Rabu, 04 Desember 2013
Adven dan Pernak-perniknya
Sejak hari Minggu, 1 Desember, Gereja Katolik memasuki masa khusus yang disebut Masa Adven. Masa Adven merupakan masa yang dinantikan oleh seluruh umat karena di masa ini, umat beriman diajak mempersiapkan pengenangan akan kedatangan Yesus Kristus yang lahir ke dunia. Bagaimana kita bisa menghayati masa ini? Semoga tulisan kecil ini dapat membantu Anda sekalian untuk memasuki Masa Adven dengan penuh penghayatan.
Masa Adven adalah sebuah masa yang dimulai dari hari Minggu yang terdekat dengan pesta Santo Andreas pada tanggal 30 November dan terdiri dari 4 minggu sebelum Hari Raya Natal. Masa Adven menandai dimulainya Tahun Liturgi yang baru di Gereja Katolik Roma. Selama masa ini, umat beriman setidaknya diingatkan akan tiga hal: 1) menyiapkan diri agar semakin pantas untuk merayakan kedatangan Tuhan di dunia sebagai perwujudan kasih Allah; 2) memantaskan diri untuk menerima Penebus yang datang melalui komuni kudus dan rahmat; dan 3) menyiapkan diri untuk kedatangannya sebagai Hakim pada saat kematian dan akhir dunia.Masa Adven mengalami perkembangan dalam kehidupan rohani Gereja. Kisah mengenai Masa Adven sulit ditentukan dengan tepat. Dalam bentuk awalnya, Masa Adven berasal dari tradisi umat di Perancis. Mereka membuat masa persiapan menyambut Hari Raya Epifani (Hari Raya Pembaptisan Tuhan) yang digunakan sebagai hari para calon dibaptis menjadi warga Gereja. Jadi, persiapan Adven amat mirip dengan MasaPrapaskah dengan penekanan pada doa dan puasa yang berlangsung selama tiga minggu dan kemudian diperpanjang menjadi 40 hari.Pada tahun 380, Konsili yang diadakan di Saragossa, Spanyol menetapkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Diilhami oleh peraturan Prapaskah, Konsili Macon (Perancis) pada tahun 581 menetapkan bahwa mulai tanggal 11 November (pesta St. Martinus dari Tours) hingga Hari Natal, umat beriman berpuasa pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Lama-kelamaan, praktek serupa menyebar ke Inggris. Di Roma, masa persiapan Adven belum ada hingga abad keenam, dan dipandang sebagai masa persiapan menyambut Natal dengan ikatan pantang puasa yang lebih ringan.Gereja secara bertahap mulai lebih membakukan perayaan Adven. Buku Doa Misa yang diterbitkan oleh Paus Gelasius I (wafat thn 496), adalah buku pertama yang menerapkan Liturgi Adven selama lima Hari Minggu. Di kemudian hari, Paus Gregorius I (wafat thn 604) memperkaya liturgi ini dengan menyusun doa-doa, antifon, bacaan-bacaan dan tanggapan. Sekitar abad kesembilan, Gereja menetapkan Minggu Adven Pertama sebagai awal tahun penanggalan Gereja. Dan akhirnya, Paus Gregorius VII (wafat thn 1095) mengurangi jumlah hari Minggu dalam Masa Adven menjadi empat.
Sesuai makna katanya, Masa Adven ingin mengajak umat memusatkan diri pada kedatangan Kristus. Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”. Kedatangan Kristus yang dimaksud adalah kedatangan pertama (datang sebagai bayi) maupun kedatangan kedua (datang sebagai raja). Katekismus Gereja Katolik nomor 524 menekankan makna ini, “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua.”Umat beriman diajak merefleksikan kembali dan merayakan kedatangan Kristus yang pertama ke dalam dunia ini. Kita merenungkan kembali misteri inkarnasi yang agung ketika Kristus merendahkan diri, mengambil rupa manusia, dan masuk dalam dimensi ruang dan waktu guna membebaskan kita dari dosa. Seiring dengan itu, umat diingatkan bahwa Kristus akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati dan kita harus siap untuk bertemu dengannya.
Suatu cara yang baik dan saleh untuk membantu kita dalam masa persiapan Adven adalah dengan memasang Lingkaran Adven. Lingkaran Adven ini merupakan sebuah simbol yang berasal dari Eropa Utara. Lingkaran ini diduga berasal dari Abad Pertengahan. Sebuah pendapat mengatakan bahwa masyarakat Jerman – sebelum kedatangan agama Kristen – telah menggunakan lilin yang bernyala selama bulan Desember yang dingin dan gelap sebagai simbol harapan akan Musim Semi yang hangat dan penuh sinar mentari. Sementara itu, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa lingkaran Adven belum digunakan sampai abad XIX.Penelitian Profesor Haemig dari Seminari Lutheran Santo Paulus menyatakan bahwa Johann Hinrich Wichern (1808-1881), pendeta Protestan di Jerman dan perintis pekerjaan misi di tengah kaum miskin sebagai penemu Lingkaran Adven modern. Selama Masa Adven, anak-anak di sekolah misi Rauhes Haus, yang didirikan oleh Wichern di Hamburg, bertanya setiap hari kapan Natal datang. Pada tahun 1839, ia membangun cincin kayu (dari roda kereta kuda yang sudah tua) yang diisi 20 lilin merah kecil dan 4 lilin putih besar. Sebuah lilin kecil dinyatakan secara berurutan setiap hari selama masa Adven. Tradisi ini pun mengakar di berbagai gereja Protestan di Jerman dan kemudian membuat mereka pun melakukan tradisi yang sama dengan cara membangun lingkaran yang lebih kecil dengan 4 lilin seperti yang dikenal sekarang. Gereja Katolik Roma pun mengadopsi tradisi ini pada tahun 1920-an. Pada tahun 1930-1n, kebiasaan ini menyebar di Amerika Utara. Penelitian Profesor Haemig juga menengarai bahwa kebiasaan ini belum sampai di Amerika Serikat sampai tahun 1930-an dan juga belum dipraktekkan oleh para imigran Jerman dari aliran Lutheran.Beberapa aliran Ortodox juga mengadopsi kebiasaan ini dengan menempatkan 6 lilin. Di gereja-gereja Protestan, lilin yang digunakan berwarna merah karena melambangkan warna yang dipakai dalam hiasan Natal. Warna biru juga menjadi alternatif dalam lingkaran Adven, terutama bagi gereja Anglikan dan Lutheran. Warna biru melambangkan harapan dan penantian yang juga menjadi inti masa Adven. Dalam Gereja Katolik, warna lilin yang digunakan adalah ungu dan merah muda.
Gereja Katolik memberikan berbagai makna dalam lingkaran Adven tersebut. Penjelasan mengenai lingkaran Adven tersebut dapat kita lihat dalam beberapa hal berikut: Pertama, karangan tersebut selalu berbentuk lingkaran. Lingkaran tidak mempunyai awal dan tidak mempunyai akhir. Maka, lingkaran melambangkan Tuhan yang abadi, tanpa awal dan akhir. Kedua, Lingkaran Adven dihiasi daun-daun evergreen yang biasanya diwakili dengan daun pinus atau cemara. Dahan-dahan evergreen yang senantiasa hijau melambangkan senantiasa hidup. Evergreen melambangkan Kristus, yang mati namun hidup kembali untuk selamanya. Evergreen juga melambangkan keabadian jiwa kita. Kristus datang ke dunia untuk memberikan kehidupan yang tanpa akhir bagi kita. Tampak tersembul di antara daun-daun evergreen yang hijau adalah buah-buah beri merah. Buah-buah itu serupa tetesan-tetesan darah, lambang darah yang dicurahkan oleh Kristus demi umat manusia. Buah-buah itu mengingatkan kita bahwa Kristus datang ke dunia untuk wafat bagi kita dan dengan demikian menebus kita. Oleh karena Darah-Nya yang tercurah itu, kita beroleh hidup yang kekal. Ketiga, empat batang lilin diletakkan sekeliling Lingkaran Adven, tiga lilin berwarna ungu dan yang lain berwarna merah muda. Lilin-lilin itu melambangkan keempat minggu dalam Masa Adven, yaitu masa persiapan kita menyambut Natal. Setiap hari, dalam bacaan Liturgi Perjanjian Lama dikisahkan tentang penantian bangsa Yahudi akan datangnya Sang Mesias, sementara dalam Perjanjian Baru mulai diperkenalkan tokoh-tokoh yang berperan dalam Kisah Natal. Pada awal Masa Adven, sebatang lilin dinyalakan, kemudian setiap minggu berikutnya lilin lain mulai dinyalakan. Dalam perayaan liturgi, yang menyalakan lilin Adven adalah pemimpin liturgi. Seiring dengan bertambah terangnya Lingkaran Adven setiap minggu dengan bertambah banyaknya lilin yang dinyalakan, kita pun diingatkan bahwa kelahiran Sang Terang Dunia semakin dekat. Lilin itu membuat hati kita semakin menyala dalam kasih kepada Bayi Yesus. Keempat, warna-warni keempat lilin juga memiliki makna tersendiri. Lilin ungu sebagai lambang pertobatan. Warna ungu mengingatkan kita bahwa Adven adalah masa di mana kita mempersiapkan jiwa kita untuk menerima Kristus pada Hari Natal. Lilin merah muda dinyalakan pada Hari Minggu Adven III yang disebut Minggu “Gaudete”. “Gaudete” adalah bahasa Latin yang berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan karena sukacita Natal hampir tiba. Warna merah muda dibuat dengan mencampurkan warna ungu dengan putih. Artinya, seolah-olah sukacita yang kita alami pada Hari Natal (yang dilambangkan dengan warna putih) sudah tidak tertahankan lagi dalam masa pertobatan ini (ungu) dan sedikit meledak dalam Masa Adven. Pada Hari Natal, keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih yang melambangkan bahwa masa persiapan kita telah usai dan kita masuk dalam sukacita yang besar. Kelima, pada kaki setiap lilin atau pada kaki Lingkaran Adven, ditempatkan sebuah mangkuk berwarna biru. Warna biru mengingatkan kita pada Bunda Maria, Bunda Allah, yang mengandung-Nya di dalam rahimnya serta melahirkan-Nya ke dunia pada hari Natal.
Lingkaran Adven diletakkan secara menyolok di gereja. Keluarga-keluarga sebaiknya memasang Lingkaran Adven yang lebih kecil di rumah mereka. Lingkaran Adven kecil ini mengingatkan mereka akan Lingkaran Adven di Gereja dan dengan demikian mengingatkan hubungan antara mereka dengan Gereja. Lilin dinyalakan pada saat doa atau makan bersama. Berdoa bersama sekeliling meja makan mengingatkan mereka akan meja perjamuan Tuhan di mana mereka berkumpul bersama setiap minggu untuk merayakan perjamuan Ekaristi - santapan dari Tuhan bagi jiwa kita.
Masa Adven bukanlah sekedar atribut saja. Masa Adven mengingatkan kita akan perlunya persiapan jiwa sehingga kita dapat sepenuhnya ambil bagian dalam sukacita besar Kelahiran Kristus, Putera Allah, yang telah memberikan Diri-Nya bagi kita agar kita beroleh hidup yang kekal. Oleh karena itu, di Masa Adven ini, marilah kita berharap dengan berseru seperti yang dicanangkan oleh pesan Natal bersama PGI dan KWI, “Datanglah ya Raja Damai!” (bdk. Yes 9:5).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar