Adven dan Pernak-perniknya
Sejak hari Minggu, 1 Desember, Gereja Katolik memasuki masa khusus yang disebut Masa Adven. Masa Adven merupakan masa yang dinantikan oleh seluruh umat karena di masa ini, umat beriman diajak mempersiapkan pengenangan akan kedatangan Yesus Kristus yang lahir ke dunia. Bagaimana kita bisa menghayati masa ini? Semoga tulisan kecil ini dapat membantu Anda sekalian untuk memasuki Masa Adven dengan penuh penghayatan.
Masa Adven adalah sebuah
masa yang dimulai dari hari Minggu yang terdekat dengan pesta Santo Andreas
pada tanggal 30 November dan terdiri dari 4 minggu sebelum Hari Raya Natal.
Masa Adven menandai dimulainya Tahun Liturgi yang baru di Gereja Katolik Roma. Selama
masa ini, umat beriman setidaknya diingatkan akan tiga hal: 1) menyiapkan diri
agar semakin pantas untuk merayakan kedatangan Tuhan di dunia sebagai
perwujudan kasih Allah; 2) memantaskan diri untuk menerima Penebus yang datang
melalui komuni kudus dan rahmat; dan 3) menyiapkan diri untuk kedatangannya
sebagai Hakim pada saat kematian dan akhir dunia.Masa Adven mengalami perkembangan dalam kehidupan
rohani Gereja. Kisah mengenai Masa Adven sulit ditentukan dengan tepat. Dalam
bentuk awalnya, Masa Adven berasal dari tradisi umat di Perancis. Mereka membuat
masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani (Hari Raya Pembaptisan Tuhan) yang
digunakan sebagai hari para calon dibaptis menjadi warga Gereja. Jadi,
persiapan Adven amat mirip dengan MasaPrapaskah dengan penekanan pada doa dan
puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40
hari.Pada tahun 380, Konsili yang diadakan di Saragossa,
Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh
peraturan Prapaskah, Konsili Macon (Perancis) pada tahun 581 menetapkan bahwa
mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal,
umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek
serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad
keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang
puasa yang lebih ringan.Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan
perayaan Adven. Buku Doa Misa yang diterbitkan oleh Paus Gelasius I (wafat thn
496), adalah buku pertama yang menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari
Minggu. Di kemudian hari, Paus Gregorius I (wafat thn 604) memperkaya liturgi
ini dengan menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad
kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun
penanggalan Gereja. Dan akhirnya, Paus Gregorius VII (wafat thn 1095)
mengurangi jumlah hari Minggu dalam Masa Adven menjadi empat.
Sesuai makna katanya, Masa Adven ingin mengajak umat memusatkan diri pada
kedatangan Kristus. Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya
“datang”. Kedatangan Kristus yang dimaksud adalah kedatangan pertama (datang
sebagai bayi) maupun kedatangan kedua (datang sebagai raja). Katekismus Gereja
Katolik nomor 524 menekankan makna ini, “Dalam
perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan
demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang
kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan
kedatangan-Nya yang kedua.”Umat beriman diajak merefleksikan kembali dan merayakan kedatangan
Kristus yang pertama ke dalam dunia ini. Kita merenungkan kembali misteri
inkarnasi yang agung ketika Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia,
dan masuk dalam dimensi ruang dan waktu guna membebaskan kita dari dosa. Seiring
dengan itu, umat diingatkan bahwa Kristus akan datang kembali untuk mengadili
orang yang hidup dan mati dan kita harus siap untuk bertemu dengannya.
Suatu cara yang baik dan saleh untuk membantu kita dalam masa persiapan
Adven adalah dengan memasang Lingkaran Adven. Lingkaran Adven ini merupakan
sebuah simbol yang berasal dari Eropa Utara. Lingkaran ini diduga berasal dari
Abad Pertengahan. Sebuah pendapat mengatakan bahwa masyarakat Jerman – sebelum
kedatangan agama Kristen – telah
menggunakan lilin yang bernyala selama bulan Desember yang dingin dan
gelap sebagai simbol harapan akan Musim Semi yang hangat dan penuh sinar
mentari. Sementara itu, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa lingkaran Adven
belum digunakan sampai abad XIX.Penelitian Profesor Haemig dari Seminari Lutheran Santo Paulus menyatakan
bahwa Johann Hinrich Wichern (1808-1881), pendeta Protestan di Jerman dan
perintis pekerjaan misi di tengah kaum miskin sebagai penemu Lingkaran Adven
modern. Selama Masa Adven, anak-anak di sekolah misi Rauhes Haus, yang
didirikan oleh Wichern di Hamburg, bertanya setiap hari kapan Natal datang.
Pada tahun 1839, ia membangun cincin kayu (dari roda kereta kuda yang sudah
tua) yang diisi 20 lilin merah kecil dan 4 lilin putih besar. Sebuah lilin
kecil dinyatakan secara berurutan setiap hari selama masa Adven. Tradisi ini
pun mengakar di berbagai gereja Protestan di Jerman dan kemudian membuat mereka
pun melakukan tradisi yang sama dengan cara membangun lingkaran yang lebih
kecil dengan 4 lilin seperti yang dikenal sekarang. Gereja Katolik Roma pun
mengadopsi tradisi ini pada tahun 1920-an. Pada tahun 1930-1n, kebiasaan ini
menyebar di Amerika Utara. Penelitian Profesor Haemig juga menengarai bahwa
kebiasaan ini belum sampai di Amerika Serikat sampai tahun 1930-an dan juga
belum dipraktekkan oleh para imigran Jerman dari aliran Lutheran.Beberapa aliran Ortodox juga mengadopsi kebiasaan ini dengan menempatkan
6 lilin. Di gereja-gereja Protestan, lilin yang digunakan berwarna merah karena
melambangkan warna yang dipakai dalam hiasan Natal. Warna biru juga menjadi
alternatif dalam lingkaran Adven, terutama bagi gereja Anglikan dan Lutheran.
Warna biru melambangkan harapan dan penantian yang juga menjadi inti masa
Adven. Dalam Gereja Katolik, warna lilin yang digunakan adalah ungu dan merah
muda.
Gereja Katolik memberikan berbagai makna dalam lingkaran Adven tersebut. Penjelasan
mengenai lingkaran Adven tersebut dapat kita lihat dalam beberapa hal berikut: Pertama, karangan tersebut selalu berbentuk lingkaran. Lingkaran tidak
mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir. Maka, lingkaran melambangkan Tuhan
yang abadi, tanpa awal dan akhir. Kedua, Lingkaran Adven dihiasi daun-daun evergreen yang biasanya diwakili
dengan daun pinus atau cemara. Dahan-dahan evergreen yang senantiasa hijau melambangkan senantiasa hidup. Evergreen melambangkan Kristus, yang mati namun
hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita.
Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita.
Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah buah-buah beri
merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah yang
dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita
bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus
kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal. Ketiga, empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Adven, tiga
lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna merah muda. Lilin-lilin itu
melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu masa persiapan kita
menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan
tentang penantian bangsa Yahudi akan datangnya Sang Mesias, sementara dalam
Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah
Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan, kemudian setiap minggu
berikutnya lilin lain mulai dinyalakan. Dalam perayaan liturgi, yang menyalakan lilin
Adven adalah pemimpin liturgi. Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran
Adven setiap minggu dengan bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan, kita pun
diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat. Lilin itu membuat
hati kita semakin menyala dalam kasih kepada Bayi Yesus. Keempat, warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri. Lilin
ungu sebagai lambang pertobatan. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven
adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada
Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut
Minggu “Gaudete”. “Gaudete” adalah bahasa Latin yang berarti “sukacita”,
melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal
hampir tiba. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan
putih. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang
dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa
pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven. Pada Hari Natal,
keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih yang melambangkan
bahwa masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar. Kelima, pada kaki setiap lilin atau pada kaki Lingkaran Adven,
ditempatkan sebuah mangkuk berwarna biru. Warna biru mengingatkan kita pada
Bunda Maria, Bunda Allah, yang mengandung-Nya di dalam rahimnya serta
melahirkan-Nya ke dunia pada hari Natal.
Lingkaran Adven diletakkan secara menyolok di gereja. Keluarga-keluarga
sebaiknya memasang Lingkaran Adven yang lebih kecil di rumah mereka. Lingkaran
Adven kecil ini mengingatkan mereka akan Lingkaran Adven di Gereja dan dengan
demikian mengingatkan hubungan antara mereka dengan Gereja. Lilin dinyalakan
pada saat doa atau makan bersama. Berdoa bersama sekeliling meja makan
mengingatkan mereka akan meja perjamuan Tuhan di mana mereka berkumpul bersama
setiap minggu untuk merayakan perjamuan Ekaristi - santapan dari Tuhan bagi
jiwa kita.
Masa Adven bukanlah sekedar atribut saja.
Masa Adven mengingatkan kita akan perlunya persiapan jiwa sehingga kita dapat
sepenuhnya ambil bagian dalam sukacita besar Kelahiran Kristus, Putera Allah,
yang telah memberikan Diri-Nya bagi kita agar kita beroleh hidup yang kekal.
Oleh karena itu, di Masa Adven ini, marilah kita berharap dengan berseru
seperti yang dicanangkan oleh pesan Natal bersama PGI dan KWI, “Datanglah ya Raja Damai!” (bdk. Yes
9:5).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar