Jumat, 21 September 2012

”Ketika Ku Percaya, Mukjizat itu Nyata"

Dua orang murid Yohanes Pembaptis datang kepada Yesus dan bertanya: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” Jawab Yesus: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik”
(bdk. Luk 7:22)

            Selama hidup di dunia ini, Yesus melakukan pekerjaan mewartakan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah menurut Yesus adalah sebuah tatanan kehidupan yang membebaskan dan memberi kelegaan, keadilan, dan perdamaian bagi semua orang, terutama yang miskin dan tertindas. Situasi semacam itu menjadi perwujudan bahwa Allah merajai kehidupan manusia. Tatanan yang adil, damai, sejahtera, bermartabat merupakan cita-cita Kerajaan Allah.
Dalam mewartakan Kerajaan Allah, Yesus melakukan dua tindakan pokok, yaitu mewartakan dan berbuat. Inilah yang diwartakan dalam Injil. Pekerjaan Yesus tampak dari “yang dilihat” dan “yang didengar” (Luk 7:22 dan 24:9). Tema BKSN 2011 adalah Mendengarkan Tuhan Bercerita dan tema BKSN 2012 adalah Menyaksikan Mukjizat Tuhan. Dua tema ini berkaitan sangat erat. Dua tahun ini, kita diajak mendalami apa yang dikerjakan oleh Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah.
Flavius Josephus, sejarawan Yahudi abad pertama, memberi kesaksian tentang Yesus sebagai “pembuat karya-karya yang mengagumkan” (Yun: paradoxon ergon poietes). Dalam bahasa Indonesia, peristiwa luar biasa tersebut diterjemahkan dengan kata “mukjizat.” Meskipun demikian, dalam teks Injil berbahasa Latin, tidak pernah ditemukan kata “miraculum.” Secara umum, ada empat macam kelompok mukjizat: 1) Mukjizat Penyembuhan; 2) Mukjizat Pengusiran Setan; 3) Mukjizat Menghidupkan Orang Mati; dan 4) Mukjizat Alam. Uraian mengenai empat macam mukjizat tersebut adalah sebagai berikut:
1.         Mukjizat Pengusiran Setan
Para murid Yesus yang pertama meyakini bahwa mereka mendapatkan kuasa mengusir setan dari Yesus sendiri sebagai bagian dari pengutusan mereka. Dalam mengusir setan, Yesus tidak berdoa, melakukan gerak-gerik tertentu, mengucapkan mantera atau menggunakan benda-benda tertentu. Yesus juga tidak mengusir setan atas nama seseorang seperti yang dilakukan banyak orang. Yesus hanya membentak, menegor dengan keras, dan mengusir setan atau roh jahat yang merasuki seseorang. Pengusiran setan menjadi bagian integral dari seluruh karya pelayanan Yesus yang mau membebaskan bangsa Israel dari segala penyakit dan kekuatan jahat yang menyebabkan penderitaan dalam diri mereka. “Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu” (Mat 19:28)
2.         Mukjizat Penyembuhan
Mukjizat ini mempunyai variasi yang sangat beragam. Namun, dengan membaca kisah mukjizat ini, kita tidak tahu persis penyakit apa saja yang sebenarnya disembuhkan oleh Yesus. Lagipula, belum ada kriteria tertentu untuk menentukan suatu penyakit. Gambaran yang diberikan mengenai mukjizat ini berasal dari tradisi yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan kuat bahwa Yesus memang pernah melakukan tindakan penyembuhan kepada orang yang menderita sakit pada zamannya.
3.         Mukjizat Menghidupkan Orang Mati
Kisah membangkitkan orang mati tidak hanya ditemukan pada kisah Yesus. Perjanjian Lama memuat beberapa cerita tentang tokoh yang membangkitkan orang mati, misalnya: Elia dan Elisa (1 Raj 17:17-24; 2 Raj 4:18-37). Kisah Para Rasul menceritakan bahwa Petrus membangkitkan seorang perempuan bernama Tabita atau Dorkas (Kis 9:36-43). Dalam Injil, sebenarnya hanya ada tiga kisah yang menceritakan Yesus membangkitkan orang mati (Mrk 5:21-43; Luk 7:1-17; Yoh 11:1-46). Dari pemaparan tersebut, tampak bahwa setiap tradisi menyimpan kisah Yesus membangkitkan orang mati. Dari sini, kita dapat mengatakan bahwa mukjizat menghidupkan orang mati kemungkinan besar mempunyai dasar yang kuat pada hidup dan pelayanan Yesus.  Dari ketiga kisah yang ada, ada sebuah struktur yang sama: 1) Yesus bertemu dengan orang yang sedang sedih karena kehilangan; 2) Yesus bertindak membangkitkan orang yang sudah mati; dan 3) Muncul reaksi dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Dilihat dari strukturnya, kisah mukjizat menghidupkan orang mati sebenarnya mirip dengan kisah mukjizat penyembuhan orang sakit. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa mukjizat pembangkitan orang mati lebih berkaitan dengan kehidupan fisik di dunia ini. Orang yang sudah mati “disembuhkan” dari “penyakit terakhir”, yaitu kematian dan kemudian dikembalikan ke kehidupan sebelumnya di dunia.
