Mariologi Para
Paus adalah studi teologis berkenaan dengan peran Paus dalam perkembangan,
perumusan, dan perubahan ajaran dan devosi Gereja terhadap Bunda Perawan Maria.
Perkembangan ini telah berlangsung selama berabad-abad akibat berbagai sebab.
Peran para Paus sangatlah penting dalam perkembangan ajaran dan kebaktian
terhadap Bunda Perawan Maria. Mereka memberikan keputusan tidak saja dalam hal
iman dan kepercayaan kepada Maria tetapi juga praktek dan devosinya. Paus
mempromulgasikan berbagai hal penting berkenaan dengan iman dan kebaktian
kepada Maria. Uraian berikut mencoba memberikan paparan bagaimana peran para
Paus dalam perkembangan ajaran dan kebaktian terhadap Maria tersebut.
Leo I atau Leo
Agung (440 – 461) menetapkan bahwa Mariologi (cabang ilmu Teologi yang
mempelajari tentang Maria) selalu berkaitan erat dengan Kristologi (cabang ilmu
Teologi yang mempelajari tentang Yesus Kristus).
Klemens IV (1265 –
1268) menciptakan puisi mengenai tujuh kebahagiaan Maria yang dianggap sebagai
bentuk awal rosario Fransiskan.
Pius V (1566 –
1572) menerbitkan bulla Consueverunt
Romani Pontifices (17 September 1569) yang menetapkan cara berdoa Rosario
dan mengajak umat Katolik untuk berdoa Rosario demi kemenangan armada Katolik
di Pertempuran Lepanto pada tahun 1571.
Klemens VIII (1592
– 1605) menetapkan kesalehan Maria sebagai dasar pembaruan Gereja; mengeluarkan
bulla Dominici gregis (3 Februari
1603) untuk mengutuk paham yang menyangkal keperawanan Maria; merestui
pendirian Kongregasi Maria; dan mendukung budaya Rosario dengan 19 bulla kepausan.
Klemens X (1670 –
1676) menetapkan indulgensi dan hak istimewa bagi lembaga religius dan beberapa
kota untuk merayakan pesta Maria dan menghapuskan beberapa cara devosi kepada
Maria.
Klemens XI (1700 –
1721) mempersiapkan dasar bagi dogma Maria Dikandung tanpa Noda serta
menetapkan Peringatan Maria Dikandung Tanpa Noda dan Maria Ratu Rosario untuk
dirayakan di seluruh dunia
Benediktus XIII (1724
– 1730) menetapkan beberapa indulgensi berkenaan dengan Doa Rosario dan Prosesi
Rosario; menghapuskan Rosario Serafine pada tahun 1727; dan menetapkan
Peringatan Maria Sapta Duka dan Maria Bunda Karmel untuk dirayakan di seluruh
dunia.
Klemens XII (1758
– 1769) menetapkan Litani Loreto sebagai satu-satunya litani Maria yang boleh
didoakan dan melarang penggunaan doa litani yang lain; mengizinkan Spanyol
untuk menggunakan Maria Immaculata sebagai pelindung negara pada tahun 1770.
Benediktus XIV (1740
– 1758) menulis buku tentang peringatan-peringatan Yesus dan Maria; mendukung
Kongregasi Maria; serta menetapkan tingkat indulgensi yang lebih tinggi kepada
mereka yang berdoa Rosario.
Klemens XIV (1769
– 1775) memberi hak khusus kepada biarawan Fransiskan di Palermo untuk
merayakan Pesta Maria Dikandung Tanpa Noda.
Pius IX (1846 – 1878)
menerbitkan dogna Maria Dikandung Tanpa Noda pada tahun 1854.
Leo XIII (1878 – 1903)
menerbitkan sebelas ajaran berkenaan dengan Maria (Supremi apostolatus officio tentang devosi Rosario - 1 September
1883; Superiore anno tentang pendarasan
Rosario - 30 August 1884; Vi è ben noto
tentang Rosario dan Kehidupan Publik - 20 September 1887; Octobri
mense tentang Rosario - 22 September 1891; Magnae Dei Matris tentang Rosario - 8 September 1892; Laetitiae sanctae tentang Pujian
terhadap Rosario – 8 September 1893; Iucunda
semper expectatione tentang Rosario – 8 September 1894; Adiutricem Adjutrix tentang Rosario – 5 September
1895; Fidentem piumque animum tentang
Rosario – 20 September 1896; Augustissimae
Virginis Mariae tentang Persaudaraan Rosario Suci – 12 September 1897; Diuturni temporis tentang Rosario – 5 September
1898); menggunakan kuasa Paus untuk mendukung pemuliaan Maria di tempat
penampakannya; menerbitkan dokumen Parte
humanae generi untuk mendukung ziarah ke Lourdes dan tempat ziarah Maria
lainnya; menetapkan Perawan dari Montserrat sebagai pelindung Catalunia;
menetapkan perayaan Medali Wasiat pada tahun 1894; melawan bidaah seputar Maria
Dikandung Tanpa Noda; memberikan ajaran tentang hubungan Santo Yosef terhadap
Maria dalam ensiklik Quanquam Pluries
(15 Agustus 1889); mengajarkan Rosario sebagai salah satu jalan kepada Allah; memberikan
ajaran Maria sebagai pengantara segala rahmat; dan menetapkan penggunaan
skapulir dalam devosi kepada Maria.
Pius X (1903 – 1914)
memberikan ajaran dalam ensiklik Ad diem
illum bahwa Maria adalah Bunda semua orang sehingga ia harus dihormati
sebagai Ibu.
Benediktus XV (1914
– 1922) mengirim banyak surat kepada para peziarah di tempat-tempat ziarah
Maria; mengizinkan perayaan Maria Guadalupe di Mexico; menetapkan perayaan
Maria Pengantara Segala Rahmat; meluruskan penyimpangan seputar pemanfaatan
gambar dan patung Maria; menetapkan bulan Mei sebagai bulan devosi kepada
Maria; dan memohon perlindungan Maria untuk dunia pada saat Perang Dunia I.
Pius XI (1922 – 1939)
mengirimkan delegasi pada perayaan Maria di Loreto serta mengajak Gereja
Ortodox untuk bersama memuliakan Maria
dan menyelesaikan skisma.
Pius XII (1939 – 1958)
menempatkan masa kepausannya dalam perlindungan Maria; membahas dogma Maria
Dikandung Tanpa Noda dalam ensiklik Mystici
corporis (1943); mengangkat santo atau santa yang berdevosi mendalam kepada
Maria; memberikan penghormatan khusus kepada Maria dari Fatima; menetapkan
tahun 1954 sebagai Tahun Maria melalui ensiklik Fulgens corona (8 September 1953); menerbitkan ensiklik Le pèlerinage de Lourdes (2 Juli 1957)
yang menyatakan ajaran yang kuat mengenai penampakan Maria dalam sejarah Gereja
Katolik; mengajarkan dogma Maria Diangkat ke Surga (1 November 1950); menetapkan
peringatan Hati Maria yang Tak Bernoda dan Maria Ratu; serta mendukung
penelitian akademis atas kebaktian terhadap Maria.
Paulus VI (1963 –
1978) mencoba menampilkan ajaran tentang Maria dalam perspektif ekumenis;
menggambarkan Maria sebagai jalan kepada Yesus dalam ensiklik Mense maio (1965); melalui ensiklik Christi Matri (1966) mengajak seluruh
umat untuk berdoa Rosario bagi Perang Vietnam dan ketegangan akibat nuklir;
memberikan ajaran untuk menyuburkan devosi Maria dengan pokok perhatian pada
Rosario dan Angelus melalui anjuran Marialis
Cultus (1974); mengajarkan bahwa Rosario adalah rangkuman dari Injil; serta
menjadi Paus pertama yang berziarah ke Fatima pada ulang tahun kelimapuluh
penampakan di Fatima.
Yohanes Paulus II
(1978 – 2005) mempopulerkan kembali gelar Maria Bunda Gereja melalui ensiklik Redemptoris Mater (1987) dan menulis
surat apostolik Rosarium Virginis Mariae (2002) untuk memaparkan pujian kepada
Maria seperti terungkap dalam motto pribadinya “Totus Tuus”.
Rangkaian ajaran
para Paus ini menunjukkan betapa Maria dihormati dalam khasanah kehidupan
Gereja Katolik. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Bunda Maria dihormati
karena tempatnya yang istimewa dalam karya penyelamatan Allah. Dengan
kemerdekaan pribadinya yang sempurna, ia menyatakan ketaatan yang utuh kepada
Allah (Luk 1:38). Bagi Maria, kemerdekaan pribadinya sama persis dengan
ketaatan yang utuh untuk menerima kehendak Alah.
Seorang beriman
yang menyatakan sembah baktinya kepada Maria seakan-akan ingin menyatakan tiga
hal ini. Pertama, ia menyatakan harapannya. Sebagaimana Bunda Maria telah mulia
di surga, seorang beriman berharap akan masuk ke dalam kemuliaan yang sama.
Kedua, ia menyatakan penyerahan dirinya. Sebagaimana Bunda Maria menemani para
murid yang sedang mengalami kecemasan, ketakutan, dan ketidakpastian di awal
hidup Gereja, seorang beriman yang berbakti kepada Maria menyerahkan diri
kepada perlindungan Bunda Maria. Ketiga, ia menyatakan niat dan keinginan hati
untuk meneladan Maria. Sebagaimana Maria bersedia menjadi alat di tangan Tuhan,
seorang beriman ingin menyediakan diri digunakan oleh Allah untuk melaksanakan
kehendakNya. Semoga, seperti para Paus yang telah memberikan ajaran dan
penghayatan kebaktian kepada Maria, kita boleh belajar untuk melakukan tiga hal
itu – berharap, menyerahkan diri, dan meneladan – dalam sembah bakti kita
kepada Bunda Tuhan kita Yesus Kristus, Perawan Maria yang Tersuci.
Sembah bekti kawula, Dèwi Maria,
kekasihing Allah, Pangéran nunggil ing panjenengan dalem. Sami-sami wanita Sang Dèwi pinuji
piyambak, saha pinuji ugi wohing salira Dalem, Sri Yésus. Dèwi Maria, Ibuning Allah, kawula
tiyang dosa sami nyuwun pangèstu dalem, samangké tuwin bénjing dumugining
pejah. Amin.
Ave Maria, gratia plena, Dominus
tecum,
benedicta tu in mulieribus, et
benedictus fructus ventris tui, Jesus.
Sancta Maria, Mater Dei, ora pro nobis
peccatoribus, nunc, et in hora mortis nostrae. Amen.
Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan
sertamu;
terpujilah engkau di antara wanita,
dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.
Santa Maria, bunda Allah, doakanlah
kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati. Amin.
Surakarta, 10 Oktober 2016 Paulus Widyawan Widhiasta
Sumber Pustaka:
https://en.wikipedia.org/wiki/Mariology_of_the_popes
Mgr. Ignatius Suharyo. The Catholic Way, Kekatolikan dan Keindonesiaan
Kita. Yogyakarta: Kanisius. 2009.Sumber Gambar:
http://www.thecompassnews.org/wp-content/uploads/2014/11/1436cns-pope-allsaints1.jpgweb2.jpg
https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/62/db/03/ 62db03fba4a3d60b35b1116f1c86d578.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar