Perayaan Natal Bersama SMK Negeri 3
Surakarta memang telah berlangsung selama beberapa tahun. Beberapa tahun ini,
Natal memberikan berbagai macam kesan. Tahun ini, seperti digambarkan dalam
judul posting, Perayaan Natal terjadi di SMK Negeri 3 Surakarta di tengah
kegelapan. Mengapa begitu? Perayaan Natal tahun ini memang sungguh-sungguh
gelap karena terjadi dalam situasi mati lampu. Dua hari sebelum Perayaan Natal,
datanglah sebuah surat dari Perusahaan Listrik Negara yang memberikan kabar
bahwa hari Senin akan diadakan pemadaman listrik mulai jam 09.00 sampai 15.00.
Padahal, acara Natal Bersama diadakan sekitar pukul 10.00 sampai 12.00.
Akhirnya, Perayaan Natal yang diadakan pada Senin (13/1) itu terjadi di tengah
kegelapan. Namun, meskipun berada dalam kegelapan, Perayaan Natal SMK Negeri 3
Surakarta dapat berlangsung dengan lancar.
Acara Natal yang terjadi di tengah
kegelapan ini malah menimbulkan kesan tersendiri. Bukankah memang setiap Natal
kita selalu mencari dan menunggu-nunggu Sang Terang? Bukankah orang Kristiani
memang selalu dipanggil untuk menjadi terang di tengah dunia yang kadangkala
dipenuhi dengan kegelapan ini? Diterangi dengan sinar temaram empat buah lilin
Natal, seluruh keluarga besar warga Kristiani SMK Negeri 3 berusaha menemukan
terang yang dibawa oleh Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Yesus Kristus adalah
Sang Terang yang mengusir kegelapan hati kita. Hal ini mengingatkan saya pada
homili yang disampaikan oleh Paus Fransiskus pada Misa Malam Natal tahun lalu:
“Orang yang berjalan dalam
kegelapan akan melihat terang yang besar” (Yes 9:1). Nubuat
nabi Yesaya ini tidak pernah berhenti menyentuh kita, khususnya ketika kita
mendengarnya saat diwartakan dalam liturgi Malam Natal. Ini bukanlah sesuatu
yang emosional atau sentimental saja. Nubuat ini menggerakkan kita karena
menyatakan kenyataan yang sebenar-benarnya siapa diri kita: orang-orang yang
sedang berjalan dan di sekeliling kita dan dalam diri kita ada gelap dan
terang. Pada malam ini, seiring kuasa kegelapan yang menutupi dunia, ada
peristiwa yang memperbarui serta selalu mengherankan dan mengejutkan kita:
orang-orang yang berjalan melihat terang besar. Sebuah terang mengajak kita
merefleksikan misteri ini: misteri perjalanan dan penglihatan.
Perjalanan. Kata ini mengajak kita merefleksikan
soal sejarah, yaitu perjalanan panjang sejarah keselamatan, dimulai dari
Abraham, bapa kita dalam iman, yang pada suatu hari telah dipanggil Allah untuk
pergi meninggalkan tanah airnya menuju daerah yang akan ditunjukkan kepadanya.
Sejak saat itu, identitas kita sebagai orang-orang beriman adalah orang-orang
yang melakukan perjalanan ziarah menuju tanah yang dijanjikan. Sejarah ini
selalu didampingi oleh Allah. Dia setia kepada perjanjian dan janjiNya. “Allah
adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan” (1 Yoh 1:5). Meskipun
demikian, dalam diri manusia, ada terang dan gelap, kesetiaan dan
ketidaksetiaan, kepatuhan dan pemberontakan; saat menjadi peziarah dan saat
menjadi pembelot.
Dalam sejarah pribadi kita, ada peristiwa terang
dan gelap, cahaya dan bayang-bayang. Jika kita mencintai Allah dan
saudara-saudari kita, kita berjalan dalam terang; tapi jika hati kita tertutup,
jika kita didominasi oleh kebanggaan, tipu daya, dan kepentingan diri sendiri,
kegelapan akan melingkupi diri dan sekitar kita. “Tetapi barangsiapa membenci
saudaranya, ia berada di dalam kegelapan dan hidup di dalam kegelapan. Ia tidak
tahu ke mana ia pergi karena kegelapan itu telah membutakan matanya” (1 Yoh 2:11).
Pada malam ini, seperti percikan cahaya yang
sangat terang, ada seruan keras dari Sang Rasul: “Karena
kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata” (Tit 2:11). Rahmat
yang terungkap dalam dunia kita adalah Yesus, yang lahir dari Perawan Maria,
sungguh manusia dan sungguh Allah. Dia telah memasuki sejarah kita. Dia
terlibat dalam perjalanan kita. Dia datang untuk membebaskan kita dari
kegelapan dan menganugerahkan terang kepada kita. Dalam dia, kita menyingkap
rahmat, belas kasih, dan cinta yang lembut dari Allah. Yesus adalah cinta yang
mewujudnyata. Dia bukan sekedar guru
kebijaksanaan, dia bukanlah idola yang dengan susah payah kita perjuangkan
sementara kita tahu bahwa kita tidak dapat menggapainya. Dia, memberi makna
pada kehidupan dan sejarah, yang mendirikan kemahNya di tengah-tengah kita.
Pada gembala pertama-tama melihat “kemah” ini dan
menerima kabar kelahiran Yesus. Merekalah yang pertama karena mereka berada di
antara yang terakhir, yang tersingkir. Mereka menjadi yang pertama karena
mereka waspada, berjaga di waktu malam, melindungi kawanan ternaknya. Bersama
dengan mereka, marilah kita berdiam sejenak di hadapan Sang Putra, berhenti
sejenak dalam keheningan. Bersama dengan mereka, marilah kita bersyukur pada
Tuhan yang telah memberikan Yesus kepada kita, dan bersama mereka kita
mengangkat pujian dari kedalaman hati kita bagi kesetiaan Allah: Kami memujiMu,
Allah yang Mahatinggi, yang telah merendahkan diri bagi kepentingan kami.
Sangat agunglah Engkau namun Engkau membuat dirimu kecil; Sangat kayalah engkau
namun Engkau membuat dirimu miskin; Sangat berkuasalah Engkau namun Engkau
membuat dirimu sangat rapuh.
Pada
malam ini, marilah kita membagikan kegembiraan Injil: Allah mencintai kita. Dia
sangat mencintai kita sehingga memberikan anakNya sebagai saudara kita, sebagai
terang dalam kegelapan kita. Kepada kita, Tuhan menyatakan: “Jangan takut!” (Luk 2:10). Dan
saya mengulangi: Jangan takut! Bapa kita sabar. Dia mencintai kita. Dia memberi
kita Yesus untuk membimbing kita pada jalan yang akan mengarahkan kita ke tanah
terjanji. Yesus adalah terang yang mencerahkan kegelapan. Dialah damai kita.
Amin.
Tahun ini, acara Perayaan Natal Bersama
dikoordinir oleh Sub Seksi Kerohanian Katolik, yaitu Sinta Raras Swargani.
Bersama dengan sekitar 20 teman, dia berusaha mengorganisir acara Natal
Bersama. Tidak mudah perjuangan yang dialami oleh panitia. Ketidakmudahan itu
antara lain disebabkan karena acara yang kemudian terpaksa diundur. Perayaan
Natal Bersama yang sedianya dilaksanakan tanggal 10 Januari itu harus diundur ke
tanggal 13 Januari karena tanggal 10 Januari ada acara Peresmian Gedung Baru
SMK Negeri 3 Surakarta oleh Bapak Walikota Surakarta yang dihadiri pula oleh
Bapak Menteri Pemuda dan Olahraga. Karena sifat acara peresmian yang lebih
besar itu, acara Natal Bersama pun diundur pada tanggal 13.
Perayaan Natal Bersama ini akhirnya dipungkasi sekitar pukul 12.00. Setelah itu, panitia bekerjasama membereskan segala hal yang digunakan dalam perayaan ini.
Tidak ada kata lain yang bisa diucapkan selain kata TERIMA KASIH kepada segenap panitia, Bapak Ibu Guru dan Karyawan, seluruh siswa Kristiani dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelenggaraan Natal ini. Seluruh perhatian dan bantuan merupakan sumbangan yang besar bagi kami sehingga Perayaan Natal dalam kegelapan di tahun ini benar-benar menerbitkan terang. Tuhan memberkati kita semua. Berkah Dalem