4.         Mukjizat Alam
Kisah mukjizat alam tidak mempunyai ciri-ciri atau struktur yang khusus seperti mukjizat penyembuhan atau mukjizat pembangkitan orang mati. Tidak ada alasan yang dapat dikemukakan mengapa Yesus melakukan hal itu karena Kitab Suci tidak menjelaskan. Yang termasuk dalam kisah-kisah mukjizat alam adalah 1) Mukjizat Pemberian; 2) Mukjizat Penampakan Tuhan; 4) Mukjizat Penyelamatan; dan 4) Mukjizat Kutukan.  Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
  • Mukjizat Pemberian meliputi kisah yang menceritakan benda atau hal-hal tertentu tersedia dengan cara yang amat mengherankan. Contoh: Penggandaan Roti (Mrk 6:30-44) dan Perkawinan di Kana (Yoh 2:1-11)
  • Mukjizat Penampakan Tuhan meliputi kisah yang menyatakan keilahian seorang pribadi dengan jelas. Contoh: Yesus berjalan di atas air (Mrk 6:45-52; Yoh 6:16-21)
  • Mukjizat Penyelamatan meliputi kisah yang menceritakan penyelamatan entah dari angin atau penjara. Contoh: Yesus meredakan angin ribut (Mrk 4:35-41) dan Pembebasan rasul dari penjara (Kis 5:17-25)
  • Mukjizat Kutukan meliputi kisah yang menyebabkan suatu kerugian atau kerusakan. Contoh: Yesus mengutuk pohon ara (Mrk 11:12-14.20-21)
Mukjizat Penyembuhan, Mukjizat Pengusiran Setan, Mukjizat Menghidupkan Orang Mati mempunyai kesamaan fundamental. Kisah-kisah tersebut menunjukkan bahwa orang diselamatkan atau disembuhkan, entah dari setan, roh jahat, penyakit, atau kematian. Sementara itu, Mukjizat Alam tidak mempunyai keseragaman apapun yang bisa mempersatukan. Kisah-kisah ini menceritakan peristiwa-peristiwa yang berbeda sama sekali satu sama lain.
Lalu, mungkinkah mukjizat terjadi sekarang? Tahun 1858, di Lourdes, tempat Bunda Maria menampakkan diri kepada Bernadette Soubirous, banyak orang mengatakan bahwa dirinya disembuhkan. Pengakuan-pengakuan tersebut kemudian diteliti oleh sebuah panitia di Lourdes yang disebut Lourdes Medical Bureau, yang terdiri dari para dokter dari berbagai keahlian. Panitia ini bertugas meneliti kasus-kasus yang diajukan dan kemudian menentukan apakah kesembuhan tersebut memang tidak bisa dijelaskan secara medis. Penelitian ini kemudian dikirim kepada sebuah komisi yang disebut International Lourdes Medical Committee di Paris. Komite ini terdiri dari para ahli medis yang berpengalaman dari berbagai keyakinan. Mereka harus meneliti lebih lanjut mengenai kasus yang diajukan. Setelah kurun waktu 5-10 tahun dan dinyatakan secara medis tidak bisa diterangkan, kasus tersebut kemudian dilimpahkan kepada komisi dari keuskupan yang akan berkonsultasi kepada Tahta Suci untuk menyatakan apakah kasus tersebut bisa disebut mukjizat atau tidak. Sejak tahun 1858 sampai sekarang, dari sekitar 7000 kasus yang masuk kategori ‘secara medis tidak dapat diterangkan’, hanya ada 67 kasus yang oleh Gereja Katolik diakui sebagai mukjizat. Dari kisah tersebut, tampak bahwa penilaian sesuatu dapat dikatakan mukjizat atau tidak bukanlah berdasar pada penilaian ilmu pengetahuan, tetapi keyakinan yang dimiliki oleh seseorang. Istilah mukjizat merupakan istilah teologis yang mewakili keyakinan seseorang setelah ilmu pengetahuan yang dikuasainya tidak dapat menjelaskan hal-hal yang terjadi.
Akhirnya, ada pertanyaan untuk kita, “Percayakah kita terhadap mukjizat?” Sebelum bertanya pada diri sendiri, tampaknya perlu dipertimbangkan fakta berikut:
      George Gallup pada tahun 1989 menyajikan data penelitian bahwa 82 % orang Amerika masih percaya adanya mukjizat.
      Majalah Newsweek Edisi 1 Mei 2000 menyatakan bahwa 84 % orang Amerika dewasa percaya bahwa Allah mengadakan mukjizat, 48 % di antaranya mengaku pernah menyaksikan mukjizat
Atas pertanyaan itu, kita sendiri yang harus memberikan jawabannya secara pribadi.

Sumber Pustaka
V. Indra Sanjaya. Menyaksikan Mukjizat Tuhan, Gagasan Pendukung & Pertemuan Lingkungan Bulan Kitab Suci Nasional 2012. Jakarta-Semarang: Lembaga Biblika Indonesia & Pelayanan Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Agung Semarang. 2012.
Lembaga Biblika Indonesia & Pelayanan Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Agung Semarang. Menyaksikan Mukjizat Tuhan, Pertemuan Kaum Muda Bulan Kitab Suci Nasional 2012. Jakarta-Semarang: Lembaga Biblika Indonesia&Pelayanan Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Agung Semarang. 2012.

foto diambil dari: https://www.whitemountainpuzzles.com/images/147miracles.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar