Kata-kata yang menjadi tema APP tahun ini, “Berikanlah hatimu untuk
mencintai dan ulurkanlah tanganmu untuk melayani,” dinyatakan oleh Ibu
Teresa dari Kalkuta (26 Agustus 1910 – 5 September 1997). Tema APP kali
ini didasari oleh pandangan Paus Benediktus XVI dalam ensikliknya yang pertama
berjudul Deus Caritas Est (Allah adalah Kasih). Melalui ensiklik tersebut, kita
diajak semakin menyadari kasih Allah dalam hidup kita. Puncak karya kasih Allah
tampak dalam seluruh hidup Yesus. Kasih Allah secara melimpah telah dicurahkan
Allah kepada kita dan karenanya harus kita bagikan kepada sesama (DC 1).
Membagikan kasih Allah merupakan tanggung jawab kita sebagai umat beriman. “Jika
iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati”
(Yak 2:26). Sabda di atas semakin menegaskan apa yang mesti kita lakukan dalam
kehidupan.
Mengapa harus mengasihi?
Ada banyak jawaban atas pertanyaan ini. Namun, inti dari semuanya adalah bahwa “kita
mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yoh 4:19). Karena kita sudah dikasihi oleh Allah, kita
seharusnya mau membagikan kasih kepada sesama. Selain itu, Yesus
memberikan perintah kepada kita untuk saling mengasihi, “Inilah perintahKu
kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain” (Yoh 15:17). “Jika kamu
menuruti perintahKu, kamu akan tinggal dalam kasihKu, seperti Aku menuruti
perintah BapaKu dan tinggal dalam kasihNya” (Yoh 15:10).
Setelah kita mencoba mengerti mengapa kita harus mengasihi, pertanyaan
selanjutnya yang dapat diajukan adalah “Kepada siapa kasih diberikan?” Terhadap
pertanyaan ini, Yesus mengatakan dalam hukumNya, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap
kekuatanmu dan kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri” (Mat
22:37-39). “Kasihilah musuhmu
dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44). Tuntutan Yesus
mengenai siapa yang diberi kasih tidak mudah. Kita diajak mengasihi Allah,
sesama, diri sendiri, dan musuh. Mengapa harus demikian? Kiranya ayat ini dapat menjadi jawaban, “Barangsiapa
tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya tidak mungkin mengasihi Allah yang
tidak dilihatnya” (1 Yoh 4:20)
Apa itu kasih? Kasih ditampakkan melalui tindakan atau perbuatan yang membuat kita
berani keluar dari diri sendiri. Kepentingannya hanya satu, yaitu kebahagiaan orang
lain secara tulus dan tanpa pamrih. Dapat dikatakan bahwa
kasih itu memberi, memberi dan memberi… Kasih yang sempurna itu
ditampakkan oleh kasih orangtua kepada anak, “Kasih ibu kepada beta tak
terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya
menyinari dunia.” Kasih ini juga ditampakkan
oleh Bapa karena ia memberi kepada orang yang baik dan orang yang jahat (bdk.
Mat 5:45). Mari kita merenungkan sebentar bagaimana kita menyatakan kasih kita
kepada siapa saja di sekitar kita.
Dalam kehidupan sehari-hari, kasih perlu dihidupi dalam tindakan
konkret. Kasih itu mulai dikembangkan dalam keluarga. Paus Yohanes XXIII
mengatakan, “Cinta
kasih mula-mula dipelajari dalam
keluarga dari orang tua kami, saudari-saudara kami, dan sanak saudara
kami lainnya. Apabila pengalaman itu digabungkan dengan iman yang mendalam, doa
keluarga, dan ibadat yang teratur di gereja paroki, keluarga kristiani tentu
saja akan menjadi sekolah kebaikan.” Keluarga memegang peran penting dalam mengembangkan kasih dalam diri
setiap manusia. Manusia dapat memiliki kebiasaan baik jika ia mulai belajar
hal-hal baik dalam keluarga. Dorothy Law Nolte mengatakan, “Jika anak dibesarkan dengan
celaan, ia belajar memaki. Jika
anak dibesarkan dengan permusuhan,
ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,
ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan
persahabatan, ia belajar
menemukan cinta dalam kehidupan.”
Belajar untuk mengasihi
berlangsung seumur hidup dan terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Belajar untuk
mengasihi semakin dimulai dari tindakan-tindakan kecil yang kemudian menjadi
kebiasaan dan akhirnya membentuk karakter dalam diri seseorang. Sudahkah kita
melakukan perbuatan kasih hari ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar