Senin, 18 Desember 2017

Menyelami Kabar Gembira di Tengah Gaya Hidup Modern

Bulan September di Ruang Podjok selalu diisi dengan kegiatan yang sama dengan gerak Gereja Katolik di Indonesia. Bulan September adalah Bulan Kitab Suci Nasional atau yang sering disebut BKSN. Sudah beberapa tahun ini, Ruang Podjok melaksanakan pertemuan BKSN. Tema BKSN Tahun 2017 adalah “Kabar Gembira di Tengah Gaya Hidup Modern.” Tema ini merupakan tema pertama dari tema besar “Mewartakan Injil di Tengah Arus Zaman.” Selama 4 tahun, akan dibahas pewartaan kabar gembira di tengah dunia modern dengan tema: Kabar Gembira di tengah Gaya Hidup Modern (2017), Kabar Gembira di tengah Kemajemukan (2018), Kabar Gembira di tengah Krisis Lingkungan Hidup (2019), Kabar Gembira di tengah Krisis Iman dan Identitas Diri (2020). 
Tema ini juga erat dengan dokumen Evangelii Gaudium (2013) yang diterbitkan oleh Paus Fransiskus. Dokumen tersebut melukiskan masalah-masalah besar yang sedang melanda dunia seperti konsumerisme, hedonisme, sekularisme, inividualisme, kesenjangan sosial, dan fundamentalisme agama. Arus-arus zaman ini juga melingkupi kita. Kita hidup di tengah arus-arus tersebut dan harus bersikap atasnya. Melalui tema Bulan Kitab Suci Nasional tahun ini, kita diajak untuk mengambil sikap atas arus-arus yang ada dalam zaman kita. Untuk itulah, pada tahun ini, kita diajak untuk mendalami beberapa gaya hidup modern, yaitu Teknologi, Materialisme, Individualisme, dan Hedonisme.

Pertemuan BKSN Pertama: Menyikapi Teknologi dan Harta
Untuk melaksanakan pertemuan BKSN, Penjaga Podjok menjadwalkan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama BKSN Ruang Podjok dilakukan pada hari Jumat Ketiga (15/09/2017). Dalam pertemuan pertama, anggota Ruang Podjok diajak untuk belajar menyikapi dua hal yang erat dengan kehidupan sehari-hari, yaitu Teknologi dan Harta. Kita akan belajar bersikap tepat terhadap teknologi dan harta yang dipercayakan kepada kita dalam hidup harian. Bahan yang ditawarkan adalah Kej 11:1-9 dan Luk 12:13-31. 
Berkenaan dengan Kej 11:1-9, ada beberapa pertanyaan yang akan dibahas, yaitu: 1) Mengapa manusia mendirikan Menara Babel; 2) Apa yang dilakukan Allah terhadap rencana manusia tersebut; 3) Pelajaran apa yang dapat kita petik dari kisah Menara Babel; 4) Sebutkan berbagai teknologi yang ada dalam hidup kita; 5) Apa manfaat teknologi bagi kita dalam kehidupan sehari-hari; dan 6) Bagaimana seharusnya kita memanfaatkan teknologi dalam hidup. Berkenaan dengan Luk 12:13-31, ada beberapa pertanyaan yang akan dibahas, yaitu: 1) Dalam perumpamaan, apa cita-cita orang kaya itu dan bagaimana dia mencapainya; 2) Tuhan melakukan apa pada orang kaya tersebut setelah cita-citanya tercapai; 3) Pelajaran apa yang dapat kita petik dari kisah orang kaya tersebut; 4) Apakah arti harta bagi kehidupan kita; 5) Bagaimanakah manfaat harta dalam kehidupan sehari-hari kita; dan 6) Menurutmu, bagaimana menggunakan harta secara baik dalam kehidupan kita.
Seperti biasa, yang ikut pertemuan hari itu dibagi dalam beberapa kelompok. Hari itu, ada 4 kelompok yang dibagi untuk membahas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bicara mengenai Menara Babel, anggota Ruang Podjok memiliki pendapat bahwa Menara Babel didirikan sebagai tanda atau patokan agar manusia tidak terserak ke seluruh bumi. Berhadapan dengan hal tersebut, yang dilakukan Allah adalah mengacaukan bahasa mereka sehingga mereka tidak lagi dapat saling mengerti. Yang dipelajari dari kisah Menara Babel adalah agar kita selalu taat kepada Allah. Berhadapan dengan kehidupan saat ini, ada beberapa teknologi yang ada dalam kehidupan kita antara lain handphone, laptop, tablet. Manfaat teknologi dalam kehidupan harian kita adalah membantu kita agar mudah melaksanakan tugas sehari-hari dan mempermudah manusia dalam mencari informasi. Cara yang seharusnya dilakukan dalam memanfaatkan teknologi tersebut adalah memanfaatkannya dengan baik, digunakan untuk mencari informasi yang dibutuhkan, dan tidak digunakan untuk melihat hal yang negatif. Berkenaan dengan Orang Kaya yang Bodoh, yang ikut kegiatan saat itu mengungkapkan pendapat bahwa orang kaya itu bercita-cita memiliki tempat yang lebih besar dan dapat digunakan untuk menyimpan hasil tanahnya. Ia pun merombak lumbung-lumbungnya sehingga menjadi lebih besar serta akan menyimpah di dalamnya segala gandum dan barang-barangnya. Namun malang, bahwa setelah cita-citanya tercapai, Allah mengambil jiwa orang kaya itu. Dari kisah Orang Kaya yang Bodoh, kita diingatkan untuk tidak menjadi orang yang tamak dan tidak memikirkan diri sendiri karena di hadapan Allah, hal itu tidak berguna. Harta adalah segala sesuatu yang dimiliki seseorang yang berwujud dan tidak berwujud dan bersifat duniawi. Manfaat harta adalah memenuhi kebutuhan sehari-hari, memenuhi kepuasan duniawi, dan sarana untuk berbagi kepada sesama. Cara yang baik untuk memanfaatkan harta adalah tidak berfoya-foya, suka menabung, tidak sombong, tidak takabur, suka berbagi, tidak korupsi, dan tidak serakah. 



Menanggapi sharing kelompok-kelompok tersebut, Penjaga Podjok memberikan catatan berikut ini:

“Manusia selalu berhubungan erat dengan teknologi dan harta. Hidup manusia semakin mudah karena adanya teknologi dan hidup manusia dapat menjadi bahagia karena adanya harta. Teknologi dan harta merupakan sarana untuk mempermudah dan membahagiakan manusia. Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia (Wikipedia). Dapatkah kita membayangkan apa yang akan terjadi jika manusia tidak menemukan roda? Atau dapatkah kita membayangkan yang terjadi jika tidak ada api dan listrik? Teknologi memang diciptakan untuk membuat kehidupan manusia semakin mudah. Melalui daya cipta, manusia menciptakan banyak hal yang dapat membantunya dalam menjalani kehidupan. Dengan berkembangnya teknologi, manusia semakin dapat menjalankan aktivitas secara efektif dan efisien. 
Selain teknologi, manusia juga menciptakan barang untuk dimiliki. Pada masa dimana kehidupan manusia masih sangat sederhana, yang dianggap sebagai harta adalah hasil panen, ternak, logam mulia, dan berbagai hal yang dapat dipakai sebagai alat tukar menukar dalam kehidupan ekonomi antar manusia. Lama kelamaan, manusia menciptakan bentuk harta yang lebih ringkas dan mudah disimpan, yaitu uang. Uang sangatlah bermanfaat karena praktis, mudah dibuat, mudah disimpan, dan bisa digunakan kapan saja. Uang  membuat orang dapat memiliki hal-hal yang diinginkan. Jumlah uang sangat menentukan kualitas barang atau jasa yang akan kita dapatkan. Intinya, uang itu enak, bagus, cantik, empuk, nyaman dan lain-lain.
Dalam kehidupannya, manusia dapat mengalami dimana hidupnya dikuasai oleh teknologi dan uang. Kehidupan manusia yang sangat dikuasai teknologi disebut kecanduan teknologi dan kehidupan manusia yang sangat dikuasai oleh harta disebut situasi materialistik. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana manusia bisa memanfaatkan teknologi dan harta dengan cara yang dikehendaki Tuhan? Untuk menjawabnya, kita akan merenungkan terlebih dahulu tujuan manusia diciptakan. Untuk itu, kita akan belajar dari pendapat Santo Ignatius Loyola. Ignatius Loyola menuliskan tujuan hidup manusia dalam bukunya yang berjudul “Latihan Rohani”: “Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah Tuhan kita, dan dengan itu menyelamatkan jiwanya. Ciptaan lain di atas permukaan bumi diciptakan bagi manusia untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan”  Manusia diciptakan untuk memuji, memuliakan, dan mengabdi Allah dengan menggunakan seluruh cara yang ada. Melalui tindakan itu, manusia mencapai tujuannya dan  menyelamatkan dirinya sendiri. Dari tulisan tersebut, jelas bahwa semua yang ada di dunia ini harus digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan penciptaan. Karena itu, semua hal yang ada harus digunakan oleh manusia untuk memuji, memuliakan, dan mengabdi Allah. Dengan demikian, teknologi dan harta pun harus digunakan untuk memuji,  memuliakan, dan mengabdi Allah.
Pertanyaannya sekarang adalah apakah aku sudah menggunakan teknologi dan hartaku untuk memuji, memuliakan dan mengabdi Allah? Mari kita semakin memanfaatkan teknologi dan harta untuk memuji, memuliakan dan mengabdi Allah... Semoga kita boleh mengusahakan diri untuk melakukan itu semua...”

Pertemuan BKSN Kedua: Aktif Bersatu dan Berbagi
Selepas pertemuan pertama, pertemuan kedua BKSN dijalankan pada hari Jumat Kelima (29/09/2017). Dalam pertemuan kedua ini, anggota Ruang Podjok akan diajak untuk belajar menyikapi dua sikap hidup berkenaan dengan orang lain, yaitu Sikap Mau Hidup Bersama dan Mau Berbagi. Dua sikap hidup ini akan kita perdalam agar kita menyikapi dengan baik paham Individualisme dan Hedonisme. Bahan yang menjadi materi pendalaman hari ini adalah Kis 2:41-47 dan Yak 3:14–4:3. 
Berkenaan dengan Kis 2:41-47, ada beberapa pertanyaan yang dapat didalami, yaitu: 1) Hal-hal apa yang dilakukan oleh Jemaat Perdana saat itu; 2) Sikap hidup semacam apa yang ingin dicapai oleh Jemaat Perdana dengan melakukan hal-hal tersebut; 3)  Akibat atau dampak apa yang didapatkan dari cara hidup yang dipraktekkan oleh Jemaat Perdana itu; dan 4) Pelajaran apa yang dapat kita petik dari cara hidup Jemaat Perdana itu. Berkenaan dengan Yak 3:14-4:3, ada beberapa pertanyaan yang diajukan, yaitu: 1) Sebutkan yang termasuk “hikmat  yang datang dari atas” dalam Surat Yakobus tersebut; 2) Sebutkan yang termasuk “hikmat  yang datang dari dunia” dalam Surat Yakobus tersebut; 3) Apa akibatnya jika seseorang menuruti “hikmat yang datang dari atas” dan “hikmat yang datang dari dunia”; dan 4) Pelajaran apa yang dapat kita petik dari pengajaran yang diberikan oleh Surat Yakobus tersebut. 
Sama seperti pada pertemuan pertama, hari itu, ada 4 kelompok yang dibagi untuk membahas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Bicara mengenai Surat Yakobus, para peserta pendalaman menemukan bahwa yang termasuk hikmat dari atas adalah murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, buah-buah yang baik, tidak memihak, dan tidak munafik; sedangkan yang termasuk hikmat dari dunia adalah iri hati, mementingkan diri sendiri, memegahkan diri, dan berdusta melawan kebenaran. Akibat yang ditimbulkan jika seseorang menuruti hikmat dari atas adalah kedamaian, sedangkan yang ditimbulkan jika seseorang menuruti hikmat dari dunia dalah kekacauan dan segala perbuatan yang jahat. Surat Yakobus ini mengajarkan agar tidak menaruh perasaan iri hati, tidak mementingkan diri sendiri, tidak memegahkan diri, dan tidak berdusta melawan kebenaran. Bicara mengenai Kisah Para Rasul, para peseta pendalaman menemukan bahwa ada banyak hal yang dilakukan dalam jemaat perdana, yaitu memberi diri dibaptis, bertekun dalam pengajaran para rasul, selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa, selalu ada yang menjual harta miliknya dan membagikan kepada setiap orang sesuai keperluannya, serta memuji Allah. Sikap hidup tersebut diarahkan pada satu cita-cita, yaitu taat dan percaya kepada Allah, serta menganggap segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. 



Sebagai peneguhan, Penjaga Podjok memberikan catatan berikut ini: 

“Dalam pertemuan kedua ini, kita diajak untuk meminimalisir dua arus zaman kita, yaitu Individualisme dan Hedonisme. Individualisme adalah sikap hidup yang melulu mementingkan diri sendiri dan tidak mau peduli dengan rasa kebersamaan sehingga orang tidak lagi mau menjadi     satu dan peduli dengan orang lain. Hedonisme adalah cara hidup yang menem-patkan kesenangan dan kenikmatan pribadi sebagai prioritas tertinggi sehingga orang tidak lagi mau peduli dengan situasi orang-orang sekitarnya. Individualisme dan Hedonisme berakibat pada sikap tidak mau  tau, tidak mau hidup bersama, tidak peduli dan tidak mau berbagi dengan orang lain. Kebersamaan, kepedulian dan kemauan untuk berbagi menjadi mati. Gereja Katolik ingin mengajak kembali seluruh umat untuk menyadari dirinya sebagai bagian dari orang lain serta tidak melulu memikirkan kesenangan dan kenikmatan pribadinya. Gereja Katolik ingin mengajak seluruh umat untuk mau hidup bersama, peduli, dan berbagi bersama dengan orang lain. Kebersamaan merupakan nilai yang penting karena kebersamaan itu menguatkan relasi di antara manusia. Manusia menjadi lebih kuat jika bersama. Kita mengenal pepatah “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Artinya, melalui kebersamaan, kita akan menjadi kuat dalam menghadapi segala sesuatu. 
Gereja Katolik dapat bertahan hidup karena unsur kesatuan yang ada di dalamnya. Gereja itu diwarnai dengan persekutuan, persatuan, perkumpulan, komunio. Inilah dimensi pertama dalam Gereja. Almarhum Kardinal Darmajoewana pernah mengatakan, “Yen ora kumpul mesthi ucul – Jika orang Katolik tidak pernah berkumpul dengan saudaranya, lambat laun dia akan terlepas dari persekutuan Gereja Katolik.” Dalam kebersamaan dan kesatuan itu, Gereja mengembangkan sikap mau peduli dan berbagi. Jemaat perdana telah memberi-kan contoh bahwa dalam persekutuan, mereka berbagi dan peduli dengan sesama anggota jemaat. Mereka tidak hanya mementingkan kesenangan dan kenikmatan pribadi, tetapi juga keperluan sesamanya. Kita diberi contoh menggunakan kesenangan dan kenikmatan yang kita alami. Kita boleh mengejar kesenangan dan kenikmatan, tetapi tidak boleh keterlaluan dan harus memperhatikan sesama kita. Setiap kali kita meng-ikuti Ekaristi, kita juga diajak untuk membangun sikap mau peduli dan berbagi kepada sesama kita. Kolekte yang kita berikan tidak saja untuk kepentingan gereja kita sendiri, tetapi juga orang lain. Santa Teresa dari Kalkuta pernah mengatakan, “Bukanlah seberapa banyak jumlah yang engkau berikan tetapi seberapa banyak kasih yang engkau berikan dalam pemberian itu.” Hidup bersama, mau peduli, dan mau berbagi merupakan panggilan setiap orang Katolik. Hidup kita sebagai orang Katolik ditandai dengan hal-hal tersebut. Pertanyaannya sekarang adalah apakah aku mau aktif, mau peduli dan berbagi dalam Gereja maupun masyarakat? Mari kita semakin semakin aktif dalam kegiatan Gereja dan masyarakat serta mau peduli dan berbagi. Santo Filipus Neri mengatakan, 'Beruntunglah kalian orang-orang muda karena kalian punya banyak waktu untuk berbuat baik.' Semoga kita semakin tergerak untuk berbuat baik..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar