Minggu, 05 Januari 2014

Persembahan Seluruh Hidup dari Tiga Orang Majus




“Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur” 
(Mat 2:11)

Setiap tahun, Perayaan Natal selalu merupakan rangkaian panjang. Masa ini dimulai dengan Masa Adven yang menjadi masa bagi umat beriman untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Perayaan Natal ditutup dengan Perayaan Epifani atau Hari Raya Penampakan Tuhan, yaitu perayaan datangnya tiga orang majus untuk menyembah Yesus. Penampakan Tuhan kepada orang majus dari timur itu ternyata sudah dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Ketika bernubuat kepada Yerusalem, Yesaya berkata, “Terang Tuhan terbit atasmu dan kemuliaanNya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu dan raja-raja menyongsong cahaya yang terbit bagimu. Sejumlah besar unta akan datang menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan-perbuatan masyhur Tuhan” (Yes 60:2.6). Hari ini adalah Hari Raya Penampakan Tuhan itu.
Dalam perayaan liturgi Gereja Katolik, hari ini dibacakan kisah tiga orang majus dari timur yang datang menyembah bayi Yesus dan membawa tiga buah persembahan: emas, kemenyan, dan mur. Kisah inilah yang diingat dalam Hari Raya Epifani atau Hari Raya Penampakan Tuhan. Sebenarnya, Kitab Suci hanya menyebut “orang-orang majus” (lih. Mat 2:1). Tidak ada keterangan berapa banyak jumlah mereka. Namun, karena ada tiga benda yang dipersembahkan, kemudian muncullah pandangan yang mengatakan bahwa para Majus yang datang ke tempat kelahiran Yesus ada tiga orang. Tulisan ini tidak hendak membahas jumlah para Majus, namun akan menyoroti tiga benda pemberian para Majus itu yang ternyata mewakili seluruh kehidupan Yesus sendiri. Selain itu, kita akan sedikit merefleksikan apa yang disampaikan oleh cerita tersebut.



EMAS: Pemberian Untuk Seorang Raja 

Emas sering disebut di dalam Alkitab, bahkan emas adalah logam pertama yang disebutkan (Kej.2:11). Emas adalah logam mulia yang mudah ditempa dan dibentuk menjadi peralatan atau perhiasan. Emas adalah satu-satunya logam yang ketika dipanaskan dengan api tidak kehilangan sifat, berat, dan warnanya. Kesempurnaan logam inilah yang secara simbolis melambangkan kedudukan tertinggi, datangnya seorang raja.
Pada zaman Yesus, ada kebiasaan dimana tidak seorang pun dapat datang kepada Raja tanpa membawa persembahan. Seorang raja tidak mungkin dapat ditemui tanpa membawa berbagai macam pemberian. Emas adalah persembahan yang paling cocok. Emas adalah raja dari segala logam. Maka, pemberian emas adalah pemberian terhormat dan tepat untuk seorang raja. Emas dipersembahkan kepada bayi Yesus. Jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang Raja.Persembahan emas menyatakan bahwa Yesus dilahirkan untuk menjadi Raja. Ia adalah penguasa Kerajaan Allah dan Raja di atas segala raja. Ia tidak memerintah dengan menggunakan pasukan, tetapi menggunakan bahasa kasih; bukan dengan tangan besi atau dengan kekuatan senapan, tetapi dengan cinta kasih. Ia tidak memerintah dari atas tahta kerajaan, namun dari atas kayu salib. Ia memerintah dengan merendahkan diri, mengorbankan diri demi rakyat Kerajaan-Nya.
Kalau kita ingin menjadikan Yesus sebagai Raja dalam kehidupan kita, maka langkah awalnya adalah kita perlu datang dan bertemu dengan Dia; meletakkan seluruh kehidupan kita di hadapan-Nya atau dengan kata lain kita perlu takluk dibawah kehendak dan kuasa Yesus.

KEMENYAN: Pemberian Untuk Seorang Imam

Kemenyan adalah hasil pengeringan getah pohon tertentu yang digunakan sebagai wangi-wangian. Pohon yang menghasilkan kemenyan ini sering disebut ‘arbor thurisfrom’  dan tumbuh  di daerah Persia, Arab, dan India. Getah itu dikumpulkan dan dikeringkan selama tiga bulan sehingga menjadi seperti damar yang keras atau permen karet. Kemenyan digunakan  sebagai wangi-wangian dan dipakai sebagai bau-bauan harum selama pelaksanaan ibadah. Di dalam kitab Keluaran, Harun membakar kemenyan di altar sebagai persembahan yang harum bagi Tuhan.
Sejak dulu sampai sekarang, kemenyan dipakai sebagai pewangian yang digunakan didalam ibadat dan upacara. Kemenyan digunakan oleh para imam untuk menguduskan persembahan. Tradisi ini masih dijalankan di kalangan gereja Katolik. Wangi-wangian hasil bakaran yang harum menyerbak memenuhi ruangan melambangkan cinta kasih yang dibagi kepada semua orang. Persembahan kemenyan kepada bayi Yesus hendak menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang imam, Imam yang Agung. Tugas imam adalah menjadi perantara antara umat dan Allah. Imam menjadi penengah. Seperti sifat kemenyan, imam harus membawa jemaat kepada kemuliaan dan kebesaran Tuhan. Dan ini yang dilakukan Yesus. Dialah Imam Agung yang membuka jalan untuk manusia, yang membawa manusia kepada Allah. Dia membangun jembatan – hubungan baru dengan Sang Bapa. Bahkan Yesus sendirilah jembatan itu. Melalui Yesus hubungan manusia – Allah yang pernah putus di zaman Adam dan Hawa dipulihkan. Melalui Yesus manusia dapat menghampiri Allah, yang kemudian dipanggil Bapa.
Kalau kita datang, berusaha mencari, dan menemukan Yesus; kita sedang mencari jalan untuk bertemu dengan Allah. Kita mengembangkan kerinduan untuk datang pada Allah. Yesus Kristus adalah jembatan kerinduan itu karena Dialah jalan, kebenaran dan hidup serta tidak seorangpun dapat datang kepada Bapa tanpa melaluiNya.

MUR: Pemberian Untuk Seorang yang Akan Mati

Mur adalah persembahan bagi orang yang akan meninggal. Seperti halnya kemenyan, mur juga merupakan getah pohon yang dikeraskan dan kemudian digunakan. Namun, tidak sama dengan kemenyan yang wangi, mur rasanya pahit. Mur sering kali digunakan untuk membalsam orang mati karena orang mati itu memiliki harta yang harus dijaga. Mur juga digunakan sebagai wewangian, bahan untuk minyak urapan yang disebutkan di kitab Keluaran. Akan tetapi, bagi Maria dan Yusuf, mur digunakan untuk pengobatan. Saat ini, mur banyak digunakan untuk pasta gigi, pencuci mulut, dan tata rias.Mur yang dipersembahkan kepada bayi Yesus menunjukkan bahwa kelak Yesus akan mati juga untuk manusia. Dengan demikian lengkaplah penggambaran akan bayi Yesus. Dia adalah seorang Raja yang memerintah dengan kasih, Dia adalah seorang Imam yang menjadi pengantara manusia dan Allah, Dia juga yang akhirnya mati bagi seluruh umat manusia. Yesus datang ke dunia untuk hidup bagi manusia, bersama manusia – namun akhirnya Dia juga mati untuk manusia. Mur melambangkan cawan pahit yang harus diminum oleh Yesus, di mana cawan pahit adalah penderitaan-Nya untuk menebus dosa manusia sekaligus lambang persatuan yang hidup dan yang mati. Persembahan ini menggambarkan bahwa Yesus datang ke dunia: Dia HIDUP untuk manusia dan MATI untuk manusia.

Kalau kita datang menghormati Yesus, kita diperingatkan bahwa Dia mengorbankan nyawa; menyerahkan hidup untuk menebus dosa-dosa kita. Dalam Dia kita menjadi anak-anak Allah. Melalui pengorbananNya, dosa kita ditebus dan kita dipulihkan kembali agar dapat bersatu dengan Allah.Pemberian para majus merupakan persembahan yang melambangkan kehidupan Yesus sendiri. Pemberian para majus menggambarkan perjalanan hidup yang akan dilalui oleh Yesus. Walaupun baru saja dilahirkan, arah hidupnya sudah ditentukan dengan pasti. Ia tidak melawan kehendak Bapa-Nya. Ia setia, bahkan setia sampai di kayu salib. Tampak jelas bahwa semua pemberian ini melambangkan perjalanan hidup yang akan dilalui Yesus Sang Bayi Mungil yang lahir di kandang hina itu. Namun, di balik semuanya itu, ada sesuatu yang jauh lebih penting, yaitu bahwa kehadiran orang-orang bijak ini mengungkapkan pengakuan dunia atas kehadiran Yesus. 

Catatan Kecil untuk Kisah Ini...

Kitab Suci menyebutkan apa yang ingin dicari oleh para majus itu, “Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat 2:2). Sikap inilah yang perlu kita miliki saat kita memutuskan untuk mencari Yesus. Ada berbagai macam tradisi Kristiani. Ada berbagai macam profesi yang kita miliki. Kita berasal dari latar belakang yang beragam. Namun, kita datang bukan untuk menunjukkan kehebatan masing-masing, tetapi kita datang untuk menyembah Dia, Sang Raja Damai. Bersama dengan para majus, kita melakukan dua perjalanan: 1) perjalanan menuju Betlehem untuk menemukan Raja Damai dan 2) perjalanan dari Betlehem untuk membawa Damai kepada dunia luas. Dalam perjalanan menuju Betlehem, seperti para majus yang mengikuti bintang, kita belajar untuk menjalani hidup sesuai arahan Sang Bintang. Sang Bintang telah  menjadi pedoman para majus dan kita dalam mencari Yesus. Bintang zaman sekarang adalah firman Allah. Firman Allah itulah yang perlu menjadi pegangan untuk melakukan hal-hal yang lebih baik dalam kehidupan kita. Kita disadarkan bahwa kita memiliki Allah yang berfirman baik melalui sabda dalam Kitab Suci maupun sapaan dalam kehidupan sehari-hari. Kita pun diajak untuk hidup sesuai dengan sabda dan sapaan Allah. Dalam perjalanan pulang dari Betlehem, seperti para majus yang diminta kembali kepada Herodes, kita kadangkala ditarik untuk bertemu dengan Herodes. Herodes-Herodes zaman sekarang adalah orang yang tidak ingin hidup baik dan mengembangkan hidup yang tidak baik. Maka sadar atau tidak, seperti para majus yang mengikuti bintang dan diperingatkan untuk mengambil jalan lain, kita pun sedang diperingatkan untuk selalu ambil mengikuti bintang, sabda Allah dalam kehidupan kita dan selalu siap jika harus menempuh jalan lain, bukan jalan Herodes, tetapi jalan menuju damai.
Selamat Tahun Baru 2014. Semoga kita selalu dikuatkan untuk selalu mengambil jalan lain, jalan yang dikehendaki Allah untuk membuat hidup yang lebih baik seraya berdoa, “Ya Allah, pada hari ini dengan bimbingan bintang, Engkau telah mewahyukan Putra TunggalMu kepada bangsa-bangsa. Kami mohon semoga kami yang telah mengenal Engkau dalam iman kelak Engkau perkenankan memandang wajahMu dalam kemuliaan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, PuteraMu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.”

Gambar diambil dari:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f4/The_magi_henry_siddons_mowbray_1915.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar