Sabtu, 23 Maret 2013

Bekerja itu Suci

Di Masa Prapaska ini, Gereja Keuskupan Agung Semarang memiliki tema “Semakin Beriman dengan Bekerja Keras dan Menghayati Misteri Salib Tuhan.” Dalam masa persiapan ini, seluruh warga Keuskupan Agung Semarang diajak untuk lebih menghayati pekerjaan sesuai dengan panggilannya sebagai orang Katolik. Begitu pula yang terjadi di Ruang Podjok. Bulan Februari yang lalu, diadakanlah satu kali pertemuan Aksi Puasa Pembangunan untuk memperdalam tema yang ditawarkan keuskupan. Tema pertemuan ini mengambil judul “Bekerja itu Suci” 

Setiap orang pada hakikatnya dipanggil untuk bekerja. Manusia adalah HOMO FABER – MANUSIA PEKERJA. Berkat kemampuan mencipta, merasa dan berkehendak, manusia dapat membuat dan melakukan sesuatu. Pekerjaan manusia dimaknai sebagai kegiatan jasmani dan rohani yang mengarah pada hasil yang berguna. Semua pekerjaan itu bermakna. Kepada setiap orang, dipercayakan suatu pekerjaan. Pekerjaan akan menghasilkan sesuatu. Kita diajak tekun dan setia dalam pekerjaan apapun. Dalam menghayati pekerjaan itu, kita diajak bercermin pada teladan yang diberikan Beato Fransisco Garate.

Francisco Garate lahir di desa Recarte, daerah sekitar Azpeitia, Spanyol, dekat wilayah Basque, kota asal leluhur Santo Ignatius Loyola pada tanggal 3 Februari 1857. Dia adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Kehidupan masa kecil dihabiskannya dalam atmosfer keluarga yang penuh iman dan kesalehan dengan kebiasaan Ekaristi harian di Basilika Loyola. Pada usia 14 tahun, dia meninggalkan rumah untuk bekerja sebagai pengurus rumah tangga pada kolese Jesuit yang baru saja dibuka, Kolese Nuestra Senora de la Antigua, di Orduna. Pada tahun 1868 dan 1870, ia menyaksikan para Yesuit diasingkan dari Loyola. 

Pada tahun 1874, di usia 17 tahun, Fransisco masuk Serikat Yesus sebagai bruder. Untuk tujuan itu, ia pun pergi ke Poyanne, daerah selatan Perancis dimana para Jesuit Provinsi Castile, Spanyol memiliki pendidikan novisiat sejak tahun 1869 di pengasingan karena pada saat itu para Yesuit diusir dari Spanyol saat waktu terjadi revolusi tahun 1868. Dua tahun setelah pendidikan novisiat, dia mengucapkan kaul kemiskinan, kemurnian dan ketaatan pertamanya pada tanggal 2 Februari 1876. Kemudian, dua saudara laki-lakinya yang lain mengikuti jejaknya dan menjadi bruder Yesuit. 

Tahun berikutnya, pada 29 Oktober 1877, Bruder Francisco diutus sebagai sebagai petugas sakristi dan perawat orang sakit pada sebuah kolese di kota La Guardia, ujung barat Spanyol, dekat Samudera Atlantik dan perbatasan Portugis. Dia bekerja sebagai perawat orang sakit pada dua lembaga kecil yang tergabung dalam kolese tersebut. Total anak muda yang berada di bawah perawatannya ada sekitar 200 anak. Selama 10 tahun, dia merawat para siswa yang sakit dengan kebaikan dan kemurahan hati yang sangat luar biasa. Ia berada di samping ranjang anak-anak sakit tersebut pada malam hari dan mengerjakan berbagai macam pekerjaan di siang hari. Kesan ini secara khusus diapresiasi oleh para siswa yang dirawatnya. Di La Guardia, ia pun mengucapkan kaul kekal pada 15 Agustus 1887.  

Setelah 10 tahun bekerja sebagai perawat orang sakit, gangguan yang menerpa kesehatannya mulai nampak. Atas dasar keadaan tersebut, atasannya memindahkannya ke Universitas Deusto di Bilbao, di wilayah utara Spanyol, untuk menempati posisi sebagai penjaga pintu.

Di Deusto, Bruder Fransisco memilih ruangan yang paling kecil karena ruang itu dekat dengan bagian penerima tamu. Sebagai orang yang dijumpai pertama kali ketika membuka pintu universitas, dia menjalankan beberapa peran sekaligus; sebagai penerima tamu, humas, penasehat pribadi, dan penderma kaum miskin. Dia sangatlah sopan kepada semua tamu yang datang ke universitas. Kepada para mahasiswa, ia memberikan penguatan dan nasehat. Bahkan, ia membantu mereka menyalin catatan-catatan mereka di kelas. Dia menjadi orang kepercayaan, pembimbing, bahkan menyediakan makanan bagi mereka yang lapar dan memberi pakaian kepada yang miskin. 

Dalam menjalankan tugas sebagai penjaga pintu ini, Fransisco menampakkan caranya yang khas, yaitu penuh kesopanan (sehingga dia disebut bruder yang sangat sopan). Cara ini tampak pada caranya menyambut tamu, bernegosiasi, ketenangan, kebijaksanaan, kerendahan hati, ketidaklekatan pada sesuatu dan kesatuan dengan Allah. Keutamaan hariannya dilakukan melalui cara-cara yang heroik dalam kehidupan. Banyak orang mengenal dia sebagai pribadi yang ramah, sabar, dan tak kenal lelah dalam menjalankan tugas-tugasnya. Suatu kali, Kardinal Yesuit bernama Boetto pernah bertanya kepada Bruder Fransisco perihal caranya menjaga kedamaian dan ketentraman hati meskipun menghadapi berbagai tuntutan pekerjaan. Ia pun menjawab, Bagi saya, untuk menjadikan semuanya mungkin, saya hanya mengerjakan pekerjaan saya yang remeh ini dengan baik. Sisanya, Tuhan yang mengerjakan. Dengan bantuanNya, semua menjadi mudah dan indah karena kita mengabdi Tuan yang baik. 

Kesehatan Bruder Francisco mulai menurun ketika berumur 72 tahun. Pada tanggal 8 September 1920, pada Hari Pesta Kelahiran Bunda Maria, dia menderita serangan sakit pada perutnya. Dia hanya mau pergi beristirahat setelah dia menyelesaikan beberapa pekerjaan. Pada sore hari, ketika dia tahu saat ajalnya sudah hampir tiba, dia meminta viaticum (komuni bekal suci) dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Namun, karena sakit tersebut sangat membuatnya tidak nyaman, perawat kemudian memanggil dokter. Setelah dokter mengoperasi uretranya yang tersumbat, Bruder Francisco menemukan kelegaan sementara namun tidak membuatnya sembuh. Pagi hari sekitar pukul 7, pada tanggal 9 September, pada Hari Pesta Santo Petrus Klaver, Bruder Francisco menyerahkan jiwanya kepada Tuhan setelah menerima perminyakan suci. 

Pada saat kematiannya, para mahasiswa yang tak terhitung banyaknya datang untuk memberi penghormatan kepada sahabatnya yang terkasih. Mereka memastikan bahwa doa rosario dan salib mereka bisa menyentuh peti matinya. Jenazahnya pada mulanya dikuburkan di pemakaman setempat, namun kemudian dipindah ke dalam Universitas Deusto dan ditempatkan pada serambi depan kapel universitas tersebut. Karena proses renovasi kapel, tubuhnya pun dipindahkan dari kapel besar menuju kapel kecil di ruang depan universitas, dekat dengan pintu dimana ia biasa melakukan pekerjaannya selama 41 tahun. 

Penyelidikan yang biasanya dilakukan dalam proses pengangkatan orang kudus pun dibuat di Keuskupan Vitoria dan dikirim ke Roma pada bulan Februari 1941. Dari penyelidikan tersebut, ditemukanlah keutamaan-keutamaan Bruder Fransisco sebagai seorang kudus melalui pernyataan Paus XII pada 26 Februari 1950. 

Pada tanggal 11 Februari 1982, Paus Yohanes Paulus II menyatakan kepantasan Bruder Fransisco untuk diangkat sebagai seorang kudus. Pernyataan penerimaan mukjizat yang dikaitkan dengan dirinya dikeluarkan tanggal 9 Mei 1985 dan dilanjutkan dengan pernyataan beatifikasi pada tanggal 6 Oktober 1985. Dalam pernyataan beatifikasinya, Beato Yohanes Paulus II mengatakan, Pesan kesucian Fransisco Garate sangatlah sederhana dan jelas... Sejak muda, ia membuka hatinya lebar-lebar untuk Kristus yang mengetuk pintunya dan mengundang dia untuk menjadi pengikut setia dan sahabatNya. Seperti Maria, yang dia cintai secara lembut hati seperti ibunya sendiri, dia menjawab dengan kemurahan hati dan keyakinan tanpa batas terhadap panggilan menuju rahmat... Kemurahan hatinya disaksikan oleh para mahasiswa, dosen, pegawai, dan orangtua di Universitas Deusto yang secara penuh kasih memanggilnyaSang Bruder Baikdan yang melihat dalam dirinya sikap yang menyenangkan dan penuh keramahan dalam penyambutan dari seseorang yang menjaga hatinya berakar di dalam Allah. Beato Fransisco Garate memberikan kita kesaksian yang nyata dan konkret atas kedalaman nilai kehidupan rohani seorang rasul maupun hidup bakti. Sebagai akibatnya, ketika seseorang menyerahkan diri dan memusatkan seluruh hidupnya kepada Allah, ia tidak harus menungguh buat kerasulannya. Dari pintu masuk universitas, Yesuit ini membuat kebaikan Allah nyata kepada orang lain melalui kekuatan pewartaan kabar gembira dari pelayanan yang diam dan rendah hati. 

Beato Fransisco Garate diingat atas kasih, kesopanan, dan dedikasi yang luar biasa terhadap pekerjaan. 

Sepeti yang tertera pada prasasti di pintu masuk, pada tahun 1949, Nona Conchita Aztiria dan Zabala Anchieta mendonasikan rumah peternakan Errekarte pada Serikat Yesus. Seiring dengan penyerahan tersebut, rumah itu kemudian direstorasi di bawah bimbingan Joaquín de Irízar dan diserahkan untuk restorasi lebih lanjut pada tahun 1985, pada malam beatifikasi Bruder Fransisco Garate. 

Kisah hidup Beato Fransisco Garate ini menyatakan kepada kita tentang makna pekerjaan. Bekerja itu suci karena mendekatkan manusia kepada Tuhan. Bekerja itu bermanfaat bagi sesama karena mengubah dunia menjadi tempat hidup yang lebih baik. Bekerja itu berdayaguna karena mengubah keterbatasan menjadi sikap untuk berjuang secara maksimal. Kita perlu bekerja karena Tuhan telah memberikan panggilan kepada kita untuk bekerja. 

Selamat Bekerja karena Bekerja itu Suci!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar