Kemarin adalah tanggal 12 Maret 2013.
Hari itu adalah hari pertama pemilihan Paus.
Kita semua tahu bahwa sejak tanggal 28
Februari 2013, Paus Benediktus XVI telah mengundurkan diri dari jabatan dan
efektif berlaku pukul 20.00 waktu Roma atau pukul 02.00 dini hari tanggal 1
Maret waktu Indonesia. Peristiwa itu berakibat menjadi lowongnya kursi
kepemimpinan Tahta Suci.
Tanggal 28 Februari 2013, setelah
berpamitan dengan beberapa pihak di Vatikan, Paus menaiki helikopter menuju
Castel Gandolfo, istana musim panas milik kepausan. Sesaat setelah sampai, Paus
menyapa kerumunan dengan pidato singkat sebagai berikut:
“Sahabat-sahabatku terkasih, aku sangat bahagia bersama kalian,
dikelilingi keindahan ciptaan dan doa-doa kalian untuk kebaikanku. Terima kasih
atas persahabatan dan kasih kalian. Kalian tahu bahwa hari ini akan sangat
berbeda dengan hari-hari ke depan dimana aku tidak lagi menjadi Imam Agung
tertinggi Gereja Katolik. Sekarang aku masih menjabatnya sampai jam 8 malam ini
dan kemudian tidak lagi.
Aku hanyalah seorang peziarah yang memulai langkah terakhirnya
di bumi ini.Namun, aku tetap berterimakasih kepadamu. Aku tetap mengarahkan
hati, cinta, doa, refleksi, dan kekuatan batinku, untuk melakukan pekerjaan
bagi kesejahteraan umum dan kesejahteraan Gereja dan manusia. Aku merasa sangat
terdukung dengan seluruh simpati yang kalian berikan.
Marilah kita terus berjalan bersama Tuhan untuk kebaikan Gereja
dan dunia. Terima kasih.Sekarang aku akan memberikan berkat. Diberkatilah
kalian semua dalam nama Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Selamat malam! Terima kasih
untuk kalian semua!”
Setelah itu, pintu gerbang Castel Gandolfo
ditutup dan pasukan Swiss Guard ditarik kembali ke Vatikan sebagai tanda
kekosongan jabatan Paus. Inilah saat yang disebut dengan SEDE VACANTE
KEPAUSAN.
Yang istimewa pula, di tahun ini, sede
vacante kepausan juga terjadi di akun twitter Paus @Pontifex. Tanggal 28
Februari 2013, Paus menulis “Thank you for your love and support. May you
always experience the joy that comes from putting Christ at the centre of your
lives.” (Terima kasih atas cinta dan
dukungan kalian. Semoga kalian senantiasa mengalami kegembiraan yang muncul
dengan meletakkan Kristus pada inti hidup kalian). Paul Tighe, Sekretaris
Komisi Kepausan untuk Komunikasi Sosial, mengatakan bahwa digunakan atau
tidaknya kembali twitter kepausan diserahkan pada paus baru yang terpilih
nantinya.
Sede vacante Kepausan pun berefek pada
rentetan peristiwa yang harus terjadi selanjutnya.
Sede Vacante merupakan peristiwa besar di
Vatikan. Pada saat itu,
semua kardinal yang tersebar di seluruh dunia dipanggil untuk datang ke
Vatikan. Mereka pun segera bergabung dalam kelompok yang disebut
Kolegium. Kolegium inilah yang menangani urusan sehari-hari selama sede vacante. Kelompok ini dipimpin oleh Kardinal Kamerlengo
sebagai Administrator. Pada tahun 2013 ini, yang menduduki jabatan
sebagai Kardinal Kamerlengo adalah Kardinal Tarcisio Bertone, SDB. Pada tahun
ini, kardinal yang memiliki hak untuk memilih dan dipilih ada 117 orang. Dari
117 orang itu, 2 orang menyatakan tidak hadir, yaitu Julius Riyadi Kardinal
Darmaatmaja, SJ dari Indonesia dan Keith Michael Patrick Kardinal O’Brien dari
Skotlandia.
Sede vacante 2013 ini merupakan peristiwa
yang istimewa karena dalam hal ini penyebab sede vacante bukan kematian Paus
namun pengunduran diri Paus. Meskipun demikian, tradisi harus tetap
dipertahankan.
Sesaat setelah sede vacante, Kardinal Kamerlengo mengambil Cincin
Sang Nelayan yang dipakai oleh Paus. Cincin itu kemudian dihancurkan di hadapan
Kolegium Para Kardinal. Dulu, tindakan ini diambil untuk menghindari
penyalahgunaan pemakaian cincin karana pada zaman dulu,
cincin digunakan untuk mengesahkan dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh Tahta
Suci. Jika sebuah dokumen telah dibubuhi lilin dengan tanda simbol yang tertera
pada cincin Paus, dokumen tersebut telah dianggap sebagai dokumen resmi.
Sekarang, penghancuran cincin menjadi tanda berakhirnya masa pelayanan Paus.
Setelah Cincin Sang Nelayan dihancurkan, Kardinal
Kamerlengo juga harus menyegel apartemen Paus untuk menghindari penyalahgunaan
barang-barang pribadi Paus.
Selama masa sede vacante kepausan, semua logo Vatikan
- dalam setiap dokumen, mata uang, perangko, dan sebagainya - harus mencantumkan
nama Kardinal Kamerlengo yang menjabat. Pada masa sede vacante, lambang yang dipakai oleh
Tahta Suci, sebagai organisasi pemerintahan adalah lambang dua kunci emas dan
perak yang di atasnya dinaungi dengan umbraculum. Umbraculum
merupakan payung berwarna merah dan kuning yang menjadi bagian lambang masa kekosongan tahta kepausan. Kehadirannya
dalam lambang masa kekosongan tahta muncul pada mata uang logam yang
dikeluarkan pada tahun 1521. Lambang Kardinal Kamerlengo yang menjadi
pimpinan sementara selama kekosongan tahta juga menggunakan lambang kunci
bersilang yang berada di depan umbraculum.
Selama masa ini, Kardinal Kamerlengo didampingi tiga
kardinal lain – dalam presidium - yang berganti setiap tiga hari sampai
terpilih seorang Paus. Sampai terpilihnya Paus baru, tidak ada pengganti Petrus
di dunia ini sebagai wakil Kristus. Pokok perhatiannya hanya satu, yaitu
memilih Paus. Kardinal Kamerlengo dan presidiumnya juga akan
menentukan waktu pelaksanaan konklaf.
Konklaf berasal
dari bahasa Latin “con/cum” = dengan/bersama dan “clavis = kunci”.
Pertemuan itu merupakan sidang tertutup para Kardinal untuk memilih seorang
Paus sebagai wakil Kristus.
Tata cara dan adat pemilihan Paus ini
berubah dari zaman ke zaman. Konklaf pertama diadakan tahun 1216. Sejarah pemilihan
Paus dapat ditelusuri mulai abad pertama sejak Tahta Suci di Roma dikukuhkan
Petrus dan Paulus pada tahun 62. Pemilihan pengganti Petrus waktu itu mengikuti
tradisi pemilihan uskup diosesan dalam komunitas Gereja Perdana melalui
pemungutan suara para imam dan awam yang tinggal di wilayah keuskupan yang
bersangkutan. Karena pada waktu itu – sampai sekarang – Paus juga menjabat
Uskup Roma, pemilihan Paus dilakukan melalui pemungutan suara para imam dan
awam Keuskupan Roma. Cara ini bertahan sampai menjelang tahun 1000 Masehi.
Lambat laun, cara ini tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan karena jumlah umat Kristen makin tahun makin banyak sehingga makin
sulit untuk mengatur pemungutan suara. Tidak jarang, ada kelompok-kelompok yang
melakukan protes atas terpilihnya seorang Paus. Memasuki millennium kedua, Paus
Nikolas II yang terpilih bulan Januari 1059 melakukan reformasi dengan
mengundang Sinode Roma dan mengeluarkan dekrit tentang pemilihan Paus.
Keputusan itu menyatakan bahwa pemilihan Paus berlangsung tiga tahap: 1) Para
Kardinal Uskup bersidang dan memilih calon; 2) Para Kardinal Uskup mengundang
para Kardinal Rohaniwan non Uskup untuk mendapat persetujuan lain; dan 3)
Rohaniwan lain dan awam Roma dimintai dukungan. Sejak itu, kepausan secara
prinsip dipisahkan dari campur tangan awam Roma.
Dekrit pemilihan Paus yang dikeluarkan Paus Nikolas II
ini kemudian diamandemen oleh Konsili Lateran III yang menetapkan bahwa tidak
ada perbedaan kelas cardinal dan pemenang harus mendapat suara dari dua pertiga
peserta sidang para cardinal. Persyaratan ini sering membua pemilihan menjadi
lebih lama. Konsili Lyons II di bawah Paus Gregorius X pada taun 1274
mengeluarkan dekrit baru yang menyatakan bahwa pemilihan Paus bersifat
tertutup.
Sekarang, konklaf diatur dengan beberapa
dekrit terbaru antara lain Romano Pontifici Eligendo yang dikeluarkan oleh Paus
Paulus VI pada tahun 1975 dan Universi Dominici Gregis
oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1996. Berkenaan
dengan peristiwa pengunduran diri Paus pada tahun ini, Paus Benediktus XVI pun
mengeluarkan beberapa perubahan atas dokumen Universi Dominici Gregis melalui Motu
Proprio Normas Nonnullas yang
dikeluarkan tanggal 22 Februari 2013.
Tidak ada yang pernah melihat pemilihan
Paus secara langsung, kecuali para kardinal pemilih dan beberapa orang yang
berkepentingan. Semua yang terlibat di dalam konklaf disumpah untuk tidak
mengatakan rahasia-rahasia dalam pemilihan itu. Itu termasuk rahasia jabatan.
Namun, kita akan mencoba meneropong jalannya pemilihan Paus itu dengan bantuan
dari Michael Collins melalui buku berjudul Vatikan
yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga
pada tahun 2009.
Konklaf dimulai dengan seruan “Extra omnes – semua
keluar”. Mereka yang bukan
peserta konklaf diharap keluar dari kompleks Kapel Sistina. Kapel yang disebut
juga Kapel Sixtus IV ini merupakan tempat pemilihan dan pengumuman Paus baru.
Kapel ini didesain oleh Giovaninno de Dolci tahun 1473. Bagian dalam kapel ini
dipenuhi lukisan indah karya indah seniman besar sepanjang masa yang
mengisahkan perjalanan panjang umat manusia mulai dari Penciptaan karya
Michaelangelo sampai Pengadilan Terakhir. Yang boleh tinggal dalam kompleks
Kapel Sistina hanyalah para kardinal peserta konklaf, Pemimpin Upacara Liturgi,
perwakilan Komisi Kepausan untuk Negara Vatikan, anggota badan legislatif
Vatikan, dan beberapa staf penting lainnya.
Tingkat kerahasiaan konklaf sangatlah tinggi. Bahkan
setelah proses konklaf, para kardinal dilarang untuk membicarakannya, kecuali
dengan kardinal lain dan bapa pengakuan yang melayaninya untuk mengakukan dosa.
Selama konklaf, para kardinal diinapkan di Rumah Santa Marta dan tidak boleh
mengadakan kontak dengan siapapun. Kapel Sisitina sekarang dilengkapi peralatan
untuk mengacau sinyal radio, televisi dan telepon genggam. Pintu kapel dikunci
dan disegel dari dalam dan luar dengan pita dan lilin.
Konklaf dimulai dengan ekaristi Pro Eligendo Papa.
Diadakan renungan sebelum konklaf untuk memaparkan situasi dan kondisi Gereja
masa kini. Setelah itu, dimulailah pemungutan suara. Pemungutan suara dilakukan
2 kali pada pagi hari dan 2 kali pada sore hari. Dalam kapel Sistina, telah
disediakan kursi dan meja bagi para kardinal. Pada setiap pemungutan suara,
para kardinal duduk di tempatnya masing-masing dan mengisi titik-titik kosong
pada kartu yang bertuliskan “Eligo in
summum pontificem … - Aku memilih sebagai Paus …” dengan nama calon yang
dianggap paling sesuai seturut hati nurani dan kehendak Tuhan. Jika seorang
kardinal sakit dan tidak dapat menghadiri pemilihan, tiga kardinal akan
mengantar dan mengumpulkan kertas suara kardinal yang sakit tersebut.
Kertas-kertas itu kemudian dibawa maju menuju ke altar
tinggi yang di atasnya terletak sebuah jambangan. Sambil mengangkat kertas
pilihan yang terlipat, setiap kardinal berkata dengan lantang, “Kristus Tuhan menjadi saksiku bahwa suaraku
diberikan kepada orang yang di hadapan Tuhan kukatakan adalah orang yang
seharusnya kupilih.” Suara dihitung dan nama yang terpilih disebutkan
secara lantang. Perolehan suara tersebut dicatat oleh presidium kardinal.
Syarat terpilihnya seorang Paus adalah adanya seorang
kardinal yang mendapat 2/3 suara dari sidang. Jika hasil perhitungan belum
mencapai persyaratan, kertas suara dikumpulkan oleh para kardinal untuk
diserahkan pada Pemimpin Upacara Liturgi yang akan membawanya ke tungku di
bagian belakang Kapel Sistina. Kertas suara akan dibakar bersama zat kimia
sehingga menimbulkan asap hitam yang keluar dari cerobong di luar atap dan
dapat dilihat oleh umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus.
Jika setelah 3 hari belum ada seorang kardinal yang
terpilih sebagai Paus, sidang ditunda selama 1 hari. Satu hari itu digunakan
untuk berdoa dan meditasi meminta petunjuk Tuhan dalam memilih Paus. Setelah
itu, akan diadakan lagi sesi pemilihan selama empat belas kali diselingi istirahat
setelah sesi pemilihan ketujuh. Ketika ada kardinal yang memperoleh 2/3 plus 1
suara, ia dinyatakan sebagai Paus baru. Kertas suara hasil pemilihan tersebut
kemudian dibakar di tungku sehingga mengeluarkan asap putih.
Setelah terpilih Paus baru, Kardinal yang usia
tahbisannya termuda memanggil Sekretaris Kolegium Kardinal dan Kepala Liturgi
Kepausan. Kardinal terpilih tersebut kemudian ditanya dalam bahasa Latin: “Acceptasne electonem de te canonice factam
in Summum Pontificem - Apakah Anda menerima pemilihan sebagai Paus?” Jika
dijawab “Accepto - Ya”, ia ditanya
lagi tentang nama yang akan dipakainya. Jika kardinal terpilih belum menerima
tahbisan uskup, Kardinal Kamerlengo akan secepatnya menahbiskan dia.
Paus yang baru kemudian diantar ke sakristi yang
terletak di sebelah kiri altar tinggi yang terkenal sebagai Ruang Air Mata
untuk berganti pakaian Kardinal yang berwarna merah menjadi pakaian Paus yang
berwarna putih. Di ruang itu telah disiapkan tiga ukuran pakaian: kecil,
sedang, besar. Paus yang baru melepas kelengkapan kardinalnya dan mengenakan
pakaian sebagai Paus. Pengurus Protokoler kemudian membuat Akta Pemilihan Paus.
Paus yang baru kemudian diantar ke altar tinggi yang berada di bawah lukisan
“Pengadilan Terakhir” karya Michaelangelo untuk menduduki singgasananya. Paus
yang baru menerima penghormatan dari para kardinal yang lain. Penghormatan ini
menandai berakhirnya sesi tertutup konklaf. Paus baru kemudian diperkenalkan
kepada dunia.
Didahului prosesi salib emas, Dekan Para Kardinal menyerukan
“Annuntio vobis gaudium magnum. Habemus
Papam – Saya mengumumkan kegembiraan besar kepada anda sekalian. Kita mempunyai
Paus.” Ia kemudian menyebutkan nama kardinal yang terpilih dan nama
panggilannya sebagai Paus. Kebiasaan memilih nama baru ini dimulai sejak tajun
1009. Tidak lama setelah pemberitahuan itu, Paus dikawal menuju balkon utama
untuk memperkenalkan dirinya dan memberikan kotbah singkat. Setelah itu, ia
memberikan berkat apostolik untuk pertama kalinya. Setelah kembali ke istana
kepausan, Paus berdiskusi dengan para staf untuk menentukan hari inaugurasi.
Misa Inaugurasi menandakan dimulainya pekerjaan pengganti Petrus. Saat misa,
Paus menerima Cincin Sang Nelayan yang berukir gambar Santo Petrus. Paus
kemudian diantar untuk menempati apartemen kepausan yang sebelumnya disegel
setelah wafatnya paus sebelumnya.
Beberapa hari setelah Misa Inaugurasi, Paus akan
mengunjungi Katedral Santo Yohanes Lateran dan merayakan ekaristi dengan umat
Keuskupan Roma. Setelah misa, Paus baru menerima para pembesar dan kepala
negara yang mengikuti misa tersebut.
Marilah kita berdoa agar “dengan pertolongan Bunda Tersuci, Santa Perawan Maria, semoga Gereja Kristus mendapatkan pengganti Santo Petrus yang akan memimpin Gereja, dalam peziarahannya menuju kepenuhan keselamatan.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar