Tahun pelajaran baru merupakan momen yang sangat
rutin di setiap sekolah. Momen itu selalu dilewatkan dengan berbagai macam
kegiatan orientasi atau pengenalan bagi siswa-siswi yang baru bergabung di
suatu sekolah. Beruntunglah siswa-siswi Kristen Katolik di SMK Negeri 3
Surakarta. Di awal tahun pelajaran baru ini, siswa-siswi SMK Negeri 3 Surakarta
diberi kesempatan untuk mengawali tahun ajaran baru dengan olah kerohanian.
Hari pertama masuk sekolah yang bertepatan dengan bulan Ramadhan tahun ini
menjadi berkah tersendiri bagi siswa-siswi Kristen dan Katolik. Karena
bersamaan dengan bulan Ramadhan, otomatis bagi siswa-siswi Islam akan ada
kegiatan Pesantren Kilat. Dengan demikian, bagi siswa-siswi Katolik akan ada
acara Gladi Rohani dan Retret. Acara Gladi Rohani dan Retret tahun ini diadakan
mulai tanggal 17-19 Juli 2014.
Setelah menjalani Masa Orientasi Peserta Didik Baru
bersama-sama teman-teman mereka yang lain, siswa-siswi Kristen dan Katolik SMK
Negeri 3 Kelas X diberi kesempatan untuk menimba kekuatan iman dan mengolah
kerohanian. Tidak seperti tahun-tahun yang lalu, acara Gladi Rohani tahun ini
dilaksanakan di Gereja Baptis Indonesia Gading pada 17 Juli 2014. Dalam
kesempatan itu, Bapak Pendeta Paulus Bantara Nusantara berkenan memberikan
firman kepada siswa-siswi SMK Negeri 3 Surakarta. Firman yang diambil pada
kesempatan itu diinspirasikan dari Efesus 5:1-21 yang mengajak semua orang
Kristiani untuk menjalani hidup sebagai anak-anak terang. Pada kesempatan itu,
Bapak Pendeta mengajak semua saja yang hadir untuk menjadi anak-anak terang
dengan melakukan hal-hal yang pantas: tidak berkata kotor, sembrono, dan kosong
serta melakukan kebaikan, keadilan, dan kebenaran. Sabda yang disampaikan itu
terasa sangat pas untuk memulai hidup baru sebagai siswa-siswi di SMK Negeri 3
Surakarta. Setiap siswa-siswi Kristiani dipanggil untuk menjadi anak-anak
terang yang melakukan kebaikan, keadilan, dan kebenaran.
Hari berikutnya, siswa-siswi Kristiani SMK Negeri 3
kemudian mengadakan perjalanan ke Tawangmangu untuk melanjutkan proses olah
rohani melalui Retret. Retret kali ini dilakukan di Villa Indrasari,
Tawangmangu, Karanganyar. Dalam retret kali ini, tema yang masih ingin diolah
adalah Hidup sebagai Anak-anak Terang. Retret yang berlangsung sejak tanggal 18
sampai 19 Juli 2014 itu dibagi menjadi beberapa sesi, antara lain sesi Siapakah
Aku, sesi Kebangunan Rohani, sesi Outbound, dan sesi Apa yang Harus Aku
Lakukan. Dalam kesempatan retret ini, yang diminta untuk memberikan pendalaman
rohani adalah Bapak Pendeta Waskita Wibowo dari Gereja Kristen Indonesia
Nusukan dan Ibu Azkaria dari Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum.
Pada sesi Siapakah Aku, Bapak Pendeta Waskita Wibowo
mengajak seluruh peserta retret untuk mengenali dirinya sendiri yang
sebenar-benarnya. Dalam kesempatan itu, seluruh peserta diajak untuk melihat
dan menyadari diri, baik hal-hal positif maupun negatif serta
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Setelah itu,
beliau juga mengajak seluruh peserta untuk bersikap terhadap segala hal yang
telah ditemukan itu. Melalui sesi ini, beliau mengajak seluruh peserta retret
untuk menggunakan segala hal yang ada dalam dirinya demi perkembangan diri yang
lebih baik. Semua ini diarahkan untuk menjadi anak-anak terang dalam kehidupan
harian. Setelah sesi berakhir, seluruh peserta diberi kesempatan untuk
beristirahat sejenak.
Sore harinya, acara dimulai kembali dengan sesi
Kebangunan Rohani. Acara ini diisi oleh panitia. Dalam sesi ini, para peserta
dan panitia diajak untuk menimba kekuatan dari Kitab Suci dan pengalaman yang
dibagikan di antara peserta maupun panitia. Malam harinya, acara dilanjutkan
dengan acara Api Unggun. Acara api unggun yang dilakukan malam hari itu terasa
semakin istimewa dengan kehadiran Ibu Kepala Sekolah, Ibu Dra. Sri Haryanti,
MM. Dalam kesempatan itu, Ibu Kepala Sekolah ikut larut terlibat dalam kegiatan
yang menggembirakan itu. Setelah sesi berakhir, seluruh peserta diberi
kesempatan untuk beristirahat malam.
Pagi harinya, seluruh peserta dibangunkan pagi untuk
mengadakan Doa Pagi. Setelah Doa Pagi, seluruh peserta diajak untuk
berjalan-jalan pagi. Setelah itu, diadakanlah Outbound di antara peserta.
Permainan-permainan dalam Outbound terasa seru dan menggembirakan. Tawa lebar
dan lepas mengiringi berbagai permainan yang dilakukan. Semuanya itu dilakukan
dalam rangka mensyukuri hari baru yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita
semua. Setelah makan pagi, seluruh peserta kembali mengikuti sesi. Sesi dengan
tema Apa yang Akan Aku Lakukan ini dibawakan oleh Ibu Azkaria. Dalam sesi
tersebut, seluruh peserta diajak untuk berpikir mengenai hal-hal yang mungkin
dilakukan dalam hidup harian selanjutnya. Hidup sebagai anak terang adalah
hidup yang memancarkan cahaya. Cahaya disebut berguna jika cahaya tersebut
dapat menerangi lingkungan sekitarnya. Setelah sesi berakhir, seluruh peserta
kemudian diberi kesempatan untuk melakukan acara bebas sebelum pulang. Dalam
kesempatan itu, beberapa peserta menggunakan waktunya untuk berjalan-jalan,
berbelanja, jajan dan melakukan berbagai aktivitas termasuk bersiap-siap untuk
kembali pulang ke rumah. Setelah acara retret ini, seluruh siswa SMK Negeri 3
Surakarta diberi kesempatan untuk mendapatkan libur dalam rangka Hari Raya Idul
Fitri 1435 Hijriyah.
Sekitar sebulan setelah liburan, siswa-siswi Katolik
kembali mendapat kesempatan untuk menimba kekuatan rohani. Tanggal 29 Agustus
2014, bertepatan dengan Peringatan Wajib Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis,
diadakanlah Perayaan Ekaristi untuk memohon berkat bagi tahun pelajaran yang
baru. Hari itu, Romo Agustinus Sudarisman, romo paroki San Inigo Dirjodipuran
yang membawahi reksa pastoral dimana SMK Negeri 3 termasuk di dalamnya,
berkenan untuk mempersembahkan Ekaristi. Dalam kesempatan itu, hadir 22 siswa
dan 3 guru. Dalam kesempatan Ekaristi itu, Romo Daris menyampaikan homili yang
mengajak para guru dan siswa untuk tidak bersikap seperti Herodes yang bingung.
Keputusan yang tidak didasari dengan kejelasan dan kemantapan dapat berakibat
buruk bagi diri sendiri maupun bagi orang lain, bahkan bisa menyebabkan
hilangnya nyawa orang lain. Oleh karena itu, kita semua diajak untuk bertahan
dalam keputusan selagi masih berada dalam kebingungan dan mendasari seluruh
keputusan kita dengan kemantapan. Ekaristi Jumat kelima ini pun menjadi momen
untuk kembali membangkitkan semangat sebelum menempuh perjalanan di tahun
pelajaran baru. Terima kasih kepada Romo Daris yang berkenan mempersembahkan
Ekaristi dan Bapak Ibu Guru serta siswa yang hadir dalam kesempatan itu.
Semoga olah kerohanian di awal tahun pelajaran ini
menjadi awal yang baik bagi perkembangan iman Katolik di SMK Negeri 3
Surakarta.