-questions/guidelines-for-televising-the-liturgy.cfm. Diakses 1 April 2020.</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-90427202623463194342019-10-18T14:27:00.000+07:002019-10-18T14:27:07.592+07:00Bunda Maria, Bersamamu, Perkenankanlah Kami yang Sedikit Ini Berkumpul dalam Nama Tuhan...<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Bulan Oktober adalah bulan yang dikhususkan oleh Gereja Katolik untuk menghormati Maria sebagai Ratu Rosario. Seiring dengan gerakan seluruh umat beriman Katolik seluruh dunia, pada bulan Oktober ini, Penjaga Podjok juga mengajak seluruh anggotanya untuk menghormati Maria. Ada dua kali kegiatan yang dijalankan pada bulan ini, yaitu pada Jumat Pertama (4/10) dan Jumat Ketiga (18/10). </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI4aGwMXHg3ULd5JLG93PztHYXfpl23cg0imOzjbM4xbmlcHdhdi8jq0e77xhJYYEmIVj9VoFnxMMtY2_ngU4qBFeenbSTE-IdcB4ApZBmT7Vlhoj78Ws6p7nGxJ3jgqiifOPz2l6L53E/s1600/WhatsApp+Image+2019-10-04+at+7.17.29+PM+%25281%2529.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI4aGwMXHg3ULd5JLG93PztHYXfpl23cg0imOzjbM4xbmlcHdhdi8jq0e77xhJYYEmIVj9VoFnxMMtY2_ngU4qBFeenbSTE-IdcB4ApZBmT7Vlhoj78Ws6p7nGxJ3jgqiifOPz2l6L53E/s320/WhatsApp+Image+2019-10-04+at+7.17.29+PM+%25281%2529.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkULIXUl2Bmk18sSRbh69a0iEhuaNTAeHILLpfWFFXtp0ywBBw1W8bfzSzZam5_UASfDLtjOWNlwpB4Nqmj4VUr1ERO-gt6ccwVvwEP-PO0n6puSKn6p9irM7bWiRXK643BXbz27jwAN0/s1600/WhatsApp+Image+2019-10-04+at+7.17.29+PM.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkULIXUl2Bmk18sSRbh69a0iEhuaNTAeHILLpfWFFXtp0ywBBw1W8bfzSzZam5_UASfDLtjOWNlwpB4Nqmj4VUr1ERO-gt6ccwVvwEP-PO0n6puSKn6p9irM7bWiRXK643BXbz27jwAN0/s320/WhatsApp+Image+2019-10-04+at+7.17.29+PM.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfpJo6I0fL2w8LJ7xRA80EJwIrmcEq6Fc34-oHQGj63lcFH2P6cd0QvSjn4hLsCUX14PlJ9ROFOGqajsIOVUZsmPU0hEmYRIwZ0zKMiSSyOrlzxuMR3A3XHfCciAWyxHm8jBssHS6UD_Y/s1600/WhatsApp+Image+2019-10-18+at+1.09.47+PM+%25281%2529.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfpJo6I0fL2w8LJ7xRA80EJwIrmcEq6Fc34-oHQGj63lcFH2P6cd0QvSjn4hLsCUX14PlJ9ROFOGqajsIOVUZsmPU0hEmYRIwZ0zKMiSSyOrlzxuMR3A3XHfCciAWyxHm8jBssHS6UD_Y/s320/WhatsApp+Image+2019-10-18+at+1.09.47+PM+%25281%2529.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlUITAkrJ6IP0NUJ-99O6B_u9RpwKPXSAnPRQloYzljvanA6E-GKMl9lYF2YfLHVAifDi9-692ogl25Hw58KzADteKJVOZbagAld4oX_-YCCpfjc1Y57w04U96xDum5ZQ3BD1jabk1lAY/s1600/WhatsApp+Image+2019-10-18+at+1.09.47+PM+%25282%2529.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlUITAkrJ6IP0NUJ-99O6B_u9RpwKPXSAnPRQloYzljvanA6E-GKMl9lYF2YfLHVAifDi9-692ogl25Hw58KzADteKJVOZbagAld4oX_-YCCpfjc1Y57w04U96xDum5ZQ3BD1jabk1lAY/s320/WhatsApp+Image+2019-10-18+at+1.09.47+PM+%25282%2529.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLD2EmNPSqKhw-AZvrN_NKkmPAfuVgK-hcKSnMhmUqZf-bOmhZky4ijFN0ewh5olBeVIQrhnQbApSyphfMjgifXd8eZ9oviwt8GX8ZHdsnloyofbSmCxmeRp0e2P8p376DbVk6zfY3GKI/s1600/WhatsApp+Image+2019-10-18+at+1.09.47+PM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="780" data-original-width="1040" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLD2EmNPSqKhw-AZvrN_NKkmPAfuVgK-hcKSnMhmUqZf-bOmhZky4ijFN0ewh5olBeVIQrhnQbApSyphfMjgifXd8eZ9oviwt8GX8ZHdsnloyofbSmCxmeRp0e2P8p376DbVk6zfY3GKI/s320/WhatsApp+Image+2019-10-18+at+1.09.47+PM.jpeg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">Tidak banyak yang hadir dalam dua kegiatan itu. </span><span style="font-family: Georgia, "Times New Roman", serif;">Meskipun tidak banyak, seluruh kegiatan bulan Oktober ini terus berjalan.</span><span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"> Satu hal yang diyakini oleh Penjaga Podjok berdasarkan sabda Tuhan: <i>"Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka"</i> (Mat 18:20). Terima kasih Tuhan karena melalui sabdaMu, kami boleh merasa yakin bahwa Engkau hadir di antara kami yang sedikit ini ketika berdoa karena kami berkumpul dalam namaMu...</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-23494179627832594172019-10-15T15:25:00.000+07:002019-10-17T14:04:08.391+07:00Mengenal Para Kardinal dari Indonesia<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHQFvmQFLVFywc0ExtWp4i1t-DivjT5i9TctGUX8lwzlFtd3_zw895Dc_Ckopr2CQpMhqeXkSzaROJNDDh_XiO9L41pYzPVhUPuyiNYAhqCjPhVPlbsNPfxPZNsNCk04XXQJy3lRGvCJo/s1600/077e_rocchetto_1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="800" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHQFvmQFLVFywc0ExtWp4i1t-DivjT5i9TctGUX8lwzlFtd3_zw895Dc_Ckopr2CQpMhqeXkSzaROJNDDh_XiO9L41pYzPVhUPuyiNYAhqCjPhVPlbsNPfxPZNsNCk04XXQJy3lRGvCJo/s320/077e_rocchetto_1.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal adalah sebuah gelar rohani sangat tua di dalam Gereja Katolik, yang secara hirarkis berada langsung di bawah paus. Paus Silvester I ( tahun 314 - 335) adalah paus pertama yang menggagas dan membentuk gelar ini. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Secara etimologis, kata "kardinal" berasal dari kata bahasa Latin "cardo", yang berarti engsel pintu yang menyambung dua helai pintu. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kata "cardo" juga digunakan untuk menyebut seorang imam yang menjadi kepala gereja yang terletak di wilayah sekitar Roma dan merepresentasikan kehadiran gereja-gereja lokal di berbagai belahan dunia. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Berpijak pada dua pengertian di atas, seorang kardinal dipilih dan diangkat dengan sebuah tugas dan fungsi penting, yakni ibarat ‘’engsel“ yang menyambungkan Sri Paus (Tahta Suci Vatikan) dengan gereja lokal atau wilayah yang berada di bawah tanggung jawab seorang kardinal. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Setelah penganugerahan entitas ganda kepada Vatikan sebagai negara dan Tahta Suci sebagai pemerintahan melalui Perjanjian Lateran pada tanggal 11 Pebruari 1929, para Kardinal juga diberi julukan "pangeran-pangeran Gereja".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Para kardinal bisa diidentifikasi dengan mudah melalui penampilan dengan pakaian kebesaran serba merah. P</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">ara kardinal Gereja Katolik adalah anggota persekutuan para kardinal yang disebut Kolegium Para Kardinal. Pada zaman dulu, </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kolegium Para Kardinal juga lumrah disebut "Senat Sri Paus" tetapi istilah ini sudah kedaluwarsa. Kadang istilah ini masih digunakan meski hanya dalam publikasi-publikasi atau tulisan-tulisan khusus saja. Istilah lain yang juga sudah jarang muncul adalah "</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kolegium Para Kardinal yang Kudus". </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Penggunaan kedua istilah di atas melemah sejak tahun 1983. Istilah yang lebih populer sekarang adalah Kolegium Para Kardinal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKCAn-jgD56so3PpQETDk-c9Uh7qX7HjzNzrPfnDY9qgTYbpqkGym_TnCY6AOgdLehHDeUn79j_Pt6A_YvTjU0Xmcsm_LwjkDXzvaTWYoAZ-PKOesel1nrE-hVc-oBEYw_9kh90QiL9ZE/s1600/WhatsApp+Image+2019-10-15+at+3.20.08+PM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKCAn-jgD56so3PpQETDk-c9Uh7qX7HjzNzrPfnDY9qgTYbpqkGym_TnCY6AOgdLehHDeUn79j_Pt6A_YvTjU0Xmcsm_LwjkDXzvaTWYoAZ-PKOesel1nrE-hVc-oBEYw_9kh90QiL9ZE/s320/WhatsApp+Image+2019-10-15+at+3.20.08+PM.jpeg" width="240" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Para kardinal yang dipilih dan diangkat oleh Sri Paus. Ini merupakan hak prerogatif Sri Paus. Pengangkatan para kardinal itu bertujuan agar mereka mendukung Paus di dalam menjalankan tugas kepemimpinan Gereja Katolik di seluruh dunia, baik secara individu maupun secara kebersamaan. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tugas para kardinal bisa bervariasi, mulai dari memimpin departemen atau lembaga administrasi pusat Kuria di Vatikan, hingga pemimpin Gereja lokal negara masing-masing dan penasihat atau pengarah Gereja lokal. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Artinya, kardinal-kardinal yang tidak ditentukan oleh Paus untuk memimpin administrasi Kuria di Vatikan, tetap tinggal dan bekerja di negara mereka masing-masing. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Mereka selalu siap bersedia untuk memenuhi panggilan Sri Paus, manakala kehadiran mereka di Vatikan dibutuhkan untuk sebuah tujuan penting tertentu. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Seorang kardinal yang berkarya di negaranya, tidak selamanya atau tidak harus menjadi pemimpin konferensi para uskup. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hal ini bergantung dari kebutuhan dan hasil pemilihan yang independen. Ketidakharusan ini memberikan ruang gerak kepadanya yang lebih luas untuk menjalin relasi kerjanya dengan Sri Paus.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pengangkatan para kardinal pada dasarnya tidak bertujuan untuk merepresentasi sebuah negara. Banyak negara di mana hadir juga Gereja Katolik, tidak memiliki kardinal. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hal ini merupakan hak prerogatif Paus yang berbasis pada kebutuhan beliau dan kriteria-kriteria yang beliau miliki. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Oleh karena pengangkatan seorang kardinal sesuai dengan kebutuhan Sri Paus, pada masa-masa terakhir, Paus Fransiskus bahkan juga memilih para imam dan diangkat menjadi kardinal tanpa harus menjadi uskup atau uskup agung terlebih dahulu seperti lazimnya terjadi pada masa-masa sebelumnya. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Mereka-mereka itu biasanya memiliki kualifikasi-kualifikasi tertentu yang sangat mendukung tugas kegembalaan Sri Paus, atau oleh karena jasa-jasa dan pengalaman-pengalaman luar biasa yang dianggap bisa memberikan masukan penting bagi Sri Paus dalam menjalankan kepemimpinannya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selain tugas-tugas di atas, para kardinal memiliki tugas lain yang sangat penting, yakni memilih paus yang baru. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ketika terjadi “sede vacante” (kekosongan jabatan Paus), para kardinal sebagai suatu kolegium memimpin roda pemerintahan Gereja Katolik Dunia. Kepemimpinan ini diwakili oleh kehadiran Kardinal Kamerlengo dan wakil-wakilnya. Para wakil Kardinal Kamerlengo ini dipilih dari para kardinal secara bergantian tiga hari sekali selama masa kekosongan jabatan Paus. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selama “sede vacante’’, para kardinal biasanya hadir di Vatikan untuk mengadakan pertemuan atau sidang harian guna membahas berbagai hal untuk menjamin jalannya pemerintahan serta mempersiapkan konklaf (upacara pemilihan Paus yang baru). </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selama masa ini, mereka tidak berhak menggantikan atau mengubah hukum atau keputusan serta ketetapan apapun yang sudah dilakukan oleh paus sebelumnya.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Penganugerahan gelar kardinal ini dilakukan dalam suatu acara yang disebut Konsistori. Konsistori merupakan istilah khas Gereja Katolik yang berakar dari bahasa Latin "consistorium" yang secara harafiah berarti "ruang pertemuan." Dalam tradisi, konsistori digunakan untuk menyebut perteman Kolegium Para Kardinal yang dipimpin langsung oleh Paus. Ada dua macam konsistori. Pertama, konsistori biasa atau umum yang dihadiri oleh para kardinal yang bekerja atau tinggal di Roma. Kedua, konsistori luar biasa yang harus dihadiri oleh seluruh anggota Kolegium Para Kardinal. Pengangkatan kardinal baru termasuk konsistori biasa. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sepanjang sejarah sampai saat ini, Indonesia sudah memiliki tiga orang kardinal. Sebagai warga Gereja Keuskupan Agung Semarang, Penjaga Podjok bersyukur karena ketiga kardinal yang diangkat oleh Paus itu pernah menjadi gembala Keuskupan Agung Semarang. Dalam tulisan ini, Penjaga Podjok ingin memperkenalkan profil ketiga kardinal tersebut. Ketiga kardinal tersebut adalah Kardinal Justinus Darmajuwono, Kardinal Julius Darmaatmaja, dan Kardinal Ignatius Suharyo.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtqaHIEhOckqGqaYAnVFryG3AKmW5P_EEA4UW4NQhY1TD3XEjY9d-twDMFVhSbTpAzy3eHNcDvFZ_B21EHhZ4v1WGZf0AJ72GhhUAMscphjXsRbZcHYlHFOnhu7Yth-A1Kp_CFsDJu4vs/s1600/Coat+of+Arms+Darmojuwono+02.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="355" data-original-width="300" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtqaHIEhOckqGqaYAnVFryG3AKmW5P_EEA4UW4NQhY1TD3XEjY9d-twDMFVhSbTpAzy3eHNcDvFZ_B21EHhZ4v1WGZf0AJ72GhhUAMscphjXsRbZcHYlHFOnhu7Yth-A1Kp_CFsDJu4vs/s320/Coat+of+Arms+Darmojuwono+02.jpg" width="270" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sejarah Gereja Indonesia mencatat bahwa yang menjadi kardinal pertama dari Indonesia adalah Kardinal Justinus Darmajuwono. Ia lahir di Jering, Godean, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2 November 1914. Di usia 33 tahun, ia ditahbiskan menjadi imam diosesan Semarang oleh Vikaris Apostolik Semarang saat itu, Monsinyur Albertus Soegijapranata, S.J. pada 25 Mei 1947. Setelah ditahbiskan, ia bekerja sebagai pastor paroki di beberapa tempat antara lain Kidul Loji (1947), Ganjuran (1947-1950), Klaten (1950-1954), Purbayan (1954 dan 1957-1961) serta Purbowardayan (1961). Pada tahun 1954-1956, ia diberi kesempatan untuk menepuh studi Missiologi di Universitas Gregoriana, Roma. Tahun 1962, ia ditunjuk oleh Monsinyur Soegijapranata untuk menjadi Pastor Paroki Katedral Semarang sekaligus mengemban tugas sebagai Vikaris Jenderal. Pada 10 Desember 1963, ia ditunjuk oleh Tahta Suci menjadi Uskup Agung Semarang menggantikan Monsinyur Soegijapranata yang wafat pada 22 Juli 1963. R.D. Darmojuwono</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij07GZBrVEXSNFCfNrI4sLkK3hFR26L_neF-D0aErZ2EnVCcbDI6XVzwKYk9ZVeeuFJLj-GM7IoklHM9lOf56Au1ogDC_QfiY94m2L74wb7mqZuoRDKxVJQaGSL6sjHnI9vvyotb2fMnI/s1600/Yustinus_Darmojuwono.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="374" data-original-width="330" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEij07GZBrVEXSNFCfNrI4sLkK3hFR26L_neF-D0aErZ2EnVCcbDI6XVzwKYk9ZVeeuFJLj-GM7IoklHM9lOf56Au1ogDC_QfiY94m2L74wb7mqZuoRDKxVJQaGSL6sjHnI9vvyotb2fMnI/s320/Yustinus_Darmojuwono.jpg" width="282" /></a></span></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> pun ditahbiskan pada 6 April 1964 oleh Monsinyur Ottavio de Liva (Internunsius Apostolik untuk Indonesia) yang didampingi oleh Monsinyur Adrianus Djajaseputra, SJ (Uskup Agung Jakarta) dan Monsinyur Paulus Sani Kleden, S.V.D (Uskup Denpasar). Karya penggembalaan yang dijalani oleh Monsinyur Darmoyuwono ini disemangati oleh semboyan <i>"In Te Confido - Kepada-Mu aku percaya."</i> Tiga tahun setelah peristiwa penahbisan sebagai Uskup, Monsinyur Darmoyuwono diangkat sebagai kardinal oleh Paus Paulus VI pada 26 Juni 1967 dengan gelar Kardinal Imam Santissimi Nome di Gesu e Maria in via Lata. Meskipun diberi gelar kardinal, tugas utama yang diembannya tetap menggembalakan umat di Keuskupan Agung Semarang. Kardinal Darmojuwono mengundurkan diri dari jabatan Uskup pada 3 Juli 1981. Setelah itu, ia tinggal di Paroki Santa Maria Fatima Banyumanik, sebuah paroki kecil di sebelah selatan Kota Semarang sampai tutup usia pada 3 Februari 1994. Selama menjadi kardinal, ia mengikuti konklaf sebanyak 2 kali, yaitu pada 25-26 Agustus 1978 yang memilih Paus Yohanes Paulus I serta 14-16 Oktober 1978 yang memilih Paus Yohanes Paulus II.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5y5JRQ0DuAshDTb5wgPBPWoYr7B0V4v596oIhj9nXtaYydcCS-n0K1ZO5a3pvH7iLAbXbe-iiDk05a2e54BAzUIJu9GOgXussK0AN9qtIJQ9xpO5CjJYmoxPipe3jEnUsRcFup97E88M/s1600/Coat+Arms+Kardinal+Darmaatmaja.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="293" data-original-width="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5y5JRQ0DuAshDTb5wgPBPWoYr7B0V4v596oIhj9nXtaYydcCS-n0K1ZO5a3pvH7iLAbXbe-iiDk05a2e54BAzUIJu9GOgXussK0AN9qtIJQ9xpO5CjJYmoxPipe3jEnUsRcFup97E88M/s1600/Coat+Arms+Kardinal+Darmaatmaja.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tidak sampai setahun setelah wafatnya Kardinal Darmojuwono, Indonesia kembali mendapatkan kehormatan untuk memperoleh seorang kardinal. Ia adalah Kardinal Julius Darmaatmaja. Ia lahir di Muntilan, Jawa Tengah pada 20 Desember 1934. Di usia 35 tahun, ia ditahbiskan menjadi imam dalam Ordo Serikat Yesus oleh Uskup Agung Semarang, Kardinal Justinus Darmojuwono pada 18 Desember 1969. Setelah ditahbiskan, imam lulusan Kolese de Nobili Poona, India ini bekerja sebagai pastor paroki Kalasan (1969-1971). Setelah itu, hidupnya diabdikan dalam Ordo Serikat Yesus Provinsi Indonesia: sebagai Socius Magister, Minister, dan Pastor Paroki Girisonta (1971-1973), Socius Provinsial dan Superior Komunitas Provinsialat (1973-1978). Ia pernah menjadi Rektor Seminari Mertoyudan (1978-1981). Pelayanan terakhir yang diembannya sebelum menjadi uskup adalah sebagai Provinsial Serikat Yesus (1981-1983). Pada 19 Februari 1983, R.P. Darmaatmaja ditunjuk oleh Tahta Suci menjadi Uskup Agung Semarang menggantikan Kardinal Darmajuwono. Tahbisan Uskup dilaksanakan pada 29 Juni 1983 oleh </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Justinus Darmojuwono (Uskup Agung Emeritus Semarang) didampingi oleh</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtfgV2LDk11qG1CxT_eoJbAmyefr3FB_x3l-8Avi-hyhb3qg8oDeizoxwAhkyoxg85V5Do2CdnEi5Ile3vHkK7jgpCukZYr1rCE4N6meIyHx_L7zOlFojnjZbeSvFVNexY5-6CLDdvBPs/s1600/sajut-kardinal-julius-darmaatmadja-jan-2014-hidup-katolik.jpg.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="350" data-original-width="324" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtfgV2LDk11qG1CxT_eoJbAmyefr3FB_x3l-8Avi-hyhb3qg8oDeizoxwAhkyoxg85V5Do2CdnEi5Ile3vHkK7jgpCukZYr1rCE4N6meIyHx_L7zOlFojnjZbeSvFVNexY5-6CLDdvBPs/s320/sajut-kardinal-julius-darmaatmadja-jan-2014-hidup-katolik.jpg.jpg" width="296" /></a></span></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> Monsinyur </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Fransiskus Xaverius Sudartanta Hadisumarta, O. Carm. (Uskup Malang) dan Monsinyur Leo</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> Sukoto (Uskup Agung Jakarta)</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">. Monsinyur Darmaatmaja mengambil semboyan penggembalaan </span><i style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">"In Nomine Iesu - Dalam nama Yesus."</i><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> Semboyan ini juga pernah dipakai oleh Uskup Agung Semarang yang pertama, Monsinyur Albertus Soegijapranata. Pada 26 November 1994, Monsinyur Darmaatmaja diangkat menjadi kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II dengan gelar Cardinal Imam Sacro Cuore di Maria. Sama seperti Kardinal Darmajuwono, Kardinal Darmaatmaja pun tetap mengemban tugas penggembalaan di Keuskupan Agung Semarang setelah diangkat sebagai kardinal. Tugas di Keuskupan Agung Semarang diembannya sampai tahun 1996. Pada 11 Januari 1996, ia ditunjuk menjadi Uskup Agung Jakarta menggantikan Monsinyur Leo Sukoto yang wafat pada 30 Desember 1995. Tugas sebagai Uskup Agung Jakarta diemban oleh Kardinal Darmaatmaja sampai 28 Juni 2010 saat permohonan pensiunnya diterima oleh Paus Benediktus XVI. Setelah pensiun, sampai saat ini, Kardinal Darmaatmaja tinggal di Wisma Emaus, Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW-uIGXbMlEwFQ1ZuPD36MCy1sZAzsHvKvUHN5pPtnld-qLiwiZ_pCdG2RLiyz3U3iEHDPC4QuddE24xhFloALzu6ZI0XctvepmKBt_SC0Z3a-TUWOJXtBGYQq3XR0DzPQDy7YzUnwIsM/s1600/WhatsApp+Image+2019-10-15+at+3.20.07+PM.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="1280" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiW-uIGXbMlEwFQ1ZuPD36MCy1sZAzsHvKvUHN5pPtnld-qLiwiZ_pCdG2RLiyz3U3iEHDPC4QuddE24xhFloALzu6ZI0XctvepmKBt_SC0Z3a-TUWOJXtBGYQq3XR0DzPQDy7YzUnwIsM/s320/WhatsApp+Image+2019-10-15+at+3.20.07+PM.jpeg" width="320" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal ketiga yang dimiliki oleh Indonesia dianugerahkan oleh Paus Fransiskus pada 5 Oktober 2019. Kabar gembira ini sudah diumumkan dalam Doa Angelus yang disampaikan oleh Paus pada 1 September 2019. Dalam kesempatan itu, Paus mengumumkan akan mengangkat 13 kardinal yang salah satunya adalah Uskup Agung Ignatius Suharyo Hardjoatmojo, Uskup Agung Jakarta</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">. Berita itu menjadi sangat viral berkat kehadiran media sosial yang diakrabi oleh umat Katolik. Sore itu, Penjaga Podjok pun ikut bersorak gembira saat mendengar berita itu. Puji Tuhan, melalui Paus Fransiskus, Tuhan berkenan memperhatikan bangsa Indonesia dan terutama umat Katolik di Indonesia karena Penjaga Podjok tahu bahwa kehadiran seorang kardinal akan mendekatkan umat Katolik di suatu wilayah dengan Paus yang sedang bertahta</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> (Lihat posting berjudul </span><a href="http://kerohaniankatolikskaga.blogspot.com/2019/10/ikut-bersukacita-menyambut-pengangkatan.html" style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">Ikut Bersukacita Menyambut Pengangkatan Monsinyur Ignatius Suharyo sebagai Kardinal</a><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">)</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">. Ignatius Suharyo lahir di Sedayu, Godean, Sleman pada 9 Juli 1950. Pada 26 Januari 1976, ia ditahbiskan sebagai imam Keuskupan Agung Semarang oleh </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Uskup Agung Semarang, Kardinal Justinus Darmojuwono. Setelah ditahbiskan, R.D. Suharyo menjalankan tugas perutusan untuk belajar Kitab Suci di Universitas Gregoriana, Roma (1976-1981). Setelah lulus, ia diutus untuk mengemban tugas mengajar sebagai dosen di Fakultas Filsafat Teologi Wedhabakti, Yogyakarta. Pada 21 April 1997, ia ditunjuk sebagai uskup Agung Semarang menggantikan Kardinal Darmaatmaja yang saat itu sudah pindah mengemban tugas sebagai Uskup Agung Jakarta. Tahbisan uskup kemudian dilakukan pada 22 Agustus 1997 oleh Kardinal </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Darmaatmadja (Uskup Agung Jakarta) didampingi oleh Monsinyur </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pietro Sambi (Nunsius Apostolik untuk Indonesia) dan Monsinyur </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Blasius Pujaraharja (Uskup Ketapang). Monsinyur Suharyo memilih motto tahbisan <i>"Serviens Domino cum omni humilitate - Aku melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati."</i> Penggembalaan di Keuskupan Agung Semarang dijalaninya sampai tahun 2009. Pada 25 Juli 2009, ia ditunjuk sebagai Uskup Koajutor Keuskupan Agung Jakarta. Uskup Koajutor adalah uskup bantu yang memiliki hak untuk langsung menggantikan saat permohonan pengunduran diri Uskup Diosesan yang didampinginya diterima oleh Tahta Suci sehingga Uskup Diosesan tersebut tidak lagi mengemban jabatan di wilayah yang dipercayakan kepadanya. Ketika Paus Benediktus XVI memberikan persetujuan pensiun kepada Kardinal Darmaatmaja pada 28 Juni 2010, Monsinyur Suharyo langsung menggantikan posisinya sebagai Uskup Agung Jakarta. Mulai saat itu, ia resmi mengemban penggembalaan umat di Keuskupan Agung Jakarta. Ketika berita penunjukannya sebagai kardinal beredar, Monsinyur Suharyo tidak langsung mempercayainya. Ia baru mempercayai kabar itu ketika Monsinyur Piero Pioppo, Nunsius Apostolik untuk Indonesia, menghubunginya melalui telepon. <i>"Usai mendapat telepon itu, saya yakin dengan benar bahwa saya dipilih Paus untuk melayani sebagai kardinal,"</i> demikian ungkap Monsinyur Suharyo seperti yang dikutip oleh Majalah HIDUP edisi 15 September 2019. Baginya, tugas sebagai kardinal mengandung konsekuensi yang mendalam. Orang Perancis berkata, <i>"Noblesse Oblige - Dalam kekuasaan, kekayaan, dan kehormatan, ada tanggung jawab yang besar."</i> Inilah refleksi mendalam yang diolahnya ketika ia diangkat sebagai kardinal. Akhirnya, pada 5 Oktober 2019, ia dilantik sebagai kardinal dan diberi gelar </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Imam Spirito Santo alla Ferratella</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> oleh Paus Fransiskus. </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpKQV_p2C66sIK2XRp9zoENZE-CHJwWC7EK9-bbZkMpo3w5eBJg5w0sq_AGcvrf0byJXLXrMCvuJnQn87mCTgmZpnLG2b0wI05aAtsMY0Yi7Ap21c1mZRVtJ1HSNvvZS6r7wYRF__hkN0/s1600/WhatsApp+Image+2019-10-15+at+3.20.07+PM+%25285%2529.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpKQV_p2C66sIK2XRp9zoENZE-CHJwWC7EK9-bbZkMpo3w5eBJg5w0sq_AGcvrf0byJXLXrMCvuJnQn87mCTgmZpnLG2b0wI05aAtsMY0Yi7Ap21c1mZRVtJ1HSNvvZS6r7wYRF__hkN0/s320/WhatsApp+Image+2019-10-15+at+3.20.07+PM+%25285%2529.jpeg" width="240" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Inilah tiga kardinal yang boleh diterima oleh bangsa Indonesia. Pengangkatan kardinal bagi suatu bangsa merupakan modal dan kekuatan spiritual bagi Gereja Katolik. Ini menjadi tanda kepercayaan Tahta Suci kepada Gereja Katolik Indonesia. Syukur atas para kardinal yang boleh menjadi kekuatan iman untuk umat di Indonesia... </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sumber Pustaka:</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">R.B.E. Agung Nugroho. "Pangeran Gereja, Pelayan Umat Allah" dalam <i>HIDUP</i> No. 10 Tahun ke-68. 09 Maret 2014. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Y. Prayogo. "Menebarkan Jala dalam Nama Yesus" dalam </span><i style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">HIDUP</i><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> No. 50 Tahun ke-68. 14 Desember 2014.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Yusti H. Wuarmanuk. "Kardinal Baru Menyapa Orang Kecil" dalam </span><i style="font-family: georgia, "times new roman", serif;">HIDUP</i><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> No. 37 Tahun ke-73. 15 September 2019.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bernardinus Rusmanto Indriarto, Pr. Sang Pangon, Justinus Kardinal Darmojuwono. Yogyakarta: Kanisius. 2014. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Foto-foto diambil dari grup Whatsapp... terima kasih kepada yang sudah berkenan mengunggah foto-foto tersebut.</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8055876487369971461.post-68512182513629285962019-10-03T12:16:00.000+07:002019-10-11T15:30:23.021+07:00Ikut Bersukacita Menyambut Pengangkatan Monsinyur Ignatius Suharyo sebagai Kardinal<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyAgRew2eB755Kz5L6fd5tiCwbuw3ra_mf0_shyphenhyphenXUwMs8r6Yph8TgLzkvkONCn1K0aLbUjfc4HjGwDb2GVoxZ-aXuVY01hJM5KIP2QIsxIkWwLNVLy6P089i4KAcHvvCXMdAhLf0cNMiU/s1600/cq5dam.thumbnail.cropped.750.422.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="422" data-original-width="750" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyAgRew2eB755Kz5L6fd5tiCwbuw3ra_mf0_shyphenhyphenXUwMs8r6Yph8TgLzkvkONCn1K0aLbUjfc4HjGwDb2GVoxZ-aXuVY01hJM5KIP2QIsxIkWwLNVLy6P089i4KAcHvvCXMdAhLf0cNMiU/s400/cq5dam.thumbnail.cropped.750.422.jpeg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari-hari ini, seluruh umat Katolik di Indonesia sedang menantikan sebuah peristiwa besar. Pada tanggal 1 September 2019 yang lalu, bersama dengan Doa Angelus, Paus Fransiskus mengumumkan penyelenggaraan konsistori pada tanggal 5 Oktober 2019 untuk 13 orang yang dinominasikan sebagai kardinal baru. Paus mengatakan bahwa tempat asal para kardinal baru ini menampakkan panggilan misioner Gereja sebagai kelanjutan pengabaran belas kasih Allah kepada semua orang di atas muka bumi. Adapun ketiga belas calon kardinal baru itu adalah: 1)</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> Uskup Miguel Angel Ayuso Guixot, MCCJ; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">2) Uskup Agung José Tolentino Medonça; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">3) Uskup Agung Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">4) Uskup Agung Juan de la Caridad García Rodríguez; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">5) Uskup Agung Fridolin Ambongo Besungu, O.F.M. Cap; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">6) Uskup Agung Jean-Claude Höllerich, SJ; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">7) Uskup Alvaro L. Ramazzini Imeri; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">8) Uskup Agung Matteo Zuppi; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">9) Uskup Agung Cristóbal López Romero, SDB; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">10) Pastor Michael Czerny, SJ; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">11) Uskup Agung Emeritus Michael Louis Fitzgerald; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">12) Uskup Agung Emeritus Sigitas Tamkevičius, SJ; dan </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">13) Uskup Emeritus Eugenio Dal Corso, PSDP. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Setelah membacakan nama mereka, Paus meminta kepada seluruh umat untuk berdoa bagi para kardinal baru agar dapat membantu pelayanan Paus sebagai Uskup Roma demi kebaikan seluruh umat Allah (lihat:</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> <a href="https://www.vaticannews.va/en/pope/news/2019-09/pope-announces-13-new-cardinals-for-the-missionary-church.html">https://www.vaticannews.va/en/pope/news/2019-09/pope-announces-13-new-cardinals-for-the-missionary-church.html</a></span>)<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">. Ini merupakan kehormatan besar karena peristiwa ini menambah jumlah kardinal dari Indonesia setelah pengangkatan Kardinal Yustinus Darmoyuwono pada tahun 1967 dan pengangkatan Kardinal Julius Darmaatmaja pada tahun 1994.</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Dalam sukacita yang besar menyambut pengangkatan tersebut, Penjaga Podjok ingin membagikan beberapa informasi berkenaan dengan jabatan kardinal tersebut. Tidak setiap orang pernah bertemu dengan kardinal karena jabatan ini kadangkala terasa "sangat jauh" dengan kehidupan umat beriman. Penjaga Podjok termasuk salah satu yang beruntung karena beberapa kali pernah berjumpa langsung dengan Bapak Kardinal Darmaatmaja dalam beberapa peristiwa. Dalam tulisan kali ini, Penjaga Podjok ingin berbagi informasi mengenai jabatan kehormatan ini. Semoga sedikit membantu...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal adalah seorang klerus – biasanya sudah menerima Tahbisan Uskup – yang dipilih Paus menjadi pejabat senior dalam Gereja Katolik. Dari sisi alkitabiah, dasar </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kitab Suci yang sering dijadikan pendukung untuk jabatan kehormatan ini adalah Bil 11: 24-30. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kata “kardinal" berasal dari bahasa Latin cardo (arti harafiah: engsel), yang berarti “utama” atau “pemimpin.” Arti harafiah ini membantu kita memahami bahwa adanya kardinal di suatu wilayah Gerejawi akan mendekatkan wilayah Gerejawi tersebut kepada Paus karena dia adalah engsel yang menghubungkan antara umat di suatu wilayah Gerejawi dengan Tahta Suci. Dalam arti tertentu, dapat dipahami bahwa pemilihan Paus atas kardinal dari wilayah atau negara tertentu menunjukkan perhatian Paus pada wilayah atau negara tersebut. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Acara khusus yang dipakai Paus untuk melantik para kardinal disebut Konsistori. Tahun ini, konsistori akan dilaksanakan Sabtu, 5 Oktober 2019 sebelum pembukaan Sinode tentang Amazon. </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHs40B__EJPwef_MGSybTC6aMMCvE5dVjLoLybWNp36cGXMCWaEffBbQnWrZlaZzCvh8zXO-1ZS-m_vfIq73ewXKtiJwT9cZGGkpNs_zjXQBolmObZNY-lRHsc1h4ugSEZCzeWratCCu0/s1600/561px-External_Ornaments_of_a_Cardinal_%2528not_a_bishop%2529.svg.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="493" data-original-width="561" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHs40B__EJPwef_MGSybTC6aMMCvE5dVjLoLybWNp36cGXMCWaEffBbQnWrZlaZzCvh8zXO-1ZS-m_vfIq73ewXKtiJwT9cZGGkpNs_zjXQBolmObZNY-lRHsc1h4ugSEZCzeWratCCu0/s320/561px-External_Ornaments_of_a_Cardinal_%2528not_a_bishop%2529.svg.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jabatan para kardinal ini ditandai dengan lambang jabatan yang sama dengan jabatan Uskup, namun dibedakan dengan simpul 5 tingkat. Unsur yang dominan adalah 1) topi, 2) perisai, 3) tali dengan simpul, dan 4) motto kegembalaan. Unsur salib pada lambang kardinal hanya dipakai oleh kardinal yang sudah ditahbiskan uskup. </span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOgK1B3q4aZdXGuGRLAJ2PNWhnw5ucS-YI69XS0NC6hMGt17nPFrl5bWFR2NnX7NC967zaYw19DBuWw77bL0RivM2g3k8Ao4gOz6CEpKKyL8P-5vkXUVftEGVQIclwi_67hDJkwydbS_Q/s1600/Coat_of_arms_of_Jorge_Mario_Bergoglio.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="599" data-original-width="565" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOgK1B3q4aZdXGuGRLAJ2PNWhnw5ucS-YI69XS0NC6hMGt17nPFrl5bWFR2NnX7NC967zaYw19DBuWw77bL0RivM2g3k8Ao4gOz6CEpKKyL8P-5vkXUVftEGVQIclwi_67hDJkwydbS_Q/s320/Coat_of_arms_of_Jorge_Mario_Bergoglio.png" width="301" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Secara umum, ada 3 jenis kardinal, yaitu: 1) Kardinal Uskup, 2) Kardinal Imam, dan 3) Kardinal Diakon.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBvsSudtpmrryyXsWbPj6KQahQqdW-rpN6PkonQrTQ8CNold4PmVgITA-u8S00cyWx1pnGFXQM24eVmvMCkeooq4jNYSxOg_rn6nxFD8RH03o-MFO5-STz4eH_1JXAKGyi4yE_LpdtFE8/s1600/Roman_suburbicarian_12th.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="705" data-original-width="1028" height="219" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBvsSudtpmrryyXsWbPj6KQahQqdW-rpN6PkonQrTQ8CNold4PmVgITA-u8S00cyWx1pnGFXQM24eVmvMCkeooq4jNYSxOg_rn6nxFD8RH03o-MFO5-STz4eH_1JXAKGyi4yE_LpdtFE8/s320/Roman_suburbicarian_12th.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kelompok pertama adalah Kardinal Uskup. Kardinal Uskup adalah kardinal paling senior yang biasanya menduduki jabatan tituler Uskup pada salah satu keuskupan sekitar Roma atau kardinal yang mendapatkan gelar tahta suburbikaris Roma. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jabatan tituler adalah jabatan kehormatan yang tidak mengharuskan seorang pejabat Gereja menjalankan tugas administratif pada jabatan yang mereka terima. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Uskup mendapatkan gelar kehormatan pada tahta suburbikaris yang diberikan kepada mereka, tetapi tugas mereka dijalankan oleh pejabat yang lain. Adapun yang disebut t</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">ahta suburbikaris adalah tahta keuskupan yang berada di sekitar keuskupan Roma. Tahta Suburbikaris terdiri dari 1) Ostia, 2) Albano, 3) Porto Santa Rufina, 4) Sabina - Poggio Miterto, 5) Velletri-Segni, 6) Frascati, dan 7) Palestrina. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ada 6 tahta suburbikaris yang langsung diberikan oleh Paus kepada mereka yang mendapat gelar Kardinal Uskup. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Satu tahta, yaitu Tahta Ostia, akan diberikan kemudian kepada Kardinal Uskup yang menjabat Dekan Para Kardinal. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jadi, ada 7 tahta suburbikaris dan 6 Kardinal Uskup karena kardinal yang menjabat Dekan Para Kardinal mengemban dua tahta yaitu tahta awal mula yang diberikan kepadanya dan tahta Ostia. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Karena Kardinal Uskup adalah jabatan tituler, tahta keuskupan suburbikaris yang mereka miliki sekarang dikelola Uskup Diosesan. Sampai sekarang, inilah yang menduduki jabatan Kardinal Uskup yang mendapatkan tahta suburbikaris: 1) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Angelo Sodano, Kardinal Uskup Ostia dan Albano, Dekan Kolegium Para Kardinal; 2) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Giovanni Battista Re, Kardinal Uskup Sabina-Poggio Mirteto , Wakil Dekan Para Kardinal; </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">3) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Roger Etchegaray, Kardinal Uskup Porto Santa Rufina; 4) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jose Saraiva Martins, Kardinal Uskup Palestrina; 5) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tarcisio Bertone, Kadinal Uskup Frascati; 6) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Francis Arinze, Kardinal Uskup Velletri-Segni. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selain enam kardinal pengemban tahta suburbikaris, diangkat juga Kardinal Uskup dari ritus Timur. Pengangkatan ini diatur oleh Motu Proprio <i>Ad Purpuratorum Patrum </i>yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI, <i>“Patriark Ritus Timur diberi gelar Kardinal Uskup dan menduduki urutan setelah keenam kardinal pemegang tahta suburbikaris. Namun, mereka tidak bisa dipilih menjadi Dekan karena tidak menduduki tahta suburbikaris.” </i>Sampai sekarang, yang menduduki jabatan </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Uskup Ritus Timur adalah 1) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Louis Raphaël I Sako, Patriark Babilon dari ritus Kaldea; 2) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Antonios Naguib, Patriark Emeritus Alexandria dari ritus Koptik; dan 3) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bechara Boutros al Rahi, Patriark Antiokia dari ritus Maronit. Selain para pengemban tahta suburbikaris dan pengemban tahta dari ritus timur, sekarang ada para pejabat Vatikan yang diangkat sebagai Kardinal Uskup. Para pejabat Vatikan yang mendapat gelar Kardinal Uskup adalah 1) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pietro Parolin, Sekretaris Negara; 2) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Leonardo Sandri, Prefek Kongregasi untuk Gereja-gereja Timur; 3) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Marc Ouellet PSS, Prefek Kongregasi Para Uskup; dan 4) </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Fernando Filoni,</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; white-space: pre;"> </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Prefek Penyebaran Iman kepada Bangsa-bangsa.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpBLNxE3OdpujOTou3tXgBnX5cbFA75sKrEXHBZhpqmJSMXNhjlPyQtOFM4yu0ZpBnyfyHBHedoCeZ4oRoAz2WsSLRbx51N-CbYvPT5_uNstxDw4VX-4y79GRcx89Cmsdljd6yqaCS_IQ/s1600/santa_Pudenziana+st.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1270" data-original-width="1088" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpBLNxE3OdpujOTou3tXgBnX5cbFA75sKrEXHBZhpqmJSMXNhjlPyQtOFM4yu0ZpBnyfyHBHedoCeZ4oRoAz2WsSLRbx51N-CbYvPT5_uNstxDw4VX-4y79GRcx89Cmsdljd6yqaCS_IQ/s320/santa_Pudenziana+st.JPG" width="274" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Yang kedua adalah Kardinal Imam. Kardinal Imam adalah kardinal yang mendapatkan jabatan tituler imam kepala paroki atas sebuah gereja di wilayah Roma meskipun masih menjabat Uskup atau Uskup Agung di tempat asalnya. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Seperti halnya Kardinal Uskup, Paus Paulus VI menghapus semua kewajiban administratif para kardinal imam sehubungan dengan gereja titulernya. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Meskipun begitu, nama kardinal dan lambangnya masih terpasang di gereja tituler yang diberikan kepadanya dan mereka masih diharapkan menyampaikan homili di sana saat berada di Roma. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sekarang, ada sekitar 150 gereja tituler di Roma. Kardinal Imam yang memiliki masa pelayanan terlama diberi gelar Kardinal Proto Imam. Jabatan itu sekarang diemban oleh Michael Michai Kitbunchu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Yang ketiga adalah Kardinal Diakon. Kardinal Diakon adalah kardinal yang mengemban tugas pelayanan pada Kuria Roma atau gelar kardinal yang diberikan pada seorang klerus yang dilantik melebihi usia 80 tahun. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jabatan ini berasal dari jabatan diakon yang mengatur rumah tangga kepausan dan tujuh diakon yang mengepalai berbagai pelayanan sosial Gereja di wilayah Roma pada Abad Pertengahan. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tahun 1586, jumlah Kardinal Diakon dibatasi maksimal 14 orang. Namun, jumlah tersebut terus meningkat. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Diakon yang terutama adalah Kardinal Proto Diakon. Jabatan itu sekarang diemban oleh Renato Rafaelle Martino.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selain tiga kelompok kardinal yang dikenal oleh Gereja, ada sebutan-sebutan khusus yang muncul di jabatan kardinal, yaitu Kardinal Kamerlengo, Kardinal Non Uskup, Kardinal Awam, Kardinal Elektor, dan Kardinal Rahasia (in pectore).</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoO9WuoGebYZJ6uc4n-ImHumo9xX2CKWrMkfzYvkDv6qE6PRyq3_JYF_4xalXvaiK3_nh13dcxQDnhPDTrECQ9gnUySH-oBdu5ZQdKXdXEPGDle17IeV5BApzn3xiuUa8VBpVSS6NtilM/s1600/Coat_of_arms_of_Tarcisio_Bertone_%2528Camerlengo%2529.png" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="330" data-original-width="220" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoO9WuoGebYZJ6uc4n-ImHumo9xX2CKWrMkfzYvkDv6qE6PRyq3_JYF_4xalXvaiK3_nh13dcxQDnhPDTrECQ9gnUySH-oBdu5ZQdKXdXEPGDle17IeV5BApzn3xiuUa8VBpVSS6NtilM/s320/Coat_of_arms_of_Tarcisio_Bertone_%2528Camerlengo%2529.png" width="213" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Kamerlengo adalah kardinal yang menjabat pimpinan sementara saat sede vacante kepausan dan hanya berlaku pada saat tahta Vatikan kosong. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ia dibantu oleh Wakil Kardinal Kamerlengo dan beberapa pejabat lain membentuk tata pemerintahan yang disebut Apostolik Kamerarius. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kamerarius mempunyai fungsi sangat terbatas dan hanya berlaku saat sede vacante kepausan. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Dia mengumpulkan segala macam informasi yang berkaitan dengan Tahta Suci dan mempresentasikan hasilnya kepada Kolegium Para Kardinal saat hadir dalam konklaf. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pada tahun 2013, kardinal yang menjabat sebagai Kamerlengo adalah Kardinal Tarcisio Bertone. Pada saat terjadi sede vacante, lambang kardinal yang digunakan adalah lambang kardinal kamerlengo yang sedang menjabat disertai dengan simbol umbraculum (payung berwarna merah dan kuning) yang terbuka dengan dua kunci bersilang di bawahnya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Non Uskup adalah sebutan kepada kardinal yang belum menerima tahbisan uskup saat dilantik dalam konsistori. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Orang yang belum ditahbiskan uskup biasanya hanya bisa mendapat tingkatan jabatan Kardinal Diakon dan tidak bisa mendapat tingkat jabatan yang lebih tinggi (Kardinal Imam atau Kardinal Uskup). </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tahun 1917, ditetapkan semua kardinal harus imam. Tahun 1962, ditetapkan bahwa semua kardinal harus uskup sehingga seorang kardinal minimal harus sudah menerima tahbisan uskup. Meskipun begitu Paus tetap bisa memberikan dispensasi atas pengangkatan seorang imam sebagai kardinal. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ada beberapa imam pernah dilantik kardinal namun belum menerima tahbisan uskup. Mereka antara lain adalah Roberto Tucci, Albert Vanhoye, Domenico Bartolucci, dan Karl Josef Becker. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ciri jabatan kardinal non uskup adalah tidak adanya salib dalam lambang jabatan kardinal tersebut.</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqFngJLCIKFo1NnBF9g0awIHPmflhWvmCDmz1t84w0ZWcZ4iUT486Epd3J88Qr15LGaTZSO1YTIN0nXnn3h_S0noV90RvE_VddQ8fBZbAq3ky-wO39fO_49vN4WT8YQV3eNplIT_bdGRY/s1600/Coat_of_arms_of_Domenico_Bartolucci.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="778" data-original-width="800" height="311" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqFngJLCIKFo1NnBF9g0awIHPmflhWvmCDmz1t84w0ZWcZ4iUT486Epd3J88Qr15LGaTZSO1YTIN0nXnn3h_S0noV90RvE_VddQ8fBZbAq3ky-wO39fO_49vN4WT8YQV3eNplIT_bdGRY/s320/Coat_of_arms_of_Domenico_Bartolucci.png" width="320" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0msptswpSmuLDWysDfvgDM4a2K_oSRmhcpV-_yNqCGBshV31zX41RHcxG1prpN_jzx6i9gdLmQjJriJtWwwj0oZC8oNv45JkE7m5mcZ1vIMS-1J_LyBPBOigpfAIy6Qo61TPOO-FrfJ8/s1600/2000px-Coat_of_arms_of_Albert_Vanhoye.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1491" data-original-width="1600" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0msptswpSmuLDWysDfvgDM4a2K_oSRmhcpV-_yNqCGBshV31zX41RHcxG1prpN_jzx6i9gdLmQjJriJtWwwj0oZC8oNv45JkE7m5mcZ1vIMS-1J_LyBPBOigpfAIy6Qo61TPOO-FrfJ8/s320/2000px-Coat_of_arms_of_Albert_Vanhoye.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Awam adalah kardinal yang dipilih dari orang-orang awam biasa dan bukan dari kalangan diakon, imam, ataupun uskup. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Mereka baru diperkenankan untuk menikah setelah melepaskan jabatan kardinalnya. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jika tetap ingin menjadi kardinal, mereka harus tetap hidup selibat. Ada beberapa orang yang pernah menjadi Kardinal Awam, antara lain: </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ferdinando I de' Medici, Grand Duke of Tuscany (30 Juli 1549 – 17 Februari 1609) menjadi kardinal awam dari tahun 1562 sampai 1589. Tahun 1589, ia melepas gelar kardinalnya dan menikah dengan Christina dari Lorraine.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Francisco Gómez de Sandoval y Rojas (1552/1553 – 17 Mei 1625) menjadi kardinal awam antara tahun 1618 -1625. Ia pernah menikah dengan Catalina de la Cerda yang hidup sampai tahun 1603. Tahun 1622, ia ditahbiskan sebagai imam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Cardinal-Infante Ferdinand (Don Fernando de Austria, Cardenal-Infante Fernando de España atau Ferdinand von Österreich; Mei 1609 atau 1610 – 9 November 1641) menjadi kardinal awam antara tahun 1619 – 1641. Ia tidak pernah menikah maupun menerima tahbisan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Marino Carafa di Belvedere (29 Januari 1764 - 1830) menjadi kardinal awam antara tahun 1801 – 1807. Ia kemudian menikah dengan Marianna Gaetani dell'Aquila d'Aragona dan menjadi Pangeran Acquaviva.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Salah satu kardinal awam terakhir adalah Teodolfo Mertel yang berprofesi sebagai pengacara. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Teodolfo Mertel menjadi kardinal awam pada tahun 1858. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pada tahun 1858, ia menerima tahbisan diakon. Saat meninggal pada tahun 1899, dialah satu-satunya kardinal yang tidak ditahbiskan sebagai imam.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sekarang, jabatan kardinal awam tidak lagi bisa diberikan karena hukum Kanonik 1917 menyatakan bahwa hanya mereka yang telah ditahbiskan imam atau uskup boleh dilantik sebagai Kardinal.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Elektor adalah kardinal yang memiliki hak pilih dalam konklaf atau proses pemilihan Paus dan berusia kurang dari 80 tahun. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tahun 1971, melalui dokumen Romano Pontifici Elegendo, Paus Paulus VI mengeluarkan aturan yang menetapkan bahwa hanya kardinal yang berusia kurang dari 80 tahun yang boleh memilih dan dipilih sebagai Paus. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Untuk membedakan dengan kardinal elektor, ada istilah Kardinal Non Elektor untuk menyebut kardinal yang memasuki usia lebih dari 80 tahun.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal Rahasia adalah kardinal yang diangkat oleh Paus secara pribadi dan namanya tidak langsung diumumkan dalam peristiwa konsistori. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sebutan lain untuk jabatan ini adalah kardinal in pectore (in pectore – bahasa Latin yang berarti “di dalam dada”). </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Mengapa namanya dirahasiakan? Nama kardinal yang terpilih tersebut dirahasiakan agar tidak diketahui oleh publik dan biasanya dilakukan atas dasar alasan keamanan. Biasanya para kardinal rahasia tersebut dipilih dari negara-negara konflik yang rentan keamanan. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jika situasi dirasa telah aman, Paus pun segera mengumumkan pemilihan kardinal tersebut. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hanya Paus yang mengetahui nama dan tingkatan jabatan kardinal rahasia tersebut. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Orang yang dipilih sebagai kardinal rahasia kadangkala tidak tahu bahwa dirinya terpilih dan belum menerima hak dan kewajiban sebagai kardinal. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hak dan kewajibannya sebagai kardinal baru mengikat secara otomatis saat namanya secara resmi diumumkan dalam konsistori. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Meskipun belum terikat hak dan kewajiban, gelar dan tingkatan kardinal yang akan disematkan kepada para kardinal rahasia sudah ditetapkan sejak pengangkatannya secara rahasia oleh Paus. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jika sampai meninggal Paus belum mengungkap identitas kardinal rahasia tersebut, pemilihan kardinal yang bersangkutan dinyatakan batal. Ada beberapa orang yang pernah mengalami nasib sebagai kardinal rahasia, yaitu:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Ignatius Kung Pin-Mei (1901-2000), Uskup Shanghai, diangkat kardinal pada 30 Juni 1979 dan diumumkan sebagai Kardinal Imam S. Sisto pada 28 Juni 1991</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Marian Jaworski, Uskup Agung Lviv, Ukraina, diangkat kardinal pada 21 Februari 1998 dan diumumkan sebagai Kardinal Imam S. Sisto pada 21 Februari 2001</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Jānis Pujāts, Uskup Agung Riga, Latvia, diangkat kardinal pada 21 Februari 1998, diumumkan sebagai Kardinal Imam S. Silvia pada 21 Februari 2001. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Yang diduga sebagai kardinal rahasia keempat yang diangkat pada tahun 2003 adalah Uskup Agung Stanisław Dziwisz. Sampai wafatnya pada tahun 2005, Paus Yohanes Paulus II belum sempat mengumumkan namanya. Bahkan, namanya tidak tertera pada surat wasiat Paus yang sepanjang 15 halaman. Sebagai konsekuensinya, jabatan kardinal itu pun batal. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Dia kemudian diangkat kardinal dengan gelar Kardinal Imam S. Maria del Popolo oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 22 Februari 2006.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tugas utama para kardinal adalah 1) menghadiri pertemuan Kolegium Para Kardinal; 2) menyediakan diri secara individual atau kebersamaan jika ada undangan berbicara bersama Paus; dan 3) memimpin suatu keuskupan atau komisi kepausan. </span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kardinal seringkali disebut pangeran Gereja karena sebagian kardinal memiliki hak untuk memilih dan dipilih sebagai Paus, jabatan tertinggi dalam Gereja Katolik.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Inilah yang bisa saya bagikan berkenaan dengan jabatan kehormatan yang disebut Kardinal... Semoga melalui informasi ini, kita semakin bergembira dalam mengikuti Yesus Kristus dalam Gereja Katolik. Sembari menyimak informasi ini, marilah kita berdoa bagi Bapa Uskup Agung Jakarta, Monsinyur Ignatius Suharyo agar bisa mengemban tugas mulia ini demi pelayanan umat yang semakin luas...</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sumber Gambar:</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">https://www.vaticannews.va/content/dam/vaticannews/agenzie/images/srv/2019/09/01/2019-09-01-angelus/1567332721692.JPG/_jcr_content/renditions/cq5dam.thumbnail.cropped.750.422.jpeg</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">https://en.wikipedia.org/wiki/Cardinal_(Catholic_Church)#/media/File:External_Ornaments_of_a_Cardinal_(not_a_bishop).svg</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">http://communio.stblogs.org/wp-content/uploads/2013/03/Jorge-Bergoglio-coat-of-arms.png</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/c/c7/Roman_suburbicarian_12th.jpg</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">http://larrymuffin.blogspot.com/2011/01/santa-pudenziana-titular-church-in-rome.html</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/67/Coat_of_arms_of_Tarcisio_Bertone_%28Camerlengo%29.svg</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c2/Coat_of_arms_of_Domenico_Bartolucci.svg</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/c5/Coat_of_arms_of_Albert_Vanhoye.svg</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Sumber Pustaka: </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">R.B.E. Agung Nugroho. "Kardinal Gereja Katolik Roma" dalam <i>HIDUP</i> No. 10 Tahun ke-66. 4 Maret 2012. </span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0