“Maka masuklah mereka ke
dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud
menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan
persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur”
(Mat 2:11)
(Mat 2:11)
Setiap tahun, Perayaan Natal selalu merupakan rangkaian panjang. Masa
ini dimulai dengan Masa Adven yang menjadi masa bagi umat beriman untuk
mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Perayaan Natal ditutup dengan
Perayaan Epifani atau Hari Raya Penampakan Tuhan, yaitu perayaan datangnya tiga
orang majus untuk menyembah Yesus. Penampakan Tuhan kepada orang majus dari
timur itu ternyata sudah dinubuatkan oleh nabi Yesaya. Ketika bernubuat kepada
Yerusalem, Yesaya berkata, “Terang Tuhan
terbit atasmu dan kemuliaanNya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa
berduyun-duyun datang kepada terangmu dan raja-raja menyongsong cahaya yang
terbit bagimu. Sejumlah besar unta akan datang menutupi daerahmu, unta-unta
muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa
emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan-perbuatan masyhur Tuhan”
(Yes 60:2.6). Hari ini adalah Hari Raya Penampakan Tuhan itu.
Dalam perayaan
liturgi Gereja Katolik, hari ini dibacakan kisah tiga orang majus dari timur yang
datang menyembah bayi Yesus dan membawa tiga buah persembahan: emas, kemenyan,
dan mur. Kisah inilah yang diingat dalam Hari Raya Epifani atau Hari Raya
Penampakan Tuhan. Sebenarnya, Kitab Suci hanya menyebut “orang-orang majus” (lih. Mat 2:1). Tidak ada keterangan berapa
banyak jumlah mereka. Namun, karena ada tiga benda yang dipersembahkan, kemudian muncullah pandangan yang mengatakan
bahwa para Majus yang datang ke tempat kelahiran Yesus ada tiga orang. Tulisan
ini tidak hendak membahas jumlah para Majus, namun akan menyoroti tiga benda
pemberian para Majus itu yang ternyata mewakili seluruh kehidupan Yesus
sendiri. Selain itu, kita akan sedikit merefleksikan apa yang disampaikan oleh
cerita tersebut.
EMAS: Pemberian Untuk Seorang Raja
Emas sering disebut di dalam Alkitab, bahkan emas adalah logam pertama yang
disebutkan (Kej.2:11). Emas adalah logam mulia yang mudah ditempa dan
dibentuk menjadi peralatan atau perhiasan. Emas adalah satu-satunya logam yang
ketika dipanaskan dengan api tidak kehilangan sifat, berat, dan warnanya.
Kesempurnaan logam inilah yang secara simbolis melambangkan kedudukan
tertinggi, datangnya seorang raja.
Pada zaman Yesus, ada kebiasaan dimana tidak seorang pun dapat datang
kepada Raja tanpa membawa persembahan. Seorang raja tidak mungkin dapat ditemui
tanpa membawa berbagai macam pemberian. Emas adalah persembahan yang paling
cocok. Emas adalah raja dari segala logam. Maka, pemberian emas adalah
pemberian terhormat dan tepat untuk seorang raja. Emas dipersembahkan kepada
bayi Yesus. Jelas menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang Raja.Persembahan emas menyatakan bahwa Yesus dilahirkan untuk menjadi Raja.
Ia adalah penguasa Kerajaan Allah dan Raja di atas segala raja. Ia tidak
memerintah dengan menggunakan pasukan, tetapi menggunakan bahasa kasih; bukan
dengan tangan besi atau dengan kekuatan senapan, tetapi dengan cinta kasih. Ia
tidak memerintah dari atas tahta kerajaan, namun dari atas kayu salib. Ia
memerintah dengan merendahkan diri, mengorbankan diri demi rakyat Kerajaan-Nya.
Kalau kita ingin menjadikan Yesus sebagai Raja dalam kehidupan kita, maka langkah awalnya adalah kita perlu datang dan bertemu dengan Dia; meletakkan seluruh kehidupan kita di hadapan-Nya atau dengan kata lain kita perlu takluk dibawah kehendak dan kuasa Yesus.
Kalau kita ingin menjadikan Yesus sebagai Raja dalam kehidupan kita, maka langkah awalnya adalah kita perlu datang dan bertemu dengan Dia; meletakkan seluruh kehidupan kita di hadapan-Nya atau dengan kata lain kita perlu takluk dibawah kehendak dan kuasa Yesus.
KEMENYAN: Pemberian Untuk Seorang Imam
Kemenyan adalah hasil pengeringan getah pohon tertentu yang digunakan
sebagai wangi-wangian. Pohon yang menghasilkan kemenyan ini sering disebut ‘arbor thurisfrom’ dan
tumbuh di daerah Persia, Arab, dan
India. Getah itu dikumpulkan dan dikeringkan selama tiga bulan sehingga menjadi
seperti damar yang keras atau permen karet. Kemenyan digunakan sebagai
wangi-wangian dan dipakai sebagai bau-bauan harum selama pelaksanaan ibadah. Di
dalam kitab Keluaran, Harun membakar kemenyan di altar sebagai persembahan yang
harum bagi Tuhan.
Sejak dulu sampai sekarang, kemenyan dipakai sebagai pewangian yang
digunakan didalam ibadat dan upacara. Kemenyan digunakan oleh para imam untuk
menguduskan persembahan. Tradisi ini masih dijalankan di kalangan gereja
Katolik. Wangi-wangian hasil bakaran yang harum menyerbak
memenuhi ruangan melambangkan cinta kasih yang dibagi kepada semua orang. Persembahan kemenyan kepada bayi Yesus hendak
menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang imam, Imam yang Agung. Tugas imam adalah
menjadi perantara antara umat dan Allah. Imam menjadi penengah. Seperti sifat
kemenyan, imam harus membawa jemaat kepada kemuliaan dan kebesaran Tuhan. Dan
ini yang dilakukan Yesus. Dialah Imam Agung yang membuka jalan untuk manusia,
yang membawa manusia kepada Allah. Dia membangun jembatan – hubungan baru
dengan Sang Bapa. Bahkan Yesus sendirilah jembatan itu. Melalui Yesus hubungan
manusia – Allah yang pernah putus di zaman Adam dan Hawa dipulihkan. Melalui
Yesus manusia dapat menghampiri Allah, yang kemudian dipanggil Bapa.
Kalau kita datang, berusaha mencari, dan menemukan Yesus; kita sedang mencari jalan untuk bertemu dengan Allah. Kita mengembangkan kerinduan untuk datang pada Allah. Yesus Kristus adalah jembatan kerinduan itu karena Dialah jalan, kebenaran dan hidup serta tidak seorangpun dapat datang kepada Bapa tanpa melaluiNya.
MUR: Pemberian Untuk Seorang yang Akan Mati
Kalau kita datang, berusaha mencari, dan menemukan Yesus; kita sedang mencari jalan untuk bertemu dengan Allah. Kita mengembangkan kerinduan untuk datang pada Allah. Yesus Kristus adalah jembatan kerinduan itu karena Dialah jalan, kebenaran dan hidup serta tidak seorangpun dapat datang kepada Bapa tanpa melaluiNya.
MUR: Pemberian Untuk Seorang yang Akan Mati
Mur adalah persembahan bagi orang yang akan
meninggal. Seperti halnya kemenyan, mur juga merupakan getah pohon yang
dikeraskan dan kemudian digunakan. Namun, tidak sama dengan kemenyan yang
wangi, mur rasanya pahit. Mur sering kali digunakan untuk membalsam orang mati
karena orang mati itu memiliki harta yang harus dijaga. Mur juga digunakan
sebagai wewangian, bahan untuk minyak urapan yang disebutkan di kitab Keluaran.
Akan tetapi, bagi Maria dan Yusuf, mur digunakan untuk pengobatan. Saat ini,
mur banyak digunakan untuk pasta gigi, pencuci mulut, dan tata rias.Mur yang dipersembahkan kepada bayi Yesus menunjukkan bahwa kelak Yesus
akan mati juga untuk manusia. Dengan demikian lengkaplah penggambaran akan bayi
Yesus. Dia adalah seorang Raja yang memerintah dengan kasih, Dia adalah seorang
Imam yang menjadi pengantara manusia dan Allah, Dia juga yang akhirnya mati
bagi seluruh umat manusia. Yesus datang ke dunia untuk hidup bagi manusia,
bersama manusia – namun akhirnya Dia juga mati untuk manusia. Mur melambangkan cawan pahit yang harus diminum oleh Yesus, di mana cawan
pahit adalah penderitaan-Nya untuk menebus dosa manusia sekaligus lambang
persatuan yang hidup dan yang mati. Persembahan ini menggambarkan bahwa Yesus datang ke dunia: Dia HIDUP
untuk manusia dan MATI untuk manusia.
Kalau kita datang menghormati Yesus, kita diperingatkan bahwa Dia
mengorbankan nyawa; menyerahkan hidup untuk menebus dosa-dosa kita. Dalam Dia
kita menjadi anak-anak Allah. Melalui pengorbananNya, dosa kita ditebus dan
kita dipulihkan kembali agar dapat bersatu dengan Allah.Pemberian para majus merupakan persembahan yang melambangkan
kehidupan Yesus sendiri. Pemberian para majus menggambarkan perjalanan hidup
yang akan dilalui oleh Yesus. Walaupun baru saja dilahirkan, arah hidupnya
sudah ditentukan dengan pasti. Ia tidak melawan kehendak Bapa-Nya. Ia setia,
bahkan setia sampai di kayu salib. Tampak jelas bahwa semua pemberian ini
melambangkan perjalanan hidup yang akan dilalui Yesus Sang Bayi Mungil yang
lahir di kandang hina itu. Namun, di balik semuanya itu, ada sesuatu yang jauh
lebih penting, yaitu bahwa kehadiran orang-orang bijak ini mengungkapkan
pengakuan dunia atas kehadiran Yesus.
Catatan Kecil untuk Kisah Ini...
Kitab Suci menyebutkan apa yang ingin dicari oleh
para majus itu, “Kami telah melihat
bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat 2:2). Sikap
inilah yang perlu kita miliki saat kita memutuskan untuk mencari Yesus. Ada
berbagai macam tradisi Kristiani. Ada berbagai macam profesi yang kita miliki.
Kita berasal dari latar belakang yang beragam. Namun, kita datang bukan untuk
menunjukkan kehebatan masing-masing, tetapi kita datang untuk menyembah Dia,
Sang Raja Damai. Bersama dengan para majus, kita melakukan dua perjalanan: 1)
perjalanan menuju Betlehem untuk menemukan Raja Damai dan 2) perjalanan dari
Betlehem untuk membawa Damai kepada dunia luas. Dalam perjalanan menuju Betlehem,
seperti para majus yang mengikuti bintang, kita belajar untuk menjalani hidup
sesuai arahan Sang Bintang. Sang Bintang telah menjadi pedoman para majus dan kita dalam
mencari Yesus. Bintang zaman sekarang adalah firman Allah. Firman Allah itulah
yang perlu menjadi pegangan untuk melakukan hal-hal yang lebih baik dalam
kehidupan kita. Kita disadarkan bahwa kita memiliki Allah yang berfirman baik
melalui sabda dalam Kitab Suci maupun sapaan dalam kehidupan sehari-hari. Kita
pun diajak untuk hidup sesuai dengan sabda dan sapaan Allah. Dalam perjalanan
pulang dari Betlehem, seperti para majus yang diminta kembali kepada Herodes,
kita kadangkala ditarik untuk bertemu dengan Herodes. Herodes-Herodes zaman
sekarang adalah orang yang tidak ingin hidup baik dan mengembangkan hidup yang
tidak baik. Maka sadar atau tidak, seperti para majus yang mengikuti bintang dan diperingatkan untuk
mengambil jalan lain, kita pun sedang diperingatkan untuk selalu ambil mengikuti bintang, sabda Allah dalam kehidupan kita dan selalu siap jika harus menempuh jalan
lain, bukan jalan Herodes, tetapi jalan menuju damai.
Selamat Tahun Baru 2014. Semoga kita selalu dikuatkan untuk selalu
mengambil jalan lain, jalan yang dikehendaki Allah untuk membuat hidup yang
lebih baik seraya berdoa, “Ya Allah, pada
hari ini dengan bimbingan bintang, Engkau telah mewahyukan Putra TunggalMu
kepada bangsa-bangsa. Kami mohon semoga kami yang telah mengenal Engkau dalam
iman kelak Engkau perkenankan memandang wajahMu dalam kemuliaan. Dengan pengantaraan
Yesus Kristus, PuteraMu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan
Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.”
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f4/The_magi_henry_siddons_mowbray_1915.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar