Bapa Suci Benediktus XVI mencanangkan tanggal 11 Oktober 2012 sampai
dengan 24 November 2013 sebagai Tahun Iman. Dalam Surat Apostolik Porta
Fidei (Pintu Kepada Iman) Bapa Suci mengajak seluruh umat Katolik
untuk menggali kembali dan menghayati kekayaan iman yang dimiliki oleh Gereja. Selama
Bulan September 2013, yang selama ini ditetapkan sebagai Bulan Kitab Suci, kita
diajak untuk mendalami kekayaan iman itu. Tema besar yang diangkat dalam BKSN kali ini
adalah “FirmanMu adalah terang bagi langkahku” (Mzm 119:105). Tema besar itu
dijabarkan menjadi sub-sub tema kecil yang berfokus pada refleksi atas
tokoh-tokoh Kitab Suci. Dua tokoh iman dari Perjanjian Lama: Abraham dan
Musa. Dua tokoh dari Perjanjian Baru: Bunda Maria dan Para Rasul. Tujuan
dari pendalaman ialah supaya Firman Tuhan menjadi pedoman kita untuk menjadi
semakin dekat dengan Sang Sumber hidup yaitu Allah dalam diri Yesus.
Metode
yang ditawarkan oleh Komisi Kitab Suci KAS adalah Lectio Divina (Pembacaan
Ilahi). Tetapi dibuka kemungkinan bagi para pemandu dan peserta pendalaman,
untuk membuat kreasi yang tujuannya agar bahan pendalaman dapat dipahami dan
direnungkan dengan lebih mudah dan mengena pada sasaran. Dei Verbum 25 menyatakan
bahwa Konsili suci mendesak dengan sangat dan istimewa semua orang beriman,
terutama para religius, supaya dengan seringkali membaca kitab-kitab ilahi
memperoleh "pengertian yang mulia akan Yesus Kristus" (Flp 3:8). Namun
hendaklah mereka ingat, bahwa doa harus menyertai pembacaan Kitab Suci, supaya
terwujudlah wawancara antara Allah dan manusia. Sebab "kita berbicara
dengan-Nya bila berdoa; kita mendengarkan-Nya bila membaca amanat-amanat
ilahi".
Pada hari Kaum Muda Sedunia 9 April 2006, Bapa Suci
Benediktus XVI berpesan agar kaum muda akrab
dengan Alkitab. Dengan membacanya, mereka belajar untuk mengenal Kristus
dengan cara Lectio Divina. Lectio Divina secara harafiah berarti
Pembacaan ilahi. Pembacaan Kitab Suci yang direnungkan ini memiliki tujuan
berdoa dari Kitab Suci dan hidup dari Sabda Allah.
Ada 6 langkah melakukan Lectio Divina:
1.
Lectio: membaca dan membaca kembali sebuah perikop dari Kitab Suci dan
mengambil unsur-unsur utamanya,
2.
Meditatio: refleksi batin di mana jiwa berpaling kepada Allah dan berusaha memahami apa yang dikatakan oleh Sabda-Nya
kepada kita sekarang.
3.
Oratio: berbicara kepada Allah secara langsung.
4.
Contemplatio: hati penuh perhatian pada kehadiran Kristus, yang Sabda-Nya bagaikan “pelita yang
bercahaya di tempat yang gelap…” (2 Ptr 1:19).
5.
Actio: Membaca, mempelajari, dan merenungkan Sabda harus mengalir ke dalam kehidupan selalu setia pada Kristus dan ajaranNya.
Adapun penjelasan masing-masing tahap adalah
sebagai berikut:
LECTIO dilakukan melalui aktivitas membaca teks untuk
memahami apa yang dikatakan oleh teks.
MEDITATIO bertujuan untuk menemukan arti teks
dan menerapkannya pada diri sendiri. Dengan hening, mata terpejam, kita diajak
untuk merenung melalui 1) membayangkan peristiwa yang diceritakan/ mengingat
kembali isi teks; 2) mencari: “Pesan apa yang saya pelajari dari Firman yang baru direnungkan?” dan “Apa peran
pesan itu bagi saya?”, misalnya: mengingatkan, menegur, menguatkan, menghibur.
Setelah merenung, kita diajak berbagi pesan dengan orang lain. Yang dibagikan
adalah pesan teks untuk diri saya dan peran dari pesan itu untuk saya.
ORATIO terwujud melalui doa yang digerakkan dan
diilhami oleh Firman serta merupakan tanggapan saya atas Firman yang baru saya
dengarkan. Bagian ini bisa ditutup dengan “Bapa Kami”
CONTEMPLATIO berarti hidup di hadirat Allah. Melalui
tahap ini, kita diajak selalu menyadari bahwa Allah selalu bersama saya dan
Sabda-Nya menggema di dalam diri saya
ACTIO dilakukan untuk melaksanakan firman Allah yang
telah didengarkan. Dengan demikian, setelah membaca atau mendengarkan,
merenungkan, berdoa, dan menghayati Firman, kita diajak untuk menjalani hidup
sesuai kehendak Allah.
Dalam Lectio Divina, ada pembagian pelaksanaan
tahapan. Dalam pertemuan dilakukan tahap Lectio, Meditatio, dan Oratio. Dalam
kehidupan, dilaksanakan tahap Contemplatio dan Actio.
Tahun ini, Lectio Divina Bulan Kitab Suci ingin
mendalami tentang Abraham, Musa, Maria, dan Para Rasul. Mengapa dipilih tokoh?
Kiranya jawaban yang menarik dapat kita lihat dari kutipan berikut: ”bagi Gereja, upaya
pertama mewartakan Injil ialah kesaksian hidup otentik Kristiani, dalam
penyerahan diri kepada Allah, dalam persekutuan yang pantang dihancurkan, dan
sekaligus dalam komitmen kepada sesama dengan semangat tanpa batas. Seperti
baru-baru ini kami sampaikan kepada sejumlah ahli hukum: ”Manusia modern lebih suka mendengarkan saksi-saksi daripada guru-guru,
dan kalau ia mendengarkan guru-guru, itu karena mereka saksi”. Santo Petrus
mengungkapkannya dengan tepat, ketika ia mengutarakan teladan hidup saleh dan
murni, yang bahkan tanpa kata-kata pun menarik mereka yang tidak mau mematuhi
sabda. Oleh karena itu terutama melalui perilaku dan corak hidupnyalah Gereja
akan mewartakan Injil kepada dunia; dengan kata lain, melalui kesaksiannya yang
hidup akan kesetiaan terhadap Tuhan Yesus-kesaksian
kemiskinan dan sikap lepas-bebas, kesaksian kebebasan menghadapi berbagai
kekuasaan dunia ini, pendek kata, kesaksian kekudusan” (EN 41)
Berikut ini adalah ulasan singkat masing-masing
tokohnya.
ABRAHAM, BAPA TELADAN KAUM
BERIMAN (Kej 22:1-19)
Abraham dipanggil untuk menjadi Bapa bangsa. Panggilan dan janji Allah kepada Abraham adalah Tanah,
Keturunan, Berkat. Usia Abraham sudah 75 tahun ketika dipanggil. Dia taat akan panggilan
Allah yang disertai dengan janji.Isi janji yang diulang:
"Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke
timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan
Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. Dan Aku akan
menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya
ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmupun akan dapat dihitung juga.
Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab
kepadamulah akan Kuberikan negeri itu.“
(Kej 13:14-17)
Abraham berani melepaskan jaminan konkrit: perlindungan dari keluarga
dan suku. Berani mengandalkan Tuhan yang memberikan janji: tanah, keturunan dan
berkat. Abraham teguh percaya. Kej 12:10-20
menunjukkan dalam sukar dan takut
Abraham gagal percaya pada Tuhan. Ketika terjadi kelaparan di Mesir Sara
diminta mengaku sebagai adiknya. Supaya
diperistri Firaun dan Abraham mendapat kambing domba, lembu sapi, keledai
jantan, dll. Kej 15:1-6 menunjukkan iman Abraham yang kuat kembali, Setelah Tuhan mengulangi janji akan
memberikan keturunan. Kej 16:1-4a iman Abraham lemah kembali. Atas saran Sarai, Abraham mengambil Hagar
hambanya, dan melahirkan Ismael. Kej 17: 15-19 Tuhan
mengulangi janjinya lagi untuk memberikan keturunan. Dan sekali lagi Abraham
percaya. Kepercayaan kepada Tuhan membuahkan hasil. Ishak lahir. Tuhan benar-benar menepati
janji-Nya (Kej 21). Kej 22 Tuhan yang
memberi keturunan kini meminta Abraham mengurbankannya. Tapi iman
Abraham sudah semakin mantab Ia teguh percaya pada Tuhan.
Berbagai peristiwa mengancam Abraham dan mencobai ketekunan imannya. Allah
selalu melindungi dan memberi jalan keluar atas kesulitan Abraham.Abraham menjadi berkat. Abraham menjadi
teladan iman.
Pencobaan iman Abraham membuatnya jatuh-bangun, percaya-tidak percaya, mantap- ragu. Tetapi
dengan pencobaan itu Iman abraham makin kuat.
Dan Abraham menjadi mengerti bahwa Allah itu Maha Kuasa dan setia. Tindakan Abraham ini telah menyadarkan kita bahwa beriman itu
proses. Dengan beriman tidak dengan
sendirinya hidup menjadi mudah. Tetapi Tuhan selalu mendampingi dan setia.
MUSA, PEMBEBAS DAN PEMIMPIN BANGSA (Kel 17:1-7)
Sejak lahir telah kelihatan bahwa Allah memilih Musa. Kehidupan
di istana Firaun tidak menghilangkan niatnya untuk kembali kepada bangsanya. Musa pergi
ke tanah Midian untuk menghindari kemarahan Firaun. Musa
dipanggil untuk kembali ke Mesir dan membawa bangsanya keluar dri Mesir.
Musa dipanggil ketika sedang menggembala domba. Pada
awalnya Musa keberatan untuk menerima panggilan Tuhan karena merasa tidak
mampu. Tuhan memaksanya untuk menaati perintah itu lewat berbagai jaminan dan
bukti. Keberatan Musa tampak dalam beberapa hal berikut ini:
"Siapakah aku ini,
maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari
Mesir?”
"Tetapi apabila aku
mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah
mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang
nama-Nya? apakah yang harus kujawab kepada mereka?"
"Bagaimana jika mereka (orang Mesir)
tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata:
TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?”
"Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara,
dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku
berat mulut dan berat lidah.”
"Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja
yang patut Kauutus."
Musa berhasil membebaskan bangsanya dari Mesir.
Dalam perjalanan pembebasan itu, ia belajar menjadi pemimpin. Ia menjadi
penengah antara kehendak Tuhan dan kekerasan hati bangsanya. Ia mengalami banyak
tantangan untuk membangun jati diri bangsa sebagai umat pilihan. Akhirnya, ia
menjadi pemimpin yang sabar dan lembut hati.
Tuhan selalu mendampingi Musa sejak kelahirannya. Episode
Midian adalah episode persiapan untuk diutus: dari gembala domba sampai ke
gembala bangsa. Musa diajak merumuskan Perjanjian Sinai. Berbagai reaksi melawan Musa dapat dihadapi berkat campur tangan Tuhan.
Pengalaman
Musa menunjukkan“ Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya.” Tuhan mengingatkan kita untuk selalu percaya dalam segala rencana Tuhan dalam hidup kita.
MARIA, IBU YANG SETIA
SAMPAI AKHIR (Yoh 19:23-30)
Maria dipanggil ketika masih gadis remaja, berusia sekitar 15 tahun. Tidak ada
penolakan. Maria taat sebagai hamba Tuhan: “Terjadilah kehendak-Mu.” Panggilan adalah sungguh inisiatif yang datang dari Tuhan. Manusia
menaati kehendak-Nya dengan penuh iman.
Kitab Suci menuliskan panggilan Tuhan kepada Maria sebagai
berikut:
“26 Dalam bulan yang
keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama
Nazaret, 27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama
Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. 28 Ketika malaikat itu masuk
ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan
menyertai engkau.“ 29 Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di
dalam hatinya, apakah arti salam itu. "Jangan takut, hai Maria, sebab
engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. 31 Sesungguhnya engkau akan
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau
menamai Dia Yesus. 32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang
Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa
leluhur-Nya,33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya
dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
Terhadap panggilan itu, Kitab Suci mencatat tanggapan
atas panggilan itu sebagai berikut:
“34 Kata Maria kepada
malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum
bersuami?“ 35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu
dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan
kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. 36 Dan sesungguhnya, Elisabet,
sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya
dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. 37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.“
38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku
ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu."
Lalu malaikat itu meninggalkan dia.”
Dalam menghayati panggilan itu, Maria berjuang
melewati banyak peristiwa antara lain: mengunjungi
Elisabet, kelahiran Yesus, mendengarkan nubuat
Simeon, digelisahkan akan
kehilangan Yesus di Bait Allah, “tidak dianggap sebagai orang dekat Yesus” pada
karya publik Yesus, menerima kematian Yesus, dan bersama para rasul menantikan kedatangan Roh Kudus.
Dalam hidup kita, Maria kita terima sebagai
teladan dalam iman, pengantara
doa, pengungsian di kala duka, pelindung terhadap
godaan, penolong, dan Bunda pengantara rahmat
Wafat
Yesus di salib menjadi wujud cinta Tuhan yang total sehabis-habisnya. Salib
bukan tanda kekalahan tetapi penyerahan diri. Hal ini menyadarkan bahwa Tuhan mencintai kita. Kita bangga menjadi pengikut Kristus dan menjadi orang katolik. Sudah seharusnya, kita tidak takut membuat tanda Salib karena itu adalah tanda
kemenangan kita.
DUA BELAS MURID, PARA UTUSAN
YANG HANDAL (Luk 24:36-52)
Yesus memanggil mereka dengan cara datang kepada mereka. Para murid diutus untuk: menjala manusia, melakukan berbagai karya
keselamatan, menjadikan semua orang murid Yesus.
Para murid meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Mereka berjuang
melawan segala hal yang tidak sesuai dengan panggilan. Mereka berjuang untuk
memahami: “Siapakah Yesus?” Mereka pun menjadi takut di sekitar peristiwa wafat
dan kebangkitan Yesus. Namun, dengan berani mewartakan Injil karena Roh Kudus.
Para murid meninggalkan
kemapanan duniawi untuk memenuhi panggilan sorgawi. Mereka ikut serta
dalam suka duka Yesus. Iman mereka tergoncang ketika Yesus disalibkan. Kebangkitan Yesus
mengembirakan hati mereka namun mereka masih “kebingungan dan kehilangan orientasi”. Akhirnya, mereka dipenuhi Roh Kudus sebagai utusan.
Pada awalnya para rasul selalu bersama Yesus, mengikuti Dia ke manapun
Dia pergi. Mereka dibimbing untuk semakin mengenal Yesus dan karya misi-Nya di
dunia yang berakhir dengan wafat dan kebangkitan. Mereka mewartakan
Injil ke mana-mana dan menghadapi berbagai ancaman. Pendampingan
Tuhan selama perutusan untuk mewartakan Injil.
Para murid diutus mewartakan Injil. Kita sebagai murid Yesus juga disadarkan untuk mewartakan Injil. Mewartakan Injil tidak
selalu harus berkotbah kemana-mana, tetapi mewartakan Injil dengan cara yang
paling sederhana dilakukan melalui kesaksian akan hidup yang baik.
Keempat tokoh ini menyampaikan pesan bahwa mereka
telah lebih dulu mencoba berjalan dalam terang Firman Tuhan. Mereka pun manusia
biasa. Mereka telah membuktikan bahwa mereka bisa mengandalkan Tuhan. Sebagai
manusia biasa dan wajar, mari kita mencoba berjalan dalam terang Firman Tuhan.
Gambar diambil dari:
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/4f/Rembrandt_Harmensz._van_Rijn_035.jpg;
http://www.12apostoles.com/jesusviveenlacasadeallado/wp-content/uploads/2011/03/Moises-Masa-y-Meriba.jpg;
http://jamestabor.com/wp-content/uploads/2012/08/MaryAtFootOfCross.jpg;
http://www.catholicjournal.us/wp-content/uploads/LastSupper11.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar