Perayaan Natal tahun ini adalah perayaan yang sederhana. Tidak ada band. Tidak ada tarian. Tidak ada keramaian-keramaian. Hanya ada musik dan pembawa firman yang sederhana. Oleh karena itu, pantaslah disebut dengan Natalan Sederhana.
Sesuai dengan tema yang ditetapkan oleh Konferensi Waligereja Indonesia dan Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (KWI-PGI), Natalan di SMK Negeri 3 kali ini mengambil tema "Allah telah Mengasihi Kita" (1 Yoh 4:9 - Yoh 3:16)
Tahun ini, firman dibawakan oleh Bapak Katariksa Dani Putra, S.Th. Beliau adalah pelayan jemaat di Gereja Kristen Jawa Kerten. Dalam firman yang dibawakan, beliau menandaskan bahwa kasih perlu diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti Allah yang telah mengasihi kita manusia dengan memberikan PutraNya yang tunggal kepada manusia, manusia pun diajak untuk mengasihi sesama dengan memberikan kasih yang telah dialami sebagai anugerah Allah.
Firman yang disampaikan itu terasa semakin nyata ketika diputarkan video singkat berjudul “The Bridge - Jembatan.” Kisah itu bercerita seperti berikut:
“Ada seorang bapak penjaga jembatan kereta api. Dia mempunyai anak laki-laki. Anak itu adalah satu-satunya anaknya. Tidak ada harta lain yang lebih berharga daripada anak itu. Bapak dan anak itu sangat mencintai kereta api. Mereka mencintai pekerjaan yang diberikan kepada mereka. Pekerjaan itu sederhana, yaitu menurunkan dan menaikkan jembatan agar jembatan kereta api bisa terlewati dengan benar saat ada kereta api yang akan lewat. Kereta api harus tetap lewat dengan selamat meskipun tidak semua orang yang ada dalam kereta api itu adalah orang baik. Ada orang yang egois, pemadat, pemabuk, orang yang putus asa, tidak mau peduli dengan orang lain, dan sebagainya.
Suatu saat, terjadilah situasi yang sulit. Saat itu, sang ayah sedang mengangkat jembatan. Namun pada saat yang sama, kereta api akan segera lewat. Padahal jembatan itu macet. Sang anak segera tanggap dengan berlari menuju jembatan untuk menarik tuas yang membuat jembatan itu dapat bekerja dengan sempurna. Namun, alangkah malang, sang anak tidak kuasa menahan kekuatan tuas itu dan dia terjatuh di bawah jembatan. Sang ayah pun terlibat dalam situasi yang sulit. Pilihannya hanya dua: menahan tuas jembatan untuk menyelamatkan anaknya sehingga mengorbankan seluruh orang dalam kereta api atau menarik tuas yang bisa mengakibatkan jembatan melindas tubuh anaknya untuk menyelamatkan seluruh orang dalam kereta api. Sebuah keputusan yang sangat sulit. Akhirnya, sang ayah memilih. Ia memilih menarik tuas.”
Kisah ini seperti kisah Allah. Dia telah memberikan anaknya yang tunggal untuk menyelamatkan seluruh manusia. Anak yang Tunggal itu adalah Yesus Kristus. Melalui salib, Dia menebus dosa manusia dan menyelamatkan manusia. Melalui kelahiran Yesus, kita mempunyai harapan untuk diselamatkan dan dibangkitkan untuk hidup yang kekal.
Setelah firman, acara persembahan lagu, kuis Kitab Suci, dan permainan-permainan diadakan. Semua itu pun ditutup dengan doa bersama.
Sebagai pemungkas acara, ada sesi TRIMAKASIH TRIMAKASIH. Trimakasih, trimakasih, trimakasih... trimakasih, trimakasih, trimakasih... Terima kasih kepada siapa saja yang sudah mendukung, membantu, meluangkan waktu, dan memberikan perhatian kepada perayaan ini sehingga perayaan ini menjadi perayaan sederhana yang meriah. Trimakasih, trimakasih, trimakasih... trimakasih, trimakasih, trimakasih...
Akhirnya,
TERIMA KASIH atas Natal yang sederhana ini.