Sudah beberapa minggu ini, dunia
pendidikan di Indonesia dihebohkan dengan pelaksanaan kurikulum baru, yaitu
Kurikulum 2013. Kurikulum ini sudah mulai diperdengarkan sekitar akhir tahun
lalu namun masih dalam taraf draft yang masih harus dibicarakan dan
didiskusikan di sana sini. Akhirnya, awal bulan Juli kemarin keluarlah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 70 tahun
2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah
Aliyah Kejuruan. Keluarnya peraturan itu menandai dilaksanakannya secara resmi
Kurikulum 2013.
Ruang Podjok pun terkena imbasnya
karena Ruang Podjok merupakan bagian dari SMK Negeri 3 Surakarta yang ditunjuk
oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk menerapkan Kurikulum 2013 bagi siswa-siswi
kelas X Tahun Pelajaran 2013-2014. Secara praktis, acuan yang akan digunakan
untuk pembelajaran di kelas X yang baru pun berubah. Perubahan ini membuat
banyak guru kebingungan, terutama mereka yang mengajar di sekolah yang ditunjuk
oleh pemerintah untuk melaksanakan kurikulum baru. Begitu pula disini. Penjaga
Podjok pun sempat kebingungan dalam membuat administrasi pembelajaran yang baru.
Bingungnya kenapa? Karena di kurikulum
baru ini, hanya ada 4 Kompetensi Inti yang rumusannya sama di berbagai macam
mata pelajaran. Padahal, dulu di kurikulum yang lama, Kompetensi Inti – dulu
disebut Standar Kompetensi – berbeda-beda di setiap mata pelajaran. Nah, di
kurikulum ini, hanya ada 4 Kompetensi Inti yang semuanya sama di setiap mata
pelajaran, yaitu: 1) Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya; 2) Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung - jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro - aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia; 3) Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah; dan 4) Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
Keempat kompetensi inti itu lalu
dijabarkan dalam kompetensi-kompetensi dasar yang masing-masing berbeda di
setiap mata pelajaran. Ada sebuah pertanyaan nakal yang muncul dari benak
ketika melihat kompetensi inti itu, misalnya seputar implementasi Kompetensi
Inti 1 dalam mata pelajaran Matematika atau Pendidikan Jasmani: Apakah kalau menghitung soal persamaan
linear harus lebih dulu meyakini dan menjelaskan makna tanda salib? Apakah
kalau mau jungkir balik dalam senam harus mengatakan Syahadat Singkat dulu?
Rasa-rasanya, keempat kompetensi inti itu hanya cocok diterapkan pada mata
pelajaran yang sangat erat dengan nilai-nilai agama, religiositas, moral, dan
kebijaksanaan. Kalau diterapkan pada mata pelajaran yang sangat eksak rasanya
kok lucu... seperti memaksakan aturan sepakbola dalam permainan basket. Kadangkala
geli membayangkan hal-hal semacam itu yang menurut nalar kok terasa sangat
naif.
Perubahan memang selalu mengguncang
dan membutuhkan kesiapsediaan untuk belajar dan berlaku kreatif. Kalau tidak
ada perubahan, tidak ada hal baru yang bisa dipelajari. Herakleitos mengatakan,
“Pantha rei kai uden menei – Semuanya
bergerak dan tidak ada yang tetap.” Segala sesuatu memang berubah karena di
dunia ini tidak ada yang tetap. Dalam aliran air pun, tidak ada yang sama.
Bahkan, daun yang jatuh pun tidak ada yang memakai cara yang sama. Untuk itu,
kurikulum yang baru ini perlu ditangkap dalam cara pandang yang baru. Dan
sampai sekarang, belum ada cara pandang yang mengarahkan dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Katolik (karena setidaknya sampai tanggal ini belum ada
pelatihan tentang kurikulum 2013 baik dari Dinas Pendidikan maupun Kementrian
Agama setempat atau memang saya yang tidak tahu hehehe...). Oleh karena itu,
tampaknya pada guru agama Katolik masih diberi kebebasan untuk menangkap maksud
kurikulum 2013 ini dengan cara pandangnya masing-masing.
Nah, karena mumpung masih diberi
kebebasan, saya pun mencoba menangkap maksud perubahan kurikulum 2013 ini.
Yang pertama, mengapa jam pembelajaran
agama ditambah sampai 3 jam? Yang saya alami, pembelajaran agama dengan jatah 2
jam pelajaran pun bisa dan materi pun selesai. Kalau materi dan pembelajaran
bisa selesai dalam waktu 2 jam, kok masih ditambah 1 jam. Saya pun mencoba
melihat karakteristis kurikulum 2013. Dalam Permendikbud No 70 Tahun 2013
dinyatakan bahwa karakteristik kurikulum 2013 adalah sebagai berikut “1) mengembangkan keseimbangan antara
pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja
sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik; 2) sekolah merupakan bagian
dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta
didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan
masyarakat sebagai sumber belajar; 3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan serta menerapkannya dalam
berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; 4) memberi waktu yang cukup leluasa
untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 5)
kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran; 6) kompetensi inti kelas menjadi
unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua
kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi
yang dinyatakan dalam kompetensi inti; 7) kompetensi dasar dikembangkan
didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan
memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi
horizontal dan vertikal).” Dari sana
saya menafsirkan bahwa jam Pendidikan Agama Katolik ditambah 1 jam UNTUK
PRAKTEK. Maka, yang ideal, pembagian jam itu adalah 2 jam TEORI dan 1 jam
PRAKTEK. Tapi pertanyaan selanjutnya adalah 1 jam praktek itu dapat apa? Kalau
mau ke Gereja terdekat, atau mau melihat praktek di masyarakat, untuk jalan
saja waktunya sudah habis. Lalu harus bagaimana? Inilah yang masih harus
dipikirkan. Di sinilah para guru agama Katolik harus ketemu dan ngobrol untuk saling
berpendapat sehingga nantinya dapat melaksanakan di tempat kerja masing-masing.
Yang kedua, pertanyaannya adalah mau
pakai buku apa? Sampai tanggal 20-an bulan Juli ini, saya belum melihat ada
buku paket agama Katolik dikirim ke sekolah saya. Terus harus bagaimana. Kalau
saya ditanya pakai buku apa, pakai buku yang dipakai tahun kemarin. Tahun
kemarin, saya memakai buku seri keluaran
Penerbit Kanisius yang berjudul “Menjadi Murid Yesus”, khususnya untuk kelas X
yang baru ini. Ya pakai itu saja karena kenyataannya belum ada buku paket yang
baru. Setelah saya melihat-lihat, ternyata buku itu relatif cocok dengan
struktur kurikulum 2013. Dimana kecocokannya? Mari kita lihat bersama-sama.
Dalam struktur kurikulum 2013, dinyatakan bahwa kelas X diberi tanggungjawab
belajar yang terbagi dalam 4 Kompetensi Inti yang dijabarkan masing-masing
dalam 12 poin Kompetensi Dasar. Nah, tinggal dikelompokkan saja mana kompetensi
dasar yang sejenis lalu dilaksanakan, berikut ini adalah hasil analisis saya:
1.
Kompetensi Inti setiap semester untuk
setiap tingkat tidak hanya 1 tetapi 4 sekaligus.
2.
Kompetensi Inti setiap semester dari
kelas X sampai XII adalah sama.
3.
Keempat Kompetensi Inti tersebut tidak
dapat dipisahkan dan saling terkait satu sama lain. Jadi, tidak seperti
kurikulum yang lalu yang membuat kita bisa memisahkan Standar Kompetensi
masing-masing tingkat
Melihat analisis itu, susunan
Kompetensi Dasarnya menjadi sebagai berikut
1.1 Menghayati keberadaan dirinya
dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
2.1 Berperilaku tanggung jawab dalam
menerima diri dengan segala kemampuan dan keterbatasannya.
3.1 Memahami diri dengan segala
kemampuan dan keterbatasannya.
4.1 Melatih diri dengan segala
kemampuan dan keterbatasannya.
1.2 Menghayati makna bersyukur atas
diri apa adanya.
2.2 Berperilaku jujur dalam bersyukur
atas diri apa adanya.
3.2 Memahami makna bersyukur atas diri
apa adanya.
4.2 Mengungkapkan rasa yukur atas diri
apa adanya yang diciptakan Tuhan.
1.3 Menerima jati diri sebagai
perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.
2.3 Berperilaku santun sebagai
perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.
3.3 Memahami jati diri sebagai
perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.
4.3 Menunjukkan jati diri sebagai
perempuan atau laki-laki yang saling melengkapi dan sederajat.
1.4 Menghayati sikap saling menghargai
sesama manusia yang diciptakan sebagai citra Allah yang bersaudara satu sama
lain.
2.4 Berperilaku santun dengan saling
menghargai sesama manusia yang diciptakan sebagai citra Allah yang bersaudara
satu sama lain.
3.4 Memahami sikap saling menghargai
sesama manusia yang diciptakan sebagai citra Allah yang bersaudara satu sama
lain.
4.4 Bersikap saling menghargai sesama
manusia yang diciptakan sebagai citra Allah yang bersaudara satu sama lain.
1.5 Bersikap patuh terhadap suara hati
dan dapat bertindak secara benar dan tepat.
2.5 Berperilaku patuh terhadap suara
hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat.
3.5 Memahami sikap dan perilaku patuh
terhadap suara hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat.
4.5 Berperilaku patuh terhadap suara
hati dan dapat bertindak secara benar dan tepat.
1.6 Menghayati sikap kritis dan bertanggung-jawab
terhadap pengaruh mass media, ideologi dan gaya hidup yang berkembang.
2.6 Bersikap kritis dan
bertanggungjawab terhadap pengaruh mass media, ideologi dan gaya hidup yang
berkembang.
3.6 Memahami sikap kritis dan
bertanggung-jawab terhadap pengaruh mass media, ideologi dan gaya hidup yang
berkembang.
4.6 Bersikap kritis dan
bertanggung-jawab terhadap pengaruh mass media, ideologi dan gaya hidup yang
berkembang.
1.7 Menghayati Kitab Suci dan Tradisi
sebagai dasar iman kristiani.
2.7 Berperilaku tanggungjawab terhadap
ajaran Kitab Suci dan Tradisi sebagai dasar iman kristiani.
3.7 Memahami Kitab Suci dan Tradisi
sebagai dasar iman kristiani.
4.7 Menghayati Kitab Suci dan Tradisi
sebagai dasar iman kristiani.
1.8 Menghayati Yesus Kristus yang
datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah.
2.8 Berperilaku tanggungjawab sebagai
pengikut Yesus Kristus yang datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan
Allah.
3.8 Memahami Yesus Kristus yang datang
untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah.
4.8 Bersaksi tentang Yesus Kristus
yang datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah.
1.9 Menghayati pribadi Yesus Kristus
yang rela menderita , sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia.
2.9 Berperilaku jujur menerima pribadi
Yesus Kristus yang rela menderita, sengsara, wafat, dan bangkit demi
kebahagiaan manusia.
3.9 Memahami pribadi Yesus Kristus
yang rela menderita , sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia.
4.9 Meneladani pribadi Yesus Kristus
yang rela menderita , sengsara, wafat, dan bangkit demi kebahagiaan manusia.
1.10 Menghayati pribadi Yesus Kristus
sebagai sahabat sejati, tokoh idola, dan Juru Selamat.
2.10 Berperilaku jujur menerima
pribadi Yesus Kristus sebagai sahabat sejati, tokoh idola, dan Juru Selamat.
3.10 Memahami pribadi Yesus Kristus
sebagai sahabat sejati, tokoh idola, dan Juru Selamat.
4.10 Meneladani pribadi Yesus Kristus
sebagai sahabat sejati, tokoh idola, dan Juru Selamat.
1.11 Menghayati Allah Tritunggal
sebagai kebenaran iman Kristiani.
2.11 Berperilaku tanggung jawab dalam
menerima Allah Tritunggal sebagai kebenaran iman Kristiani.
3.11 Memahami Allah Tritunggal sebagai
kebenaran iman Kristiani.
4.11 Menghayati Allah Tritunggal
sebagai kebenaran iman Kristiani.
1.12 Menghayati peran Roh Kudus yang
melahirkan, membimbing, dan menghidupi Gereja.
2.12 Berperilaku tanggung jawab pada
karya Roh Kudus yang melahirkan, membimbing, dan menghidupi Gereja.
3.12 Memahami peran Roh Kudus yang
melahirkan, membimbing, dan menghidupi Gereja.
4.12 Menghayati Roh Kudus yang
melahirkan, membimbing, dan menghidupi Gereja.
Nah, setelah dirangkai semacam ini,
tinggal disesuaikan dengan materi-materi yang ada di buku “Menjadi Murid Yesus”
terbitan Kanisius. Kalau dilihat-lihat, buku ini rasanya cocok benar untuk
menerapkan kurikulum 2013. Maka, usul saya, pakai saja buku terbitan Kanisius
ini sebagai bahan pokok dalam mengajar. Berikut ini adalah keterkaitan antara
Kompetensi Dasar dan Materi dalam buku tersebut:
Untuk KD 1.1-4.1, 1.2-4.2, dan 1.3-4.3
bisa dipakai materi “Aku Pribadi yang Unik” (hlm. 1-32)
Untuk KD 1.4-4.4 bisa dipakai materi “Keluhuranku
sebagai Citra Allah” (hlm 33-54)
Untuk KD 1.5-4.5 bisa dipakai materi “Aku
Memiliki Suara Hati dan Kebebasan” (hlm 57-83)
Untuk KD 1.6-4.6 bisa dipakai materi “Aku
Bersikap Kritis dan Bertanggungjawab” (hlm 83-113)
Untuk KD 1.7-4.7 bisa dipakai materi “Kitab
Suci dan Tradisi sebagai Sumber Iman akan Yesus Kristus” (hlm 115-149)
Untuk KD 1.8-4.8 dan 1.9-4.9 bisa
dipakai materi “Yesus Kristus Pejuang Kerajaan Allah” (hlm 151-188)
Untuk KD 1.10-4.10 bisa dipakai materi
“Yesus Kristus sebagai Sahabat, Tokoh Idola, dan Juru Selamat Manusia” (hlm
189-217)
Untuk KD 1.11-4.11 dan 1.12-4.12 bisa
dipakai materi “Roh Kudus dan Tritunggal Mahakudus” (hlm 219-247)
Saya kira inilah tuntutan minimal yang
bisa saya berikan kepada para siswa-siswi yang harus dilayani. Kalau masih bisa
menambah materi buku itu, apalagi kalau bisa membuat catatan bagi para siswa,
itu akan baik sekali sehingga murid-murid kita bisa menjadi semakin cerdas dan
berani dalam beriman.
Inilah yang saya lakukan untuk
mengosak-asik kurikulum 2013 menurut tafsiran saya. Kalau memang ada pelatihan
untuk Guru Agama Katolik tentang kurikulum 2013, saya mohon diberi kabar supaya
saya bisa bertobat dalam memecah belah sakkepenake dhewe kurikulum 2013 ini. Semoga
tulisan ini bisa digunakan oleh semakin banyak orang, terutama teman-teman Guru
Agama Katolik dimanapun berada. Salam dari Ruang Podjok Agama Katolik Skaga,
Kevikepan Surakarta, Keuskupan Agung Semarang. Berkah Dalem...
Gambar diambil dari: http://fuadinotkamal.files.wordpress.com/2013/04/cover_menyambut-kurikulum-2013.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar