Memasuki bulan November, kegiatan Ruang Podjok pun mengikuti gerak Gereja Katolik pada umumnya. Seperti biasa, di bulan November, seluruh anggota Gereja Katolik diajak untuk memasuki bulan arwah yang digunakan untuk mendoakan mereka yang telah lebih dahulu dipanggil kembali menghadap kepada Allah. Di Jumat Pertama bulan November (3/11/2017), Penjaga Podjok mengajak seluruh anggota Ruang Podjok untuk mendoakan mereka yang telah berpulang dalam kedamaian abadi. Hari itu, cara berdoa yang diperkenalkan adalah Doa Taize. Doa Taize merupakan suatu cara berdoa yang dimiliki oleh komunitas Taize. Komunitas Taize adalah komunitas yang didirikan oleh Bruder Roger Schutz. Ia memulai sebuah komunitas yang terdiri dari para pria beragama Katolik dan Protestan. Para pria ini hidup bersama dalam sebuah persekutuan dan menjalankan hidupnya seperti cara hidup para biarawan dalam Gereja Katolik. Komunitas ini hidup di sebuah desa bernama Taize, sebuah desa kecil di pedalaman Perancis. Meskipun berada di pedalaman, desa ini berhasil menarik banyak kaum muda dari seluruh penjuru dunia untuk datang dan berdoa bersama. Tidak hanya dari kalangan Katolik dan Protestan saja, desa ini didatangi oleh banyak kaum muda untuk menggalang kebersamaan demi perdamaian dunia. Mereka tinggal beberapa hari, beberapa minggu, bahkan beberapa bulan untuk menyelami hidup harian bersama komunitas ekumenis para bruder yang ada di sana. Doa Taize termasuk dalam doa hening yang diiringi dengan lagu-lagu meditatif. Dalam keheningan, anggota Ruang Podjok yang hadir diajak untuk mengenang kembali arwah sanak saudara, keluarga atau siapapun yang akan didoakan.
Dalam renungan, Penjaga Podjok menyadarkan kembali bahwa bulan arwah ini merupakan salah satu kekhasan Gereja Katolik. Hal ini pulalah yang membedakan antara orang yang percaya kepada Allah dan orang yang tidak percaya kepada Allah. Orang yang percaya kepada Allah itu setelah mati, memiliki sebuah tujuan yaitu kembali kepada Allah atau dalam istilah Jawa disebut “sowan Gusti.” Jika dibandingkan dengan orang yang tidak beriman kepada Allah, siapakah yang akan dituju setelah ia mati? Gereja Katolik mengajak setiap warganya untuk sadar siapakah pemilik kehidupan ini. Setiap orang yang lahir di dunia ini suatu saat nanti pasti akan kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan, yaitu Allah sendiri, yang diwartakan oleh Yesus dengan sebutan Bapa. Melalui kegiatan ini, Penjaga Podjok secara pribadi bersyukur karena boleh menjadi salah satu warga Gereja Katolik yang selalu mendampingi para anggotanya dalam setiap peristiwa hidup manusia dengan ajaran-ajaran iman, mulai sejak lahir sampai kematian. Terima kasih kepada Tuhan yang telah memanggilku menjadi orang yang beriman kepadaNya melalui Gereja Katolik... Semoga kesadaran ini membuat imanku semakin teguh dan kuat...
Dalam renungan, Penjaga Podjok menyadarkan kembali bahwa bulan arwah ini merupakan salah satu kekhasan Gereja Katolik. Hal ini pulalah yang membedakan antara orang yang percaya kepada Allah dan orang yang tidak percaya kepada Allah. Orang yang percaya kepada Allah itu setelah mati, memiliki sebuah tujuan yaitu kembali kepada Allah atau dalam istilah Jawa disebut “sowan Gusti.” Jika dibandingkan dengan orang yang tidak beriman kepada Allah, siapakah yang akan dituju setelah ia mati? Gereja Katolik mengajak setiap warganya untuk sadar siapakah pemilik kehidupan ini. Setiap orang yang lahir di dunia ini suatu saat nanti pasti akan kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan, yaitu Allah sendiri, yang diwartakan oleh Yesus dengan sebutan Bapa. Melalui kegiatan ini, Penjaga Podjok secara pribadi bersyukur karena boleh menjadi salah satu warga Gereja Katolik yang selalu mendampingi para anggotanya dalam setiap peristiwa hidup manusia dengan ajaran-ajaran iman, mulai sejak lahir sampai kematian. Terima kasih kepada Tuhan yang telah memanggilku menjadi orang yang beriman kepadaNya melalui Gereja Katolik... Semoga kesadaran ini membuat imanku semakin teguh dan kuat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar