Minggu, 28 Juli 2013

Coba-coba Menangkap Maksud Kurikulum 2013


Sudah beberapa minggu ini, dunia pendidikan di Indonesia dihebohkan dengan pelaksanaan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum ini sudah mulai diperdengarkan sekitar akhir tahun lalu namun masih dalam taraf draft yang masih harus dibicarakan dan didiskusikan di sana sini. Akhirnya, awal bulan Juli kemarin keluarlah Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah Kejuruan. Keluarnya peraturan itu menandai dilaksanakannya secara resmi Kurikulum 2013.
Ruang Podjok pun terkena imbasnya karena Ruang Podjok merupakan bagian dari SMK Negeri 3 Surakarta yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk menerapkan Kurikulum 2013 bagi siswa-siswi kelas X Tahun Pelajaran 2013-2014. Secara praktis, acuan yang akan digunakan untuk pembelajaran di kelas X yang baru pun berubah. Perubahan ini membuat banyak guru kebingungan, terutama mereka yang mengajar di sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan kurikulum baru. Begitu pula disini. Penjaga Podjok pun sempat kebingungan dalam membuat administrasi pembelajaran yang baru.
Bingungnya kenapa? Karena di kurikulum baru ini, hanya ada 4 Kompetensi Inti yang rumusannya sama di berbagai macam mata pelajaran. Padahal, dulu di kurikulum yang lama, Kompetensi Inti – dulu disebut Standar Kompetensi – berbeda-beda di setiap mata pelajaran. Nah, di kurikulum ini, hanya ada 4 Kompetensi Inti yang semuanya sama di setiap mata pelajaran, yaitu: 1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya; 2) Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung - jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro - aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia; 3) Memahami,  menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah; dan 4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Keempat kompetensi inti itu lalu dijabarkan dalam kompetensi-kompetensi dasar yang masing-masing berbeda di setiap mata pelajaran. Ada sebuah pertanyaan nakal yang muncul dari benak ketika melihat kompetensi inti itu, misalnya seputar implementasi Kompetensi Inti 1 dalam mata pelajaran Matematika atau Pendidikan Jasmani: Apakah kalau menghitung soal persamaan linear harus lebih dulu meyakini dan menjelaskan makna tanda salib? Apakah kalau mau jungkir balik dalam senam harus mengatakan Syahadat Singkat dulu? Rasa-rasanya, keempat kompetensi inti itu hanya cocok diterapkan pada mata pelajaran yang sangat erat dengan nilai-nilai agama, religiositas, moral, dan kebijaksanaan. Kalau diterapkan pada mata pelajaran yang sangat eksak rasanya kok lucu... seperti memaksakan aturan sepakbola dalam permainan basket. Kadangkala geli membayangkan hal-hal semacam itu yang menurut nalar kok terasa sangat naif.
Perubahan memang selalu mengguncang dan membutuhkan kesiapsediaan untuk belajar dan berlaku kreatif. Kalau tidak ada perubahan, tidak ada hal baru yang bisa dipelajari. Herakleitos mengatakan, “Pantha rei kai uden menei – Semuanya bergerak dan tidak ada yang tetap.” Segala sesuatu memang berubah karena di dunia ini tidak ada yang tetap. Dalam aliran air pun, tidak ada yang sama. Bahkan, daun yang jatuh pun tidak ada yang memakai cara yang sama. Untuk itu, kurikulum yang baru ini perlu ditangkap dalam cara pandang yang baru. Dan sampai sekarang, belum ada cara pandang yang mengarahkan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (karena setidaknya sampai tanggal ini belum ada pelatihan tentang kurikulum 2013 baik dari Dinas Pendidikan maupun Kementrian Agama setempat atau memang saya yang tidak tahu hehehe...). Oleh karena itu, tampaknya pada guru agama Katolik masih diberi kebebasan untuk menangkap maksud kurikulum 2013 ini dengan cara pandangnya masing-masing.
Nah, karena mumpung masih diberi kebebasan, saya pun mencoba menangkap maksud perubahan kurikulum 2013 ini.
Yang pertama, mengapa jam pembelajaran agama ditambah sampai 3 jam? Yang saya alami, pembelajaran agama dengan jatah 2 jam pelajaran pun bisa dan materi pun selesai. Kalau materi dan pembelajaran bisa selesai dalam waktu 2 jam, kok masih ditambah 1 jam. Saya pun mencoba melihat karakteristis kurikulum 2013. Dalam Permendikbud No 70 Tahun 2013 dinyatakan bahwa karakteristik kurikulum 2013 adalah sebagai berikut “1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; 2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta  menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran; 6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti; 7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).”  Dari sana saya menafsirkan bahwa jam Pendidikan Agama Katolik ditambah 1 jam UNTUK PRAKTEK. Maka, yang ideal, pembagian jam itu adalah 2 jam TEORI dan 1 jam PRAKTEK. Tapi pertanyaan selanjutnya adalah 1 jam praktek itu dapat apa? Kalau mau ke Gereja terdekat, atau mau melihat praktek di masyarakat, untuk jalan saja waktunya sudah habis. Lalu harus bagaimana? Inilah yang masih harus dipikirkan. Di sinilah para guru agama Katolik harus ketemu dan ngobrol untuk saling berpendapat sehingga nantinya dapat melaksanakan di tempat kerja masing-masing.  
Yang kedua, pertanyaannya adalah mau pakai buku apa? Sampai tanggal 20-an bulan Juli ini, saya belum melihat ada buku paket agama Katolik dikirim ke sekolah saya. Terus harus bagaimana. Kalau saya ditanya pakai buku apa, pakai buku yang dipakai tahun kemarin. Tahun kemarin, saya memakai buku seri  keluaran Penerbit Kanisius yang berjudul “Menjadi Murid Yesus”, khususnya untuk kelas X yang baru ini. Ya pakai itu saja karena kenyataannya belum ada buku paket yang baru. Setelah saya melihat-lihat, ternyata buku itu relatif cocok dengan struktur kurikulum 2013. Dimana kecocokannya? Mari kita lihat bersama-sama. Dalam struktur kurikulum 2013, dinyatakan bahwa kelas X diberi tanggungjawab belajar yang terbagi dalam 4 Kompetensi Inti yang dijabarkan masing-masing dalam 12 poin Kompetensi Dasar. Nah, tinggal dikelompokkan saja mana kompetensi dasar yang sejenis lalu dilaksanakan, berikut ini adalah hasil analisis saya:
1.         Kompetensi Inti setiap semester untuk setiap tingkat tidak hanya 1 tetapi 4 sekaligus.
2.         Kompetensi Inti setiap semester dari kelas X sampai XII adalah sama.
3.        Keempat Kompetensi Inti tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling terkait satu sama lain. Jadi, tidak seperti kurikulum yang lalu yang membuat kita bisa memisahkan Standar Kompetensi masing-masing tingkat
Melihat analisis itu, susunan Kompetensi Dasarnya menjadi sebagai berikut

1.1 Menghayati keberadaan dirinya dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
2.1 Berperilaku tanggung jawab dalam menerima diri dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
3.1 Memahami diri dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
4.1 Melatih diri dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.

1.2 Menghayati makna bersyukur atas diri apa adanya.
2.2 Berperilaku jujur dalam bersyukur atas diri apa adanya.
3.2 Memahami makna bersyukur atas diri apa adanya.
4.2 Mengungkapkan rasa yukur atas diri apa adanya yang diciptakan Tuhan.

1.3 Menerima jati diri sebagai perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.
2.3 Berperilaku santun sebagai perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.
3.3 Memahami jati diri sebagai perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.
4.3 Menunjukkan jati diri sebagai perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.

1.4 Menghayati sikap saling menghargai sesama manusia yang diciptakan sebagai citra Allah yang bersaudara satu sama lain.
2.4 Berperilaku santun dengan saling menghargai sesama manusia yang diciptakan sebagai citra Allah yang bersaudara satu sama lain.
3.4 Memahami sikap saling menghargai sesama manusia yang diciptakan sebagai citra Allah yang bersaudara satu sama lain.
4.4 Bersikap saling menghargai sesama manusia yang diciptakan sebagai citra Allah yang bersaudara satu sama lain.

1.5 Bersikap patuh terhadap suara hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat.
2.5 Berperilaku patuh terhadap suara hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat.
3.5 Memahami sikap dan perilaku patuh terhadap suara hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat.
4.5 Berperilaku patuh terhadap suara hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat.

1.6 Menghayati sikap kritis dan bertanggung-jawab terhadap pengaruh mass media, ideologi dan gaya hidup yang berkembang.
2.6 Bersikap kritis dan bertanggungjawab terhadap pengaruh mass media, ideologi dan gaya hidup yang berkembang.
3.6 Memahami sikap kritis dan bertanggung-jawab terhadap pengaruh mass media, ideologi dan gaya hidup yang berkembang.
4.6 Bersikap kritis dan bertanggung-jawab terhadap pengaruh mass media, ideologi dan gaya hidup yang berkembang.

1.7 Menghayati Kitab Suci dan Tradisi sebagai dasar iman kristiani.
2.7 Berperilaku tanggungjawab terhadap ajaran Kitab Suci dan Tradisi sebagai dasar iman kristiani.
3.7 Memahami Kitab Suci dan Tradisi sebagai dasar iman kristiani.
4.7 Menghayati Kitab Suci dan Tradisi sebagai dasar iman kristiani.

1.8 Menghayati Yesus Kristus yang datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah.
2.8 Berperilaku tanggungjawab sebagai pengikut Yesus Kristus yang datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah.
3.8 Memahami Yesus Kristus yang datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah.
4.8 Bersaksi tentang Yesus Kristus yang datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah.

1.9 Menghayati pribadi Yesus Kristus yang rela menderita , sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia.
2.9 Berperilaku jujur menerima pribadi Yesus Kristus yang rela menderita, sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia.
3.9 Memahami pribadi Yesus Kristus yang rela menderita , sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia.
4.9 Meneladani pribadi Yesus Kristus yang rela menderita , sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia.

1.10 Menghayati pribadi Yesus Kristus sebagai sahabat sejati, tokoh idola, dan Juru Selamat.
2.10 Berperilaku jujur menerima pribadi Yesus Kristus sebagai sahabat sejati, tokoh idola, dan Juru Selamat.
3.10 Memahami pribadi Yesus Kristus sebagai sahabat sejati, tokoh idola, dan Juru Selamat.
4.10 Meneladani pribadi Yesus Kristus sebagai sahabat sejati, tokoh idola, dan Juru Selamat.

1.11 Menghayati Allah Tritunggal sebagai kebenaran iman Kristiani.
2.11 Berperilaku tanggung jawab dalam menerima Allah Tritunggal sebagai kebenaran iman Kristiani.
3.11 Memahami Allah Tritunggal sebagai kebenaran iman Kristiani.
4.11 Menghayati Allah Tritunggal sebagai kebenaran iman Kristiani.

1.12 Menghayati peran Roh Kudus yang melahirkan, membimbing, dan menghidupi Gereja.
2.12 Berperilaku tanggung jawab pada karya Roh Kudus yang melahirkan, membimbing, dan menghidupi Gereja.
3.12 Memahami peran Roh Kudus yang melahirkan, membimbing, dan menghidupi Gereja.
4.12 Menghayati Roh Kudus yang melahirkan, membimbing, dan menghidupi Gereja.  

Nah, setelah dirangkai semacam ini, tinggal disesuaikan dengan materi-materi yang ada di buku “Menjadi Murid Yesus” terbitan Kanisius. Kalau dilihat-lihat, buku ini rasanya cocok benar untuk menerapkan kurikulum 2013. Maka, usul saya, pakai saja buku terbitan Kanisius ini sebagai bahan pokok dalam mengajar. Berikut ini adalah keterkaitan antara Kompetensi Dasar dan Materi dalam buku tersebut:

Untuk KD 1.1-4.1, 1.2-4.2, dan 1.3-4.3 bisa dipakai materi “Aku Pribadi yang Unik” (hlm. 1-32)
Untuk KD 1.4-4.4 bisa dipakai materi “Keluhuranku sebagai Citra Allah” (hlm 33-54)
Untuk KD 1.5-4.5 bisa dipakai materi “Aku Memiliki Suara Hati dan Kebebasan” (hlm 57-83)
Untuk KD 1.6-4.6 bisa dipakai materi “Aku Bersikap Kritis dan Bertanggungjawab” (hlm 83-113)
Untuk KD 1.7-4.7 bisa dipakai materi “Kitab Suci dan Tradisi sebagai Sumber Iman akan Yesus Kristus” (hlm 115-149)
Untuk KD 1.8-4.8 dan 1.9-4.9 bisa dipakai materi “Yesus Kristus Pejuang Kerajaan Allah” (hlm 151-188)
Untuk KD 1.10-4.10 bisa dipakai materi “Yesus Kristus sebagai Sahabat, Tokoh Idola, dan Juru Selamat Manusia” (hlm 189-217)
Untuk KD 1.11-4.11 dan 1.12-4.12 bisa dipakai materi “Roh Kudus dan Tritunggal Mahakudus” (hlm 219-247)

Saya kira inilah tuntutan minimal yang bisa saya berikan kepada para siswa-siswi yang harus dilayani. Kalau masih bisa menambah materi buku itu, apalagi kalau bisa membuat catatan bagi para siswa, itu akan baik sekali sehingga murid-murid kita bisa menjadi semakin cerdas dan berani dalam beriman.
Inilah yang saya lakukan untuk mengosak-asik kurikulum 2013 menurut tafsiran saya. Kalau memang ada pelatihan untuk Guru Agama Katolik tentang kurikulum 2013, saya mohon diberi kabar supaya saya bisa bertobat dalam memecah belah sakkepenake dhewe kurikulum 2013 ini. Semoga tulisan ini bisa digunakan oleh semakin banyak orang, terutama teman-teman Guru Agama Katolik dimanapun berada. Salam dari Ruang Podjok Agama Katolik Skaga, Kevikepan Surakarta, Keuskupan Agung Semarang. Berkah Dalem...

Gambar diambil dari: http://fuadinotkamal.files.wordpress.com/2013/04/cover_menyambut-kurikulum-2013.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar