Jumat, 21 September 2012

“No Change Without Action”

Ini adalah kali kedua saya menemani proses retret siswa-siswi Kristiani SMK Negeri 3 Surakarta. Proses  retret ini merupakan  hasil rombakan berdasar evaluasi kami – para guru agama Kristen dan Katolik – atas retret sebelumnya. Ide untuk memikirkan soal retret dimulai sekitar bulan Mei 2012. Saat itu, kami berbicara tentang siapa yang akan mendampingi retret. Kami mulai mencari wawasan. Pilihan akhirnya jatuh pada para pemuka agama entah pendeta atau pastur. Yang jelas, merekalah yang akan dimintai bantuan untuk memberi materi dalam retret. Ide itu terus bergulir sampai mempertimbangkan soal tempat.

Sementara bergulir, ide itu pun dilontarkan kepada siswa pengurus OSIS bidang Kerohanian Kristen dan Katolik. Mereka pun menyambar ide tersebut dengan cepat dengan membentuk panitia, survei, memilih tema dan sebagainya. Kerjasama antara siswa Kristen dan Katolik tampak jelas. Masing-masing tampaknya diikat dalam satu iman kepada Allah seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus, Roh Kudus, dan Gereja. “Ut omnes unum sint – jadikanlah mereka satu” Doa Yesus kepada BapaNya ini tampaknya benar-benar dihayati oleh siswa-siswi Kristiani. Tema retret pun dipilih oleh siswa-siswi sendiri, yaitu “No Change Without Action” yang mengambil inspirasi dari Surat Rasul Yakobus yang mengatakan, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak 2:26)

Bulan Juli, ketika waktu pelaksanaan semakin mendekat, panitia dan pengurus semakin intens untuk memikirkan proses retret. Asal tahu saja, bahwa retret di SMK Negeri 3 Surakarta tidak terpisahkan dari program Pesantren Kilat yang diadakan untuk mengisi setiap kegiatan Bulan Ramadhan. Jadi, pelaksanaannya mengikuti jatuhnya Bulan Puasa. Pelaksanaan kegiatan keagamaan ini merupakan bentuk kebersamaan antara seluruh umat beragama di SMK Negeri 3 Surakarta. Sejak awal, siswa-siswi memang diberikan pengalaman untuk menerapkan nilai Religius dan Toleransi. Bukankah seharusnya hidup beragama itu seperti ini? Ada kerukunan, keharmonisan, saling memahami, dan membangun kebersamaan. Akhirnya, setelah mempertimbangkan berbagai hal, kegiatan Pesantren Kilat dijatuhkan pada tanggal 6-9 Agustus 2012. Sementara siswa-siswi Muslim dan Muslimah beribadah, kami yang Kristiani juga melakukan gladi rohani.

Hari pertama, Pak Heru – guru Agama Kristen – membawakan firman tentang “Hidup di Bumi seperti di Surga.” Dalam firman itu, beliau menekankan bahwa hidup krisitiani itu merupakan perwujudan hidup surgawi. Oleh karena itu, orang Kristiani sudah seharusnya mewujudkan hidup baik sebagai bentuk hidup surgawi. Hari kedua, giliran saya – penjaga warung Agama Katolik – yang memberi renungan soal talenta. Renungan hari itu didasarkan pada sebuah film berjudul “Amelia” yang menggambarkan kisah hidup Amelia Earhart. Dia adalah perempuan pertama yang sangat mencintai aktivitas terbang. Ia merintis penerbangan Amerika dan memberikan inspirasi pada para perempuan melalui kecintaannya pada penerbangan. Dia juga menjadi anggota Partai Nasional Perempuan dan menjadi pendukung awal untuk Amandemen Kesetaraan Hak. Pada tahun 1937, dalam usahanya mengelilingi dunia mengendarai pesawat Lockheed Model 10 Electra yang didanai oleh Purdue University, ia hilang saat melintasi tengah-tengah Samudera Pasifik dekat Pulau Howland. Pesona atas kehidupan, karir dan misteri hilangnya berlanjut sampai sekarang. Dalam renungan ini, siswa-siswi mulai diajak untuk bermimpi dan berbuat sesuatu dalam hidupnya. “No Change Without Action”

Hari ketiga dan keempat, proses gladi rohani dilanjutkan dengan retret di Wisma Sasana Panembah Bukit Hermon, Karangpandan, Karanganyar. Dalam sesi pertama dan kedua, Pak Pendeta Heri, mengajak para siswa-siswi untuk memahami dirinya sendiri. Pemahaman diri itu dapat dilakukan melalui metode Johari Windows. Ada 4 bagian dari Johari Windows: 1) AKU dan KAMU TAHU; 2) AKU TAHU dan KAMU TIDAK TAHU; 3) AKU TIDAK TAHU dan KAMU TAHU; dan 4) AKU dan KAMI TIDAK TAHU. Melalui metode ini, kita diharapkan akan mendapatkan banyak masukan dari diri sendiri maupun dari orang lain untuk mengembangkan diri. 



Sesi sore, materi dibawakan oleh Pak Haryanto yang bicara mengenai pengenalan diri melalui metode Personality Plus. Ada empat karakter dasar manusia: SANGUINIS, KOLERIS, MELANKOLIS, dan PLEGMATIS. Dari empat karakter itu, manakah yang kamu banget? Setelah sesi itu, diadakanlah Malam Keakraban Api Unggun untuk membangun kebersamaan di antara peserta.



Hari keempat retret dimulai dengan Outbound atau Outbond. Kata itu sebenarnya berasal dari kata Out (Keluar) dan Bound (Batas) atau Bond (Ikatan). Kegiatan tersebut sebenarnya dipakai untuk menantang para peserta secara mandiri maupun kelompok mengeluarkan kemampuannya semaksimal mungkin sampai batas terakhir untuk meraih hasil yang terbaik. Kegiatan ini memang selalu menarik bagi orang muda. Setelah selesai, sesi retret disimpulkan dengan materi yang dibawakan oleh Pak Yoyok, anggota Majelis Gereja Kristen Jawa Kerten. Beliau bicara soal aksi yang bisa dilakukan setelah orang mengetahui potensinya. Beliau menunjukkan teladan orang-orang yang telah berhasil bertindak demi perubahan. “No Change Without Action”






Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsihnya untuk terlaksananya kegiatan retret ini. Terutama terima kasih kepada panitia yang digawangi oleh siswa-siswi kelas XI dibantu siswa kelas XII di bawah koordinasi Mona Yunita dan Dominica Tiffani. Tuhan memberkati seluruh pelayanan yang dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar