Sudah
bulan Desember ternyata... Nah, inilah saatnya Penjaga Podjok menuliskan
berbagai catatan kegiatan yang telah terjadi selama semester ini...
Pengantar Pembelajaran Tahun Pelajaran Baru
Seperti
layaknya sekolah yang lain, tahun pelajaran baru di SMK Negeri 3 dimulai pada
tanggal 18 Juli yang lalu. Setelah mengalami libur kenaikan kelas dan libur
Lebaran, dimulailah kembali aktivitas pembelajaran di SMK Negeri 3. Seiring
dengan berjalannya kegiatan sekolah, aktivitas di Ruang Podjok pun mulai tampak...
Minggu-minggu pertama tahun pelajaran ini dimulai dengan presentasi Pengantar
Pembelajaran kepada siswa-siswi yang lama (kelas XI dan XII) maupun siswa-siswi
baru (kelas X). Dalam pemaparan Pengantar Pembelajaran itu, Penjaga Podjok
menyampaikan hal-hal yang perlu diketahui dan disepakati oleh siswa dan guru
dalam pembelajaran.
Pemaparan Program Tahun Pelajaran Baru
Tidak
lama berselang, pada hari Jumat (29/7), Bapak Hadi Purnomo sebagai
penanggungjawab kegiatan siswa SMK Negeri 3 mengajak seluruh Tim Kesiswaan
untuk berembug bersama menentukan langkah pembinaan siswa setahun ke depan.
Penjaga Podjok pun hadir meskipun diselingi dengan aktivitas mengajar sesuai
jam yang telah ditetapkan di jadwal. Hari itu diputuskan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler segera dilaksanakan. Meskipun demikian, sehari sebelumnya,
Penjaga Podjok sudah memberi tahu kepada Bagian Kesiswaan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler Ruang Podjok akan dimulai pada hari Jumat itu juga. Hari itu,
kegiatan ekstrakurikuler Ruang Podjok dimulai dengan pemaparan program. Saat
itu, dipaparkan program yang akan dilaksanakan selama satu tahun. Seperti
biasanya, pengenalan singkat mengenai Kerohanian Katolik SMK Negeri 3 Surakarta
dilakukan secara sekilas. Tahun ini, anggota Rohkat SMK Negeri 3 Surakarta ada 32 siswa/i. Seperti
biasa, kegiatan kerohanian diadakan pada Jumat Ganjil (Jumat 1, 3, dan 5)
setiap bulan serta dalam rangka hari besar agama Kristiani. Dipaparkan pula
laporan keuangan dan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Masih melanjutkan
program tahun lalu, tetap diadakan kegiatan Dana Sosial Pendidikan sebagai tanggapan dari program Bagian
Kesiswaan berupa kolekte setiap hari Jumat (setelah Jumat Bersih) untuk
membantu siswa yang membutuhkan. Dana Sosial Pendidikan ini diharapkan dapat
mengembangkan kepekaan pada sesama yang berkekurangan dan melatih untuk berbagi
kepada sesama yang memerlukan bantuan. Selain itu, diperkenalkan kegiatan baru
dalam rangka mewujudkan Sekolah Adiwiyata, yaitu Gerakan Pungut Sampah: Ambil Masukkan Pilah Manfaatkan (GPS AM PM).
Teknisnya, anggota Rohkat diajak peduli lingkungan dengan memungut sampah yang
dilihat dan memasukkan ke tempat sampah terdekat. Untuk memanfaatkan sampah,
ada ajakan untuk memanfaatkan botol atau kaleng bekas minuman, baik air
mineral, teh atau soft drink untuk ditabung melalui Bank Sampah. Mari terlibat.
Ekaristi Pembukaan Tahun Pelajaran Baru
Seminggu
kemudian, Jumat (05/08), sebagai tindak lanjut dari program pertama, Ruang
Podjok mengadakan Perayaan Ekaristi Pembukaan Tahun Pelajaran 2016/2017.
Perayaan Ekaristi ini dipersembahkan oleh Romo Agustinus Sudarisman, pastor
paroki San Inigo Dirjodipuran. Sedianya, Romo Nandi yang diminta untuk
mempersembahkan Ekaristi. Namun, karena Romo Nandi tidak berkenan, Romo
Darislah yang kemudian melayani Ekaristi di Ruang Podjok. Sudah beberapa tahun
ini Romo Daris sebagai gembala setempat berkenan mempersembahkan Ekaristi.
Dalam Ekaristi itu, Romo Daris memaparkan bagaimana siswa-siswi dapat
menyangkal diri, memanggul salib, dan mengikuti Yesus. Secara sederhana,
siswa-siswi dapat melakukannya dalam hidup sehari-hari. Kalau ada orang yang
mengajak untuk mencontek, siswa-siswi Katolik tetap berteguh untuk tidak
mencontek. Ketika teman-teman yang lain pulang setelah jam pelajaran pada hari
Jumat ganjil, siswa-siswi Katolik memilih untuk mengikuti kegiatan rohani.
Inilah praktek hidup harian yang dapat menjadi aplikasi bagaimana harus
menyangkal diri, memanggul salib dan mengikuti Yesus. Terima kasih Romo Daris
atas perhatiannya kepada domba-domba yang berada di bawah reksa pastoral paroki
San Inigo.
Sekolah Iman: Politik Orang Katolik
Masih di bulan Agustus, sebagai tanggapan penetapan
bulan Agustus sebagai Bulan Ajaran Sosial Gereja Keuskupan Agung Semarang,
diselenggarakanlah Sekolah Iman dengan tema Politik Orang Katolik pada Jumat
(19/08). Dalam pembicaraan itu, didiskusikanlah materi untuk memahami bagaimana
orang Katolik harus berpolitik. Peserta dalam kegiatan itu cukup banyak. Untuk
menghidupkan proses diskusi, peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk
menemukan pokok-pokok gagasan dalam materi. Dalam materi ini, peserta diajak
untuk memahami politik orang Katolik menurut dua tokoh dalam Gereja Katolik
Indonesia, yaitu Monsinyur Albertus Soegijapranata, SJ dan Romo Yusuf Bilyarta
Mangunwijaya.
Setidaknya, ada beberapa pokok pembicaraan yang dapat
disarikan dalam pembicaraan itu, yaitu 1)
Makna Politik; 2) Dasar Keterlibatan;
dan 3) Panggilan Politik Orang Katolik.
Dalam mencari makna politik, Mangunwijaya menyatakan adanya 2 arti politik.
Pertama, politik sebagai kekuasaan. Kedua, politik sebagai sarana untuk
mewujudkan kesejahteraan umum. Soegijapranata menyatakan 100 % Katolik dan 100
% Nasional. Cinta kepada tanah air tidak cukup diwujudkan dengan mengibarkan
bendera pada hari besar nasional. Cinta kepada tanah air berarti berbakti untuk
kemakmuran, keteraturan, dan kesejahteraan tanah airnya. Sebagai orang Katolik,
berpolitik pun harus didasari dengan ajaran Kitab Suci. Beberapa dasar Kitab
Suci yang dapat ditengok antara lain adalah cinta kasih (Mat 22:34-40. par.); tindakan
tanpa kekerasan (Mat 5:38-44); pengampunan (Mat 18:21-35); nasehat untuk saling
memberikan pelayanan atas dasar kemerdekaan yang telah diterima (Gal 5:13);
serta nasehat untuk takut kepada Allah, tunduk kepada pemerintah, berbuat
sebaik-baiknya dalam masyarakat, serta menghormati semua orang sebagai wujud
nyata kemerdekaan yang dialaminya (1 Ptr 2:13-17). Akhirnya, disimpulkan bahwa
panggilan politik orang Katolik dapat dirumuskan sebagai berikut: menjadi orang
benar berdasar hati nurani. Mangunwijaya menuliskan bahwa hati nurani harus
diwujudkan melalui keberpihakan kepada nilai-nilai universal, “adil membela
orang kecil, solider terhadap yang menderita... demi perdamaian dunia,
kemanusiaan, keadilan sosial, dan kemerdekaan.” Soegijapranata menyatakan
bahwa orang Katolik memang bukan bagian yang lebih besar (pars major)
tetapi orang Katolik harus berusaha menjadi bagian yang lebih baik (pars
sanior) dengan melakukan kegiatan agama, kesusilaan, kejujuran, kesetiaan
pada perjanjian, keadilan, cinta para sesama, cinta pada pekerjaan, menghormati
pembesar, taat pada peraturan dan undang-undang.
Selengkapnya, mengenai materi yang diperbincangkan
dalam Sekolah Iman ini bisa dilihat dalam postingan Politik Orang Katolik: Belajar dari Soegijapranata dan Mangunwijaya.
Bulan Kitab Suci
Nasional: Keluarga yang Mewartakan dan Bersaksi
Memasuki bulan September, Ruang Podjok pun mengadakan
kegiatan pendalaman Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Tema BKSN tahun ini
adalah “Keluarga Bersaksi dan Mewartakan Sabda Allah.” Tema BKSN 2016 merupakan
kelanjutan dari tema tahun 2013-2015 yang juga bicara seputar keluarga. Sudah
sejak 2013, BKSN bicara mengenai keluarga melalui tema-tema berikut ini:
“Keluarga Melayani Seturut Sabda Allah” (2015), “Keluarga Beribadah dalam
Sabda” (2014), dan “Keluarga Bersekutu dalam Sabda” (2013). Tema 2013 mengajak
keluarga untuk menghayati sabda Allah sebagai penuntun hidup. Tema 2014
mengajak keluarga melakukan ibadah menurut sabda Allah. Tema 2015, mengajak
keluarga mampu menggunakan sabda Allah sebagai dasar dan semangat pelayanan
yang dilakukan dalam kehidupan. Sebagai
kelanjutan dari tema tahun 2013-2015, tema tahun 2016 mengajak keluarga untuk
aktif dalam bersaksi dan mewartakan sabda Allah. Inti pokok tema tahun 2016
adalah ajakan bagi setiap pribadi untuk mewujudkan iman dalam kesaksian hidup
sehari-hari.
Kegiatan BKSN tahun ini seperti biasa dilaksanakan
dalam dua kegiatan. Jumat (02/09), diadakanlah pertemuan pertama. Dalam
pertemuan pertama ini, kita diajak untuk menyadari keberadaan Yesus sebagai
pewarta dan meneladani karyaNya. Kita akan melihat bagaimana Yesus menjadi pewarta
kabar gembira Kerajaan Allah dan bagaimana kita dapat mewartakan seturut
teladan Yesus. Bahan yang akan dipakai dalam perteman pertama ini adalah Luk 4:16-21. Seperti biasa, peserta
pendalaman Kitab Suci dibagi dalam kelompok untuk membaca dan mendalami Kitab
Suci melalui pertanyaan berikut: 1) Apa yang dilakukan Yesus ketika tiba
di tempat Ia dibesarkan; 2) Apa yang dilakukan Yesus di rumah ibadat; 3) Apa
tujuan misi perutusan Yesus menurut Kitab Yesaya yang dibaca Yesus; 4) Apa
reaksi para pendengarNya dan apa reaksi Yesus setelah Ia membaca Kitab yang
diberikan kepadaNya; 5) Apakah
aku merasa terpanggil untuk melanjutkan karya perutusan Yesus yang mewartakan
kabar gembira; dan 6) Hal-hal apa saja yang dapat aku lakukan untuk melakukan
pewartaan kabar gembira seturut yang dilakukan oleh Yesus semasa hidupNya.
Setelah berdiskusi sejenak, masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya.
Setelah itu, seluruh peserta diajak untuk semakin memahami makna mewartakan dan
bersaksi.
Istilah yang digunakan untuk menjelaskan pewartaan
dalam Gereja adalah KERYGMA. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“proklamasi” atau “pengumuman.” Dalam tradisi kerajaan, orang yang memiliki
tugas untuk mengumumkan selalu memiliki posisi yang penting dan memegang tanggung jawab yang besar. Karena posisinya
yang penting ini, orang yang bertugas memberi pengumuman ini dapat disejajarkan
dengan pangeran atau putra raja karena dia memegang rahasia kerajaan yang harus
disampaikan ke publik. Tindakan “kerygma” juga dilakukan oleh Yesus. Ia
memaklumkan visi perutusanNya dalam Injil Lukas (Luk 4:18-19) yang mengutip
Kitab Nabi Yesaya. Istilah “kerygma” kemudian dipakai untuk menggambarkan
aktivitas pewartaan yang dilakukan oleh para rasul (Kis 2:22-36; Kis 3:1-26;
Kis 4:5-12). Selain itu, Paulus juga melakukan kerygma (1 Kor 15:3-8: Rm
16:25-27).
Dalam Kitab Suci, kata “saksi” amat berhubungan dengan
pengadilan. Saksi adalah orang yang memberikan informasi yang benar dan apa
adanya seturut yang dilihat atau dialaminya sendiri. Kesaksian tidak boleh
hanya diberikan oleh satu orang. Harus ada dua atau tiga saksi lain dan
kesaksian tidak boleh palsu (Ul 17:6; 19:15). Jika orang memberikan kesaksian
palsu, kepadanya akan diberikan hukum sesuai apa yang ingin dilakukannya kepada
orang yang dituduhnya (Ul 19:16-21). Salah satu contohnya ada dalam kisah
Susana (Dan 13:1-64). Perjanjian Baru memakai istilah “martureo” yang berarti
memberikan kesaksian. Perjanjian Baru melanjutkan tradisi Perjanjian Lama serta
menuntut kesaksian harus benar dan dinyatakan lebih dari dua atau tiga orang. Lambat
laun, arti kata itu berkembang. Kata itu kemudian dihubungkan dengan orang yang
berani mengorbankan nyawa demi iman kepada Yesus. Orang-orang yang berani
mengorbankan nyawa demi iman kepada Yesus disebut martir. Martir pertama adalah
Stefanus yang dibunuh karena mempertahankan iman kepada Yesus (Kis 7:54-8:1a). Kita
dipanggil untuk menjadi pewarta dan saksi. Kita dipanggil untuk menyampaikan
kabar gembira secara bertanggung jawab dan benar. Yesus merupakan model bagi
kita untuk melaksanakan tugas pewartaan dan kesaksian. Kita diajak untuk
melaksanakan tugas itu dalam hidup sehari-hari
Pertemuan BKSN yang kedua diadakan pada hari Jumat
(23/09). Sebenarnya, kegiatan kerohanian Ruang Podjok selalu dilaksanakan pada
hari Jumat ganjil. Namun, karena pada Jumat ketiga bulan September kegiatan
sekolah sedang penuh-penuhnya, kegiatan kerohanian pun ditunda sampai minggu
keempat. Dalam pertemuan kedua, bahan yang ditawarkan adalah penyadaran bahwa ada
tiga wadah untuk menjalankan pewartaan dan kesaksian serta bagaimana pewartaan
dan kesaksian dapat dijalankan. Tiga wadah yang dapat dijadikan tempat untuk
menjalankan pewartaan dan kesaksian adalah Keluarga, Gereja, dan Masyarakat. Untuk
menjalankan pewartaan dan kesaksian dalam tiga wadah itu, diperlukan aktivitas,
kegiatan dan modal tertentu. Bahan yang dipakai untuk pendalaman dalam
pertemuan kedua ini adalah Kol 3:12-17;
Kis:18:1-8; Mat 5:13-16. Seperti biasa, bahan ini
didalami melalui beberapa pertanyaan. Bahan dari Kol 3:12-17 didalami melalui
pertanyaan berikut ini: 1) Sebutkanlah keutamaan apa saja yang dinasehatkan
oleh Paulus kepada jemaat di Kolose; 2) Bagaimana keutamaan tersebut digunakan
dalam kehidupan jemaat; 3) Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk
memberikan pewartaan dan kesaksian di
tengah keluarga. Bahan dari Kis 18:1-8
didalami melalui pertanyaan berikut ini: 1) Siapa sajakah yang dijumpai
oleh Paulus ketika ia berada di Korintus; 2) Apa yang dilakukan Paulus beserta
teman-temannya dan apa akibat yang dialami oleh mereka; 3) Tindakan apa saja
yang dapat dilakukan untuk memberikan pewartaan dan kesaksian di tengah Gereja. Bahan dari Mat 5:13-16 didalami dengan pertanyaan
berikut ini: 1) Benda apa sajakah yang disebutkan Yesus dalam kisah
tersebut; 2) Jelaskan fungsi kedua benda yang disebutkan oleh Yesus tersebut;
3) Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk memberikan pewartaan dan kesaksian di tengah masyarakat. Setelah
berdiskusi sejenak, masing-masing kelompok memaparkan hasil diskusinya dan
lanjut dengan materi.
Keluarga Katolik selalu hidup di tengah Gereja dan
masyarakat. Oleh karena itu, mau tidak mau, keluarga Katolik harus berperan
dalam keluarga itu sendiri, dalam Gereja, dan dalam masyarakat. Karena posisi
ini, keluarga Katolik perlu membekali diri dengan kemampuan yang memadai untuk
menjalankan pewartaan dan kesaksian, baik dalam keluarga, Gereja, maupun
masyarakat. Dokumen Familiaris Consortio yang ditulis oleh Paus Yohanes
Paulus II pada tahun 1981 menjelaskan bahwa ada empat tugas keluarga Katolik,
yaitu: 1) Membentuk persekutuan antar pribadi, 2) Mengabdi kepada kehidupan, 3)
Ikut serta dalam pengembangan masyarakat, dan 4) Ikut serta dalam kehidupan dan
misi Gereja. Dari sana kita melihat bahwa kelurga Katolik memiliki tigas yang
tidak ringan dalam menjalankan tugas pewartaan dan kesaksian baik dalam
keluarga, dalam Gereja, maupun dalam masyarakat. Ingat...pewartaan dan
kesaksian mengandung nilai kebenaran. Artinya, yang diwartakan dan
dijadikan kesaksian harus sebuah hal
yang benar dan tidak bohong. Pepatah Latin mengatakan “Nemo dat quod non
habet – Tidak ada seorang pun yang dapat memberikan apa yang tidak
dimilikinya.” Dalam pewartaan dan kesaksian, juga berlaku hal yang sama.
Orang tidak akan bisa berkata jujur jika dia tidak melakukan kejujuran. Orang
tidak akan bisa berbuat adil jika dia tidak terbiasa melakukan keadilan. Pewartaan
dan kesaksian yang dilakukan oleh setiap orang Katolik harus dimulai dari
lingkup yang paling kecil, yaitu keluarga. Setelah dari keluarga, pewartaan
itu melebar ke lingkup Gereja dan
masyarakat. Pewartaan dan kesaksian yang paling sederhana dilakukan melalui
kebiasaan hidup baik. Jika seseorang terbiasa hidup baik dalam keluarga, orang
tersebut pasti akan membawa kebiasaan baiknya menuju ke lingkup yang lebih
besar, yaitu Gereja dan masyarakat. Untuk itu, mari lakukan kebiasaan hidup
baik, “Dan kamu saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik”
(2 Tes 3:13). Lao Tzu pernah mengatakan, “Sebuah perjalanan selalu dimulai
dari satu langkah.” Kita hanya dapat bersaksi dalam lingkup yang lebih
besar, yaitu Gereja dan masyarakat, setelah kita terbiasa bersaksi dalam
lingkup yang lebih kecil, yaitu melalui keluarga yang dilakukan oleh diri sendiri.
Selamat berlatih menjadi saksi dan pewarta.
Inilah
dua perjumpaan yang menjadi sarana bagi Ruang Podjok untuk terlibat dalam gerak
bersama Gereja Katolik Indonesia dalam BKSN.
Ziarah dan Syukuran Lima Tahun Ruang Podjok
Oktober
adalah bulan istimewa bagi Ruang Podjok karena di bulan Oktoberlah kegiatan
Ruang Podjok mulai berjalan. Lima tahun yang lalu, terjadilah perkumpulan
siswa-siswi Katolik yang pertama di SMK Negeri 3 Surakarta. Inilah catatan yang
sempat terekam: “Kegiatan di Ruang Pojok
Agama Katolik telah dimulai sejak bulan Mei 2011. Namun, secara kebersamaan,
perkumpulan murid-murid dimulai pada tanggal 7 Oktober 2011. Hari itu adalah
hari Jumat pertama dalam bulan Oktober. Perkumpulan murid-murid saat itu
dilakukan dalam bentuk ibadat. Ibadat Jumat Pertama merupakan salah satu bentuk
penghormatan kepada Sakramen Mahakudus.Secara kebetulan, hari itu juga
bertepatan dengan Peringatan Maria sebagai Ratu Rosario. Latar belakang
peringatan ini tidak begitu menyenangkan karena berkenaan dengan pertikaian
orang Kristen dengan saudara mereka sendiri, yaitu orang Muslim. Namun apa
daya. Sejarah sudah berlangsung dan tidak dapat diulangi. Saat itu, pada
tanggal 7 Oktober 1571, armada Kristen terlibat peperangan dengan armada Turki
di laut. Saat itu, armada Kristen kalah jumlah. Kemudian, Paus Pius V meminta
seluruh umat berdoa Rosario. Namun, karena kalah jumlah, armada Kristen tetap
kalah. Tetapi, kemudian ada angin ribut yang menghancurkan armada Turki.
Kemenangan ini pun dipandang sebagai pertolongan Bunda Maria yang diminta oleh
umat lewat doa rosario. Oleh karena itu, tanggal tersebut dijadikan peringatan
Maria sebagai Ratu Rosario. Melalui pertemuan pertama ini, diharapkan semua
dapat bersatu. Bersatu akan menimbulkan kekuatan. Inilah yang ingin diajarkan
melalui peristiwa yang diperingati pada tanggal 7 Oktober itu. Pertemuan rutin
di ruang pojok diharapkan memperkuat satu sama lain. Dengan demikian,
masing-masing bisa berani beriman dan beriman dengan berani. Maka jadilah
petang dan pagi... hari pertama...”
Bulan
Oktober tahun ini, lima tahun sudah kegiatan di Ruang Podjok berjalan. Syukur
pada Tuhan karena sudah mendampingi dan menyertai dalam lima tahun ini. Rasa
syukur dan terima kasih itu pun diwujudkan dengan kegiatan yang dilaksanakan
pada hari Jumat (07/10). Hari itu, sesuai yang telah direncanakan, diadakanlah
acara Ziarah dan Syukuran. Ziarah dilakukan di Gua Maria Mojosongo dan Syukur
diadakan di Arje’s Kitchen. Seperti biasa, kendala yang dijumpai dalam kegiatan
keluar adalah masalah transportasi. Sekian banyak siswa-siswi yang ingin ikut
mengalami kesulitan transportasi. Akhirnya, beberapa pun tidak ikut karena
tidak dapat mengusahakan transportasi. Penjaga Podjok sebenarnya sedikit kecewa
karena tidak bisa semua ikut. Namun, bagaimana lagi, semua sudah diusahakan
semaksimal mungkin tetapi karena situasi yang tidak memungkinkan, akhirnya
demikianlah yang terjadi.
Siang
itu, sekitar 20-an siswa-siswi mengikuti kegiatan. Ada yang naik motor. Ada
yang naik mobil. Ada yang naik taksi. Tujuan pertama hari itu adalah Gua Maria
Mojosongo. Sesampai di Mojosongo, diadakanlah Doa Rosario bersama. Secara
bergiliran, masing-masing orang mendaraskan doa Salam Maria sambil memilin
bulir-bulir rosario di tangan. Sebuah pemandangan yang langka... Dalam hati,
Penjaga Podjok bersyukur atas perlindungan dan pendampingan Tuhan atas kegiatan
Ruang Podjok selama ini sambil memohon agar Tuhan tetap berkenan menjagai dalam
kegiatan selanjutnya. Setelah Rosario bersama, sejenak siswa-siswi diberi
kesempatan untuk berdoa secara pribadi. Tidak lama setelah selesai, rombongan
pun meluncur ke Arje’s Kitchen yang terletak di daerah Kentingan, belakang
kampus Universitas Sebelas Maret. Di sana, Penjaga Podjok sudah melakukan
reservasi untuk kegiatan syukuran. Masing-masing orang pun mulai memesan
makanan dan minuman sesuai selesai. Sebentar kemudian, satu per satu pesanan
mulai berdatangan. Setiap orang pun tenggelam menikmati pesanannya. Setelah
semuanya selesai, rombongan pun mulai meninggalkan Arje’s Kitchen kembali ke
rumah masing-masing. Terima kasih semuanya...
Sekolah Iman: Mariologi Para Paus
Masih
di bulan Oktober, kegiatan Jumat ketiga Ruang Podjok diisi dengan kegiatan
Sekolah Iman. Sekolah Iman bulan Oktober itu dilaksanakan pada hari Jumat
(21/09). Sekolah Iman kali tidak ternyata tidak begitu diminati. Hanya sedikit
anggota Ruang Podjok yang hadir dalam kegiatan kali ini. Entah kenapa bisa
demikian...
Tema yang diambil untuk Sekolah Iman bulan Oktober itu
adalah Mariologi Para Paus. Mariologi Para Paus adalah studi teologis berkenaan
dengan peran Paus dalam perkembangan, perumusan, dan perubahan ajaran dan
devosi Gereja terhadap Bunda Perawan Maria. Peran para Paus sangat penting
dalam perkembangan ajaran dan kebaktian kepada Maria. Mereka memberikan
keputusan tidak saja dalam hal iman dan kepercayaan kepada Maria tetapi juga
praktek dan devosinya. Paus mempromulgasikan berbagai hal penting berkenaan
dengan iman dan kebaktian kepada Maria. Tidak semua paus pernah memberikan
ajaran iman tentang Maria. Dalam materi ini, Penjaga Podjok mengajak untuk
mengenal pada paus yang pernah mengeluarkan ajaran mengenai Maria. Adapun para
paus itu adalah Leo Agung, Klemens IV, Pius V, Klemens VIII, Klemens X, Klemens
XI, Benediktus XIII, Klemens XII, Benediktus XIV, Klemens XIV, Pius IX, Leo
XIII, Pius X, Benediktus XV, Pius XI, Pius XII, Paulus VI, dan Yohanes Paulus
II. Selengkapnya mengenai materi tersebut, dapat dilihat dalam postingan
Mariologi Para Paus.
Semoga, seperti para Paus, anggota Ruang Podjok boleh
belajar untuk melakukan tiga hal – berharap, menyerahkan diri, dan meneladan –
dalam sembah bakti kepada Bunda Tuhan kita Yesus Kristus, Perawan Maria yang
Tersuci.
Doa Bersama untuk
Keluarga yang Sudah Berpulang
Kegiatan terakhir di semester ini adalah Doa Bersama
untuk Keluarga yang Sudah Berpulang. Seperti biasa, di bulan November yang
ditetapkan oleh Gereja Katolik sebagai bulan semua orang yang sudah meninggal,
Ruang Podjok mengadakan Doa Bersama pada hari Jumat (04/11). Penjaga Podjok
mengajak semua anggota Ruang Podjok untuk mengingat dan mendoakan orang-orang
yang sudah meninggal dunia. Kesempatan ini sangatlah berharga karena menjadi
waktu untuk sejenak memperhatikan mereka yang memerlukan doa-doa kita. Gereja
Katolik mengajarkan bahwa ada orang-orang meninggal yang masih berada dalam api
penyucian. Mereka inilah yang memerlukan doa-doa kita karena mereka sudah tidak
dapat berdoa dan hanya mengandalkan doa-doa dari orang yang masih hidup.
Seperti biasa, sebelum doa, anggota Ruang Podjok menuliskan nama-nama yang akan
didoakan. Nama-nama itu menjadi sapaan personal yang akan disebutkan dalam doa
bagi mereka yang sudah mendahului menghadap Tuhan.
Sedianya, doa bersama ini dilangsungkan secara
singkat. Namun, antusiasme anggota Ruang Podjok membuat doa ini menjadi wadah
untuk pendalaman iman. Dalam kesempatan itu, ada beberapa yang bertanya tentang
hal-hal seputar kematian, seperti bagaimana penjelasan mati suri, mengapa orang
Katolik kalau meninggal harus didandani sedangkan orang yang beragama lain
memiliki tradisi yang lain, dan apakah kremasi (pembakaran jasad) bagi orang
Katolik diperbolehkan. Pertanyaan itu satu per satu dijawab dan dibicarakan. Dengan
begitu, doa bersama ini membawa wawasan baru bagi mereka yang mengikutinya.
Terima kasih atas partisipasi yang telah diberikan. Tuhan memberkati...
Inilah catatan-catatan untuk berbagai kegiatan yang terlaksana semester
ini. Kiranya ini menjadi gambaran kegiatan Ruang Podjok... Terima kasih sudah
menyimak...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar