Doa Rosario merupakan doa sederhana yang dilakukan dengan cara mengulangi doa Salam Maria sebanyak 50 kali... Inilah catatan yang dapat diberikan Penjaga Podjok mengenai Doa Salam Maria dan Doa Rosario:
Salah satu doa dan devosi sederhana yang populer di kalangan umat Katolik ialah “Salam Maria” dan “Rosario”. Dalam keduanya, umat Katolik merenungkan karya penebusan Kristus yang menjadi inti sejarah keselamatan. Kedua doa itu memiliki sejarah yang sangat panjang dan saling mempengaruhi.
Berawal di Abad VI
Doa Salam Maria mulai dikenal secara luas sejak abad XI. Namun, tradisi doa itu konon sudah dimulai sejak abad VI. Adalah Ildephonsus, seorang pemuda turunan bangsawan yang memiliki banyak harta kekayaan dan dihormati masyarakat. Kehidupannya dihiasi dengan kesenangan-kesenangan duniawi bersama dengan kawan-kawannya. Namun, Tuhan mempunyai suatu rencana khusus Atas rahmat Allah, Ildephonsus mengubah cara hidupnya, meninggalkan segala kefanaan duniawinya, lalu mengikuti Yesus. Ia pun mengajukan permohonan kepada pimpinan sebuah biara, dekat Toledo, Spanyol untuk menjadi seorang biarawan. Permohonannya diterima. Sejak itu ia mulai menjalani sebuah corak hidup yang baru, yang bisa lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan.
Perkembangan hidup rohani menjadi perhatiannya yang utama. Devosi kepada Bunda Maria merupakan kecintaannya. Ia kemudian dipilih menjadi Abbas biara itu. Sebagai pimpinan biara, Ildephonsus mengerahkan seluruh perhatian dan dayanya demi kemajuan biaranya. Dengan bijaksana dan pandangan-pandangannya yang baik, ia mampu melawan ajaran yang tidak benar. Pernah ia menulis sebuah buku untuk melawan ajaran sesat yang menyangkal Keperawanan Bunda Maria sebagai Bunda Allah. Pada tahun 657, ia diangkat menjadi Uskup Agung kota Toledo. Dengan bijaksana ia memimpin umatnya.
Konon, dari mulut Ildephonsus inilah lahir doa Salam Maria yang sangat terkenal itu. Dialah yang mulai mendaraskan bagian pertama doa Salam Maria yang dikenal dengan kata-kata “Salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu”. Namun, kisah ini tidak pernah dicatat dalam tulisan dan hanya menjadi cerita dari mulut ke telinga orang-orang pada saat itu. Ini menunjukkan bahwa sangatlah sedikit jejak doa Salam Maria sebelum tahun 1000 M.
Dicatat Paling Awal Abad XI
Catatan paling awal yang bisa ditemukan perihal doa kepada Ibu Maria itu ditemukan dalam dua manuskrip Anglo Saxon yang berangka tahun kira-kira 1030. Saat itu, berkembanglah kebiasaan memberi salam kepada Bunda Maria bila seseorang melewati patung Maria. Rumusan doanya pun masih sangat sederhana “Salam Maria, terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu.” Abas Baldwin, seorang rahib Cisterciensis yang saat itu menjadi Uskup Agung Cantebury, mencatat kebiasaan mendoakan Salam Maria itu sebagai berikut:
“Terhadap salam malaikat yang kami gunakan untuk menghormati Perawan Tersuci melalui devosi, kami terbiasa menambahkan kata-kata, “dan terpujilah buah tubuhmu,” ungkapan yang dinyatakan oleh Elizabeth saat mendengar salam Maria. Dengan demikian melengkapi kata-kata malaikat, ‘terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu.’”
Tidak lama kemudian, tercatatlah dalam dekrit sinode milik Eudes de Sully, Uskup Paris, (sekitar tahun 1196) yang menyatakan bahwa “Salam kepada Perawan Tersuci” sangatlah dikenal oleh para jemaatnya, seperti halnya Syahadat dan Doa Bapa Kami. Setelah, kebiasaan yang sama menjadi sangat lazim di berbagai dunia, dimulai dari Inggris seperti dinyatakan Sinode Durham pada tahun 1127.
Kebiasaan memberikan salam kepada Maria ini merupakan kebiasaan yang sudah mentradisi disertai dengan berbagai gerak tubuh. Santo Aybert, pada abad XII, memiliki kebiasaan mengulangi 150 Salam Maria dengan 100 kali menekuk lutut dan 50 kali bersujud. Santo Louis dari Prancis berlutut dan berdiri sebanyak 50 kali setiap sore sambil mendaraskan Salam Maria secara pelan-pelan. Kebiasaan ini sangatlah umum dalam beberapa kelompok religius. Dalam dokumen Ancren Riwle, sebuah risalah yang mengulas manuskrip Corpus Christi 402 yang berumur lebih tua dari tahun 1200 menunjukkan bahwa para biarawati diperintahkan untuk menekuk lutut sesuai dengan masa liturgi pada saat mendaraskan Doa Kemuliaan dan Salam Maria. Pada masa ini, pendarasan doa Salam Maria disertai dengan tindakan menekuk lutut dan bersujud dianggap sebagai denda dosa seperti dicatat oleh Santa Margareta († 1292), saudara perempuan Raja Hungaria, yang mempraktekkan pendarasan doa Salam Maria disertai tindakan bersujud.
Berkembang Mulai Abad XII
Lama kelamaan, jumlah doa Salam Maria didaraskan dihitung pada tali Pater Noster. Saat itu, berkembanglah kebiasaan menggantikan doa Bapa Kami dengan doa Salam Maria. Tradisi ini meniru kebiasaan doa di kalangan para rahib di dalam kehidupan monastik zaman dahulu. Pada masa itu, para rahib biasanya setiap hari mendaraskan 150 buah Mazmur (Doa Ofisi) sebagaimana terdapat di dalam Kitab Suci. Para rahib yang buta huruf mengganti pendarasan Mazmur itu dengan 150 buah doa yang lain. Biasanya doa pengganti itu ialah doa Pater Noster (Bapa Kami) yang memang sudah sejak Gereja perdana dianggap sebagai doa Gereja yang paling penting disamping Kredo. Untuk mempermudah mereka mengetahui sudah berapa kali doa Bapa Kami yang didaraskan, mereka menggunakan seutas tali bersimpul atau bermanik-manik. Oleh karena itulah, tali itu disebut juga Pater Noster.
Pada jaman dulu doa-doa Gereja berpusat pada mazmur Daud. Ada sekitar 150 mazmur yang biasa didoakan oleh para rahib di biara. Mereka membagi 150 mazmur itu atas tiga bagian yaitu waktu doa pagi, siang dan malam sehingga menjadi 3 kali 50 mazmur. Namun demikian tidak semua umat dapat membaca atau memiliki buku doa mazmur. Sebagai gantinya mereka mendaraskan doa Bapa Kami (sebagai ganti dari 150 mazmur Daud). Dan untuk menjamin konsentrasi dalam berdoa, mereka memakai bantuan hitungan tasbih.
Jumlah doa Salam Maria yang didaraskan tetap 150 sesuai jumlah Mazmur yang didaraskan oleh para rahib. Karena pada masa itu 150 buah Mazmur sudah dibagi dalam tiga bagian masing-masing terdiri 50 buah, maka doa Salam Maria yang didaraskan para rahib itu pun dibagi dalam tiga bagian. Rangkaian Salam Maria yang terdiri dari 50 buah itu disebut “Corona” (mahkota). Kata ini mengingatkan kita akan hiasan-hiasan kembang yang menyerupai mahkota yang biasanya dibuat pada arca Bunda Maria. Saat itulah mulai berkembang devosi Rosario.
Rosario berasal dari kata bahasa Latin yaitu rosa yang artinya bunga mawar. Rosario sendiri dapat diartikan sebagai rangkaian bunga mawar. Dalam budaya masyarakat Eropa bunga mempunyai arti yang sangat penting yaitu sebagai tanda cinta atau hormat. Pada abad pertengahan umat Kristen yang menyadari diri sebagai hamba-hamba Maria merangkaikan bunga mawar untuk dipersembahkan kepada Maria. Mereka meletakannya di rumah ibadat di depan gambar atau patung Santa Maria. Dalam proses merangkaikan bunga mawar itu, mereka mengucapkan litani pujian kepada Maria.
Struktur rosario perlahan-lahan berkembang antara abad ke-12 dan abad ke-15 seiring juga dengan perkembangan doa Salam Maria. Dominikus dari Prussia, seorang biarawan Carthusian, pada tahun 1409 mempopulerkan praktek mempertalikan 50 ayat mengenai hidup Yesus dan Maria dengan 50 Salam Maria. Pada masa itu, bentuk doa ini dikenal sebagai rosarium (“kebun mawar”) yang berarti bunga rampai. Istilah ini dipergunakan untuk menyebut suatu kumpulan bahan yang serupa, misalnya suatu bunga rampai kisah-kisah dengan subyek atau tema yang sama. Tahun 1568, bagian kedua doa Salam Maria yaitu “Santa Maria Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati. Amin”, menjadi doa resmi semenjak Paus Pius V ( 1566-1572) meresmikan terbitan “Breviarium” (doa harian Gereja). Namun bagian dua itu baru diterima umum pada abad XVII. Sejak saat itu, rumusan doa Salam Maria menjadi lebih panjang, yaitu “Salam Maria penuh rahmat. Tuhan sertamu. Tepujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu Yesus. Santa Maria Bunda Allah. Doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan pada waktu kami mati. Amin.”
Pada abad ke-16, struktur lima misteri rosario didasarkan pada tiga rangkaian peristiwa: Peristiwa GEMBIRA, Peristiwa SEDIH dan Peristiwa MULIA. Setelah penampakan Bunda Maria di Fatima pada tahun 1917, pada akhir setiap misteri ditambahkan doa : “Ya Yesus yang baik, ampunilah segala dosa kami, lindungilah kami dari api neraka. Hantarlah segala jiwa ke dalam surga, terlebih jiwa yang sangat membutuhkan kasih sayang-Mu.” Sedangkan Peristiwa CAHAYA ditetapkan pada tahun 2002 oleh Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II.
Semangat dan minat umat Katolik terhadap doa rosario mendorong Paus Leo XIII secara resmi menetapkan bulan Oktober sebagai bulan Rosario. Beliau menulis: "Kepada Bunda Surgawi ini kita telah persembahkan kembang-kembang mawar pada bulan Mei, maka kepadanya kita juga hendak mempersembahkan panen buah-buahan yang berlimpah pada bulan Oktober dengan hati yang penuh ikhlas." Pada tahun 1885, beliau mengatakan bahwa umat dapat memperoleh indulgensi dengan berdoa Rosario pada bulan Oktober.
Yang Kita Alami Kini
Tiap butir Salam Maria yang kita daraskan dalam Rosario mengajak kita melangkah bersama Maria. Dalam Rosario, kita memohon pencurahan Roh Kudus seperti Elisabeth yang dikuatkan Roh Kudus dalam perjumpaannya dengan Maria dalam peristiwa gembira. Dengan kepenuhan Roh Kudus, kita mohon agar iman kita dikuatkan dan kita diajak belajar untuk menanggalkan sikap egois dan menjadi rendah hati seperti Elisabeth. Tiap doa Salam Maria yang kita daraskan membuat kita menempati posisi Elisabeth saat mengatakan “Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus.”
Bunda Maria senantiasa menjadi teladan iman dan pelindung orang-orang Kristen yang percaya. Ketika Malaikat Gabriel datang kepadanya, ia percaya akan warta yang disampaikan malaikat dan tetap teguh pada imannya tanpa ragu sedikit pun meskipun harus melewati pencobaan gelap Kalvari. Bunda Maria mendampingi kita juga, yang adalah saudara dan saudari Putra-nya, sepanjang ziarah kita di dunia yang penuh dengan kesulitan dan mara bahaya.
Selama berabad-abad telah banyak umat Kristiani mengakui bahwa doa Salam Maria dan Rosario merupakan sumber rahmat rohani. Iman Maria pada Yesus tak dapat diragukan lagi. Iman Maria itu layak kita teladani dalam hidup kita sebagai umat beriman. Semoga kita bisa lebih memahami apa yang dialami Bunda Maria saat mengalami peristiwa-peristiwa gembira, sedih, mulia, maupun cahaya dan kita dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Jadi, dengan segala macam fakta yang sudah diakui berabad-abad lamanya akan manfaat doa Rosario, janganlah kita ragu untuk mendaraskannya dalam hari-hari di kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar