Jumat, 22 Januari 2016

Menyiapkan Diri untuk Merasakan Kerahiman Allah

Tahun ini, kita mengalami masa yang sangat luar biasa. Tahun ini, kita memasuki masa yang ditetapkan oleh Paus Fransiskus sebagai Tahun Yubelium Luar Biasa. Pada perayaan syukur dua tahun diangkat sebagai pimpinan tertinggi Gereja (13 Maret 2015), Paus Fransiskus mengumumkan tahun 2016 sebagai Tahun Suci (Yubileum) Luar Biasa Kerahiman Allah. Tahun Suci ini dimulai pada tanggal 8 Desember 2015 (Pesta Maria dikandung tanpa noda dan peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II) dan akan berakhir pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, tanggal 20 November 2016. Pemakluman resmi dilakukan oleh Paus Fransiskus pada Hari Minggu Kerahiman Ilahi, 11 April 2015, dengan mengeluarkan bulla yang berjudul “Misericordiae Vultus” (Wajah Kerahiman). 
Tahun Suci (Yubelium) berasal dari tradisi Perjanjian Lama. Setiap lima puluh tahun, Tahun Suci dirayakan untuk mengembalikan keseimbangan hidup bersama sebagai Umat Allah. Pada tahun itu semua warga Umat Allah yang menjadi hamba harus dibebaskan, semua tanah yang dijual harus dikembalikan kepada pemiliknya, semua hutang dihapus (lih. Im 25). Gereja mengambil alih tradisi ini dan sejak tahun 1475, atas penetapan Paus Paulus II, merayakannya setiap 25 tahun. Tahun Suci Biasa terakhir kita rayakan pada tahun 2000, ketika umat manusia memasuki milenium yang ketiga. Selain Tahun Suci Biasa, Gereja juga merayakan Tahun Suci Luar Biasa. Tahun Suci Luar Biasa terakhir kita rayakan pada tahun 1983, untuk mengenangkan seribu sembilan ratus lima puluh tahun karya penebusan Kristus. 
Tema yang diambil untuk Yubelium ini adalah "Berbelaskasih seperti Allah - Merciful Like the Father" (Luk 6:36). Tema ini merupakan undangan bagi setiap orang untuk mengikuti teladan belas kasih seperti yang dilakukan Allah, yang mengajak kita tidak untuk mengadili atau mengutuk, tetapi untuk memaafkan, mencintai, dan memberikan pengampunan tanpa batas (lih, Luk 6:37-38). Logo Yubelium Kerahiman Allah dibuat oleh RP Marko I. Rupnik, SJ. Logo ini menampakan gagasan teologis mengenai belas kasih. Logo itu menampakkan gambar yang memiliki arti penting dalam kehidupan Gereja Perdana, dimana tergambar Sang Putera yang memanggul jiwa-jiwa yang hilang. Logo ini menunjukkan cinta Kristus yang mengarahkan pemenuhan misteri inkarnasiNya yang berpuncak pada penebusan. Logo ini didesain sedemikian rupa agar mengeskpresikan bagaimana Sang Gembala Baik menyentuh kemanusiaan dan kedagingan dengan cinta yang mampu mengubah hidup seseorang. Unsur unik yang perlu diperhatikan dalam logo itu adalah bahwa ketika Sang Gembala Baik, dalam belas kasihnya yang amat besar, memanggul manusia, mata Sang Gembala Baik bersatu dengan manusia yang dipanggulnya. Kristus melihat dengan mata Adam dan Adam melihat dengan mata Kristus. Setiap orang menemukan Adam baru dalam diri Kristus. Setiap orang yang memiliki rasa kemanusiaan dan masa depan merenungkan cinta kasih Allah dalam Kristus.
Dalam bulla pemakluman Tahun Suci Luar Biasa ini, Paus Fransiskus menyatakan, “Janganlah jatuh ke dalam pola pikir yang mengerikan, yang beranggapan bahwa kebahagiaan bergantung pada uang dan bahwa, dibandingkan dengan uang, semua yang lain tidak ada nilai atau martabatnya… Kekerasan yang ditimpakan kepada orang lain demi menimbun kekayaan yang berlumuran darah tidak akan mampu membuat seorang pun berkuasa atau tidak mati.” Dalam tulisan yang sama, Paus juga menyinggung gejala korupsi dan menulis, “Luka-luka bernanah akibat korupsi merupakan dosa berat yang berteriak keras ke surga untuk mendapatkan pembalasan, karena luka itu merongrong dasar-dasar kehidupan pribadi dan masyarakat. Korupsi membuat kita tidak mampu melihat masa depan dengan penuh harapan, karena kerakusannya yang lalim itu menghancurkan harapan-harapan kaum lemah dan menginjak-injak orang yang paling miskin di antara kaum miskin. Korupsi adalah …skandal publik yang berat.” Di tengah-tengah keadaan dunia yang seperti inilah, Paus Fransiskus mengajak kita semua untuk memperdalam pemahaman dan keyakinan kita bahwa Allah adalah Maharahim, mengalaminya secara pribadi, menjalankan pertobatan dan mewujudkan pertobatan itu dalam kehidupan yang nyata.
Dalam Tahun Suci Kerahiman Allah ini, Paus mengajak kita semua untuk merefleksikan kerahiman Allah melalui pewartaan Nabi Zefanya. Pertama, Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang jatuh atas umat-Nya (3:15). Kedua, Ia hadir di tengah-tengah umat-Nya (3:17) menyatakan belarasa dan kesetiakawanan-Nya. Ketiga, Ia membarui umat dengan kasih-Nya (3:17). Kerahiman Allah itu menjelma dan masuk ke dalam sejarah umat manusia, dalam diri Yesus Kristus. Dialah wajah sempurna kerahiman Allah. “Semoga warta kerahiman menjangkau setiap orang, dan semoga tidak seorang pun acuh tak acuh terhadap panggilan untuk mengalami kerahiman-Nya. Dengan penuh harapan saya menyampaikan undangan untuk bertobat ini kepada orang-orang yang perilaku hidupnya menjauhkan mereka dari rahmat Allah.” Kita dipanggil untuk menampakkan wajah belas kasih Allah. Ada pihak-pihak tertentu yang secara khusus diundang untuk menjalankan pertobatan, antara lain para pelaku dan organisasi-organisasi kriminal, para koruptor, orang-orang yang menjadikan uang sebagai berhala baru. 
Lalu, apa yang dapat kita perbuat dalam Tahun Suci Kerahiman Allah ini? Laman Youcat Indonesia membantu kita dalam melewatkan waktu dengan membangun kehidupan rohani selama masa khusus ini. 



Kita semua diajak untuk bertobat, memperbarui haluan hidup dan mewujudkannya dalam tindakan nyata. Dengan demikian, kita bisa merasakan dan membagikan kerahiman Allah yang begitu besar. Apa pun yang baik dapat kita lakukan untuk mewartakan kerahiman Allah yang membaharui kehidupan. Tuhan memberkati. 

Sumber:
http://www.im.va/content/gdm/en/giubileo/logo.html
https://www.facebook.com/youcatid/
Komisi Liturgi dan Jaringan Persaudaraan Antar Kelompok Doa (Jaringan KODOK) KAS. Panduan Umum Tahun Yubelium Kerahiman Allah Keuskupan Agung Semarang. Muntilan: Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan. 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